Cuaca Palembang sedang bagus-bagusnya akhir-akhir ini.
Langit biru cerah terbentang di mana-mana.
Panaasss….
Tapi bikin semangat!
Sebenarnya dari dulu saya tidak tahan berada di bawah panas matahari, karena bisa sakit kepala bahkan sampai pingsan. Tapi bagaimanapun, saya tetap suka dengan pemandangan langit biru. Suka. Suka amat sangat!
Sayangnya, sebulan terakhir ini, setelah mengalami sakit kepala hebat selama seminggu beberapa waktu yang lalu, akhirnya ketahuan kalau sekarang saya tidak saja hanya sensitif dengan sengatan panas matahari saja, tapi juga dengan sinar terangnya.
Dulu kepala saya sakit ketika berada di bawah panas matahari. Sekarang kepala saya bisa sakit hanya dengan melihat cahaya matahari yang terang.
Sedih banget.
Karena itu artinya saya tak bisa melihat langit biru seperti dulu lagi.
Kalau dulu masih bisa dari tempat terlindung.
Sekarang saya tak bisa memandang langsung ke arah birunya langit di atas sana tanpa memakai polarized sunglasses yang tentu mengubah total warna langit biru bagi pandangan mata saya.
Sedih.
Karena itulah akhir-akhir ini saya jadi suka sekali mengabadikan pemandangan sekeliling saya yang berlatar belakang langit biru. Setiap kali saya keluar bersama suami di mana saya tidak perlu nyetir, saya selalu mengambil foto pemandangan dengan langit biru itu. Dengan begitu, meski tidak langsung dan hanya lewat foto tapi setidaknya saya masih bisa menikmati langit biru yang sangat saya suka itu 🙂 .
O ya, saya pernah bilang di sini, sebelumnya saya tidak pernah punya foto sudut-sudut kota Palembang. Syukurlah, karena sekarang jadi sering mengabadikan langit biru, saya jadi punya beberapa foto kota ini. Anggaplah sebagai kenang-kenangan juga, karena bisa saja dalam beberapa tahun ke depan kota ini akan berubah banyak 🙂 .
Foto di atas itu saya ambil di daerah Pasar Kuto. Pas di hari Sabtu yang lalu ada keperluan ke daerah itu sama pak suami. Kami sebenarnya lumayan sering ke daerah sini, tapi sebelum ini saya tak pernah terpikir untuk mengambil foto daerah ini. Selain karena ngerasa tak perlu, saya juga tak merasa punya kemampuan mengambil foto yang bagus.
Tempat ini sebenarnya istimewa, karena di sini adalah pusat kota Palembang jaman dulu. Tak bisa melihat langit biru langsung ada manfaatnya juga, karena akhirnya saya bisa punya foto daerah ini 🙂 .





Saya tadi bilang di atas kalo bisa saja dalam beberapa tahun ke depan akan ada banyak perubahan terhadap kota ini. Salah satu perubahan yang sudah pasti terjadi adalah karena pembangunan LRT ini…
O ya, karena ini bulan Agustus, maka di mana-mana banyak yang jual Bendera Merah-Putih.
Di daerah lain pasti kayak gitu kan? Kalo udah bulan Agustus banyak yang jualan Bendera Merah Putih.
Tapi kalo di Palembang khasnya gak hanya itu saja.
Di sini kalo udah bulan Agustus juga banyak yang jualan pesawat, helikopter, dan kapal Telok Abang.

Dalam bahasa Palembang, telok artinya telur sementara abang artinya merah. Jadi telok abang artinya telur merah. Dinamakan pesawat, helikopter, dan kapal telok abang karena biasanya telur merah ditancapkan di situ. Pesawat, kapal, dan helikopter itu biasanya terbuat dari gabus.
Katanya tradisi itu udah dimulai dari sejak jaman penjajahan jaman Belanda, tepatnya waktu itu dalam rangka memeriahkan ulang tahun Ratu Wilhelmina II. Tradisi itu kemudian berlanjut hingga sekarang ditujukan untuk memeriahkan hari kemerdekaan RI.
Karena namanya pake Telok Abang, maka biasanya penjualnya selalu menyediakan telur yang dicat merah juga. Kalo pembeli mau bisa ambil sekalian dengan telurnya, tapi kalo tidak ya tidak apa-apa juga.
Hari Sabtu kemarin pas keluar dari pasar, kami ketemu dengan penjual mainan telok abang itu.
Kebayang anak-anak pasti senang dengan mainan kayak gini, langsunglah kami beli 2 pesawat besar, 1 pesawat kecil, dan 1 helikopter.
Habis beli, kami pun pulang. Senang rasanya bawa pulang mainan rakyat kayak gini untuk anak-anak 🙂 .

Puji Tuhan, senang rasanya lihat cuaca yang seperti ini. Meski saya tak bisa menikmatinya lagi seperti dulu, tapi saya tetap berdoa agar tahun ini Palembang bisa terhindar dari bencana kabut asap supaya langit bisa tetap cerah sampai kemudian musim hujan tiba 🙂 .

Kalo langitnya udah berangsur gelap kayak gini, barulah bisa saya nikmati tanpa rasa kuatir kepala akan sakit 🙂 .
Ah, cuaca ini begitu indah. Kalo udah duduk di teras depan sambil liat langit biru yang bersih kayak gitu rasanya gak pengen malam lekas-lekas turun. Pengen menikmatinya lebih lama. Tapi mau bagaimana lagi. Malam akan tetap turun. Yang harus terjadi, akan tetap terjadi. Tapi gak apa-apa, semangat aja, berharap besok masih bisa lihat langit biru seperti ini lagi 🙂 .
di jakarta juga mba langitnya bersih dan cerah banget, tapi ya itu jadi panas banget 😦
Hehe..iya, kalo langit bersih, psti cuaca panas krn matahari gak tertutup awan
Lho ada ya ternyata orang yg pusing kena matahari ha ha ha…..
Tapi hampir sama kesukaannya sama saya. Pasti lagi sepi biasanya saya suka liat langit sambil melamun. Mikirin postingan selanjutnya ha ha ha……
Hahahaha…tetep yaaa yang dipikirin apa yang mo ditulis di blog 😀
Mbak, foto yg langit biru menjelang malam baguuu bgt.
Eh gmna respon duo RJT dbelikan mainan tradisional?
Mereka hepiii banget Tik. Saking hepinya, belom ada sejam udah ada 1 pesawat yang rusak..hahahaha
Jadi kangen pengen ke Palembang lagi dehh. Huhu.
Ayooo ke sini lagi Fran 😀
Foto-fotonya keren banget mbak. Palembang cerah, panas, dan macet. Tapi ntar bakalan maju kotanya.
Iya nih, tapi pengennya jangan sampe jadi terlalu rame banget kotanya, biar masih tetep nyaman buat ditinggali
Lisa, yang pusing kalau kena matahari, itu kenapa? Aku juga kadang pusing gitu kalau keluar siang-siang, selama ini mikirnya mungkin karena belum sarapan, atau terlalu panas cuacanya, atau apa gitu. Tapi kadang lihat lampu yang terang banget (macam di Sevel atau minimarket gitu) juga gak nyaman gitu matanya
Karena saraf mata yang sensitif katanya. Aku juga sekarang gak bisa liat cahaya terang secara langsung, kudu dilindungi sama kacamata biar gak sakit kepalanya
ah….aku lupa di mana ya Pasar Kuto…, atau malah belum pernah ke sini kayaknya..
untunglah sudah ketauan sakit kepalanya gara2 matahari ya, jadi setelah dihindari sekarang mudah2an kepala sudah terasa enteng ya
Saking udah lamanya ninggalin Palembang ya kak 🙂
Amiinn kak, mudah2an setelah ini gak sakit2 lagi 🙂
Terakhir beli telok abang waktu SD, sekarang harganya berapaan ya mbak? 🙂
Palembang lagi panas banget memang, sampe gak kuat kalo harus kelayapan naik motor siang-siang. Debunya juga gak tahan, tapi ya lebih baik begini ketimbang musim hujan, suka banjir haha
Harganya ada yang 35rb, ada yang 70rb, tergantung besarnya.
Iyaa…masih mending kayak gini juga daripada musim asap kan? 😀
lebih panas jakarta atau palembang ya?
Palembang lebih panas, Jakarta lebih sesak kayaknya 😀
yeeeah beli telok abang juga yaa 😀 aku suka bulan agustus karena sepanjang jalan merdeka meriah sama penjual telok abang.
kok ga difotoin ekspresi Raja dan Ralph pas dibawain mamanya telok abang, hehe kepo
Hehe…iyaaa…seneng yaa liatnya rame yang jualan 😀
Ada difotoin tp krn ceritanya ttg Palembang jadi foto mrk gak ditampilin 😀