How A Working Mom With A Toddler Can Survive Without A Maid

Ini gara-gara ngobrol via BBM sama Pungky soal rutinitas kami berdua sekarang yang statusnya sama-sama jadi ibu bekerja tanpa pembantu/asisten/pengasuh anak di rumah, malah jadi kepikiran mo nulis tentang ini.

Dihitung-hitung, saya menjalani kondisi tanpa orang yang bisa bantuin saya untuk pekerjaan rumah atau untuk jagain anak ini, sudah hampir 4 bulan. Gak cukup dengan gak punya pembantu/asisten, suami saya pun jauh, jadi kalau pas hari kerja, ya saya bener-bener sendiri ngelakuin semuanya.

Jujur, awalnya terasa sangat berat.

Baru membayangkan saja saya sudah merasa capek sendiri.

Pernah di satu hari Minggu saya menangis sampai tersedu-sedu, sangking takutnya saya menghadapi hari Senin. Takut kalau semua gak bisa berjalan dengan baik. Takut kalau saya gak bisa bangun jam 3.20. Takut gak sempat masak. Takut anak rewel. Takut anak sampai telat ke sekolahan. Takut saya kecapean dan jadi marah-marah. Takut bawaan jadi sering sewot karena terlalu kejar-kejaran dengan waktu. Takut ini. Takut itu. Sampai takut gak sempet dandan….hihihihi…. Lebay? Yes! Memang lebay kok sayanya!

Tapi hidup pun harus terus berjalan kan? Dan mau gak mau, semua harus dijalani. Anak harus tetap terurus, begitu juga dengan rumah dan diri saya sendiri. Saya gak boleh terpuruk dalam perasaan mengasihani diri sendiri atau perasaan gak mampu melakukan semuanya, karena itu saya berusaha menyemangati diri saya sendiri.

Saya ingat, di masa-masa awal itu, ada beberapa hal yang saya lakukan demi menyemangati diri.

  1. Berusaha selalu ingat dan percaya kalau Tuhan pasti tahu dan peduli akan semua yang terjadi pada saya. Tuhan pasti akan buat saya bisa dan mampu melewati semua ini. Kami gak pernah sendiri. Tuhan ada bersama kami di sini. Saya pakai kata ‘berusaha’, karena saya akui, kadang saya lupa akan keberadaan Tuhan, meskipun saya tetap selalu berdoa. Saya lupa, dalam artian saya begitu mengandalkan diri sendiri. Yang saya pikirkan adalah saya. Saya. Dan saya. Makanya gak heran kalau saya sampai ketakutan, ya habis mengandalkan kekuatan diri sendiri, sih! Saya lupa, meski saya merasa lemah dan gak mampu, tapi Tuhan tetap Maha Kuasa dan karenanya sanggup memberi saya kekuatan yang gak bisa saya kira sebelumnya.
  2. Mendaftarkan hal-hal yang bisa mendukung saya atau yang bisa mempermudah pekerjaan saya:
    1. Anak saya bukan bayi lagi. Dia sudah sekolah dan usianya hampir empat tahun, karena itu persoalan mengenai makanan dan printilan lainnya sudah tak seribet dibanding waktu dia masih bayi.
    2. Kami masih punya supir, yaitu si Asep (walau ART di rumah sudah datang dan pergi, puji Tuhan, Asep yang sudah kerja di kami sejak saya masih hamil dulu, sampai sekarang masih setia aja tuh sama kami, walau pernah sekali berhenti, dia tetap balik lagi). Dengan adanya Asep ini, saya bisa bangun sepagi mungkin tanpa takut nanti ketiduran pas lagi nyetir. Kalau di perjalanan merasa ngantuk, ya sudah tinggal tidur aja, paling-paling juga cuma dihadiahi tepukan di pipi sama anak yang pasti protes kalau lihat saya tidur…hihihihi…
    3. Sebelum-sebelumnya, saya sudah terbiasa kerja di rumah. Selama ada ART, saya juga yang masak setiap subuh, jadi seharusnya saya gak perlu terlalu kaget lagi dengan aktivitas masak subuh. Paling saya hanya perlu bangun lebih awal lagi agar masih sempat nyapu-ngepel sehabis masak.
    4. Anak saya termasuk anak yang kooperatif. Dia sudah terbiasa bangun pagi dan sarapan pagi-pagi sekali, jadi seharusnya urusan di pagi hari gak terlalu ribet, mengingat yang suka bikin kerempongan tingkat tinggi adalah kalau anak susah bangun pagi.
    5. Anak saya baru satuuuuu! Untung ya, baru punya satu anak, jadi segala urusan menyangkut anak dan rumah seharusnya sih masih bisa ke-handle semuanya. Membayangkan para ibu lain yang punya anak 2 atau 3 atau bahkan lebih dan bisa bertahan tanpa ART di rumah. Ah, kondisi mereka pasti jauh lebih berat dari saya.
    6. Saya kerja di kantor yang sangat paham dengan kondisi para ibu dan puji Tuhan sampai sekarang belum pernah dapat atasan yang bisa dengan teganya menuntut saya mengesampingkan urusan anak demi pekerjaan. .
    7. Suami selalu pulang tiap weekend. Itu artinya, kerjaan yang gak bisa saya lakukan di weekdays (macam cabutin rumput liar di depan rumah, menguras bak mandi dan bersih-bersih kamar mandi, atau ngelap-ngelap kaca, atau pergi ke pasar buat belanja mingguan) bisa diserahkan pada beliau di hari Sabtu pagi.  Cerdas bukan? 😛
  3. Memikirkan dampak positif dari kondisi seperti ini. Ini sangat perlu untuk saya. Segala sesuatu yang kita jalani, sudah seharusnya mendatangkan hal baik kan? Paling gak, ada benefit yang kita rasakan di balik kondisi sulit. Setelah dipikir-pikir, ternyata dampak positif dengan menjadi Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Bekerja itu lumayan juga.
    1. Hubungan anak dan saya pasti jadi lebih dekat dan kami akan bisa saling memahami dengan cara yang lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu, saya juga bisa lebih tenang, karena bakal punya andil lebih banyak soal pendidikan anak (terutama karakternya) daripada sebelumnya.
    2. Jadi ibu rumah tangga sekaligus ibu bekerja, bikin saya merasa keren. Gak berasa super sih, karena jelas saya bukan manusia super. Tapi rasanya keren saja bisa mengurus anak, mengurus rumah, dan masih punya penghasilan sendiri. Gak usah tanya kenapa saya ngerasa keren dengan begini, pokoknya rasanya kayak gitulah…hihihi…
    3. Saya sering mendengar kalau ibu-ibu yang melakukan semua pekerjaan rumah sendiri tuh cenderung lebih cepat menurunkan berat badannya. Berhubung di waktu-waktu lalu saya juga sedang berusaha mencapai berat badan yang ideal (menurut saya ya, bukan menurut BMI 😛 . Kalau menurut BMI mah, sampai berat badan hampir 65kg juga masih terhitung ideal di saya), maka harapannya ya dengan begini bisa membantu usaha saya itu. Dan pada kenyataannya memang bener kok, saya berhasil mencapai berat badan yang saya mau!
    4. Dengan tiap pagi bangun subuh dan langsung beraktivitas, seharusnya bikin saya tambah sehat dan tidak gampang sakit.

Nah, dengan melakukan dan mendaftarkan hal-hal di atas itu, somehow bikin keyakinan dalam diri ini terbit, bahwa kalau si Gae Hwa di Oh! My Lady saja bisa mengurus rumah selebriti + si anak selebriti + si selebriti itu sendiri yang bawelnya bukan main (tapi gantengnya juga minta ampun…hihihihi) + anaknya sendiri juga + kerjaannya sendiri di kantor, maka saya pun pasti bisa mengatur waktu lebih baik dari dia. Toh yang saya urusin juga cuma anak + rumah + kerjaan. Suami kan jauh, jadi gak perlu diurusin, paling-paling cuma bolak-balik aja bbm dia, nanyain, “Papa lagi apa? Kangen aku gak???” hihihihi…

Maaf ya, bawa-bawa si Gae Hwa jadinya, secara inilah serial Korea yang saya tonton di masa-masa awal saya menjalani kondisi dengan dua status begini. Dan memang saya akui, serial yang dibintangi oleh si ganteng Siwon itu bikin semangat tambah naik!  😀

Setelah sudah semangat, barulah saya merancang rutinitas pekerjaan setiap harinya bakal seperti apa.

Secara garis besar sih, subuh jam 3.20 saya sudah bangun.

Yang dilakukan pertama adalah berdoa dulu lalu muter lagu rohani biar tambah semangat.

Habis itu turun ke dapur buat masak. Subuh-subuh gini, saya harus masak untuk sarapan kami, bekal anak di sekolah, makan siang, dan makan malam sekaligus. Kenapa makan siang dan makan malam juga udah harus dimasak sekarang?

Panjang ceritanya. Tapi saya berusaha bikin pendek deh.

Jadi tadinya kan anak saya sehabis sekolah masuk ke daycare, dia dapat makan siang di situ. Saat itu, saya gak perlu mikir masak untuk makan siang dan makan malam. Kalau untuk malam, paling setelah kami pulang sore baru saya masak. Tapi setelah anak saya kena diare hebat, saya memilih membawakannya bekal makan siang yang saya buat sendiri. Untuk bawa bekalnya, saya pakai lunch box dari Lock&Lock yang tasnya bisa menahan panas (walau gak tahan-tahan banget sih, cuma lumayan lah, at least itu makanannya gak jadi dingin).

Supaya lebih aman dan lebih terjaga kebersihannya, sehabis jemput anak saya di sekolah, kami biasanya singgah di Kambang Iwak Park. Sambil menikmati pemandangan danau dan pepohonan di situ, saya suapin deh makan siangnya. Selesai makan, baru deh ke daycare. Jadi di daycare dia tinggal bobo dan main-main saja.

Hal yang kayak gini sempat berlangsung selama beberapa lama. Sebelum akhirnya anak saya ngadat. Tiba-tiba saja dia gak mau lagi ke daycare. Maunya dari sekolah dia bisa langsung pulang ke rumah. Yah, mungkin dia capek kali’ yah, pergi pagi pulang sore, sudah macam orang kantoran saja. Walau di daycare dia bisa tidur siang dan bermain bersama teman-teman, tapi tetep saja bagi dia rasanya berbeda. Kalau menurut pengakuan anak saya sih, mainannya di rumah lebih banyak daripada di daycare…hihihihi….

Sempat bingung banget saat itu. Pas pula anak saya lagi batuk (hadeh, ini virus kenapa musti bolak balik datang sih????), jadi memang lagi pas gak bisa masuk ke daycare. Benar-benar, bingung dan pusing banget kami saat itu. Sampai terpikir, kalau seperti ini terus, mending saya ambil cuti tanpa tanggungan selama dua tahun saja (di kantor kami ada aturan seperti itu, pegawai dengan masa kerja lebih dari 5 tahun bisa mengajukan cuti tanpa tanggungan selama dua tahun). Yang mana ternyata, kondisi kami belum memenuhi syarat juga sih untuk mengajukan cuti tanpa tanggungan…hehehehe….

Dan kemudian Tuhan ternyata memberi jalan lewat si Asep. Dia bisa membantu menjaga anak saya di siang hari. Jadi dari sekolah, anak saya diantarkan ke rumah bareng saya. Di rumah, saya urusin makan siang dan tidur siangnya. Setelah dia tidur, barulah saya berangkat ke kantor lagi. Saat saya berangkat ke kantor lagi itulah, si Asep membantu menjaga anak saya. Yah, cuma buat menemani dan bermain saja sih sebenarnya. Dalam sehari, Asep menjaga anak saya gak lebih dari 4 jam.

Karena sudah lama sama kami, Asep memang sudah akrab banget dengan anak kami dan sudah sangat paham dengan kebiasaannya. Asep sudah tau jenis mainan apa yang anak saya suka dan apa yang gak boleh buat anak saya. Kami sendiri sudah cukup percaya dengan Asep karena kenalnya sudah sejak kami belum nikah dulu *Asep ini saksi perjalanan hidup kami, dari sejak kami ke mana-mana masih naek becak lhooo…hihihihi*. Anak saya juga sudah menganggap om Asep itu teman baiknya, walau si Asep berkali-kali bilang kalau dia bukan teman, tapi supir. Untuk yang terakhir ini, saya juga sudah berkali-kali negur si Asep, karena saya gak pernah ngajarin anak mengenai status supir, pembantu, pengasuh, atau apapun itu yang berkaitan dengan ‘pesuruh’.

Nah, itu dia ceritanya kenapa saya mesti masak untuk makan siang juga. Tadi katanya pengen bikin pendek, tapi kok  ya tetep aja jadi panjang yak…hihihi..

Jadi intinya, karena anak saya harus makan siang di rumah, maka saya pun harus menyiapkan makanannya sejak pagi. Kalau masaknya menunggu siang hari, bisa-bisa kelamaan baru saya bisa balik kantor lagi.  Karena sudah terlanjur masak, jadi untuk makan malamnya juga dibuat sekalian saja. Gak banget deh bikin menu yang beda-beda untuk siang dan malam, dan harus masak dua kali. Sudah deh, untuk makan malam tinggal dipanasin saja, biar cepat, kerjaan gak tambah banyak, dan cucian piring bisa dikurangi!

Sehabis masak, biasanya saya masuk-masukin bekal anak ke dalam lunch box, isi air di termos minum, trus masukin ke tasnya. Habis itu saya beberes dapur, lanjut dengan nyapu-ngepel rumah. Setelah itu mandi deh, trus siap-siap, trus bangunin anak saya, trus ngasih sarapannya, trus mandiin dan nyiapin dia ke sekolah, trus kunci-kunci rumah begitu si Asep sudah datang, trus kami berangkat deh.

Setelah pulang kantor paling yang dikerjakan cuma mandiin anak, manasin makanan, ngasih anak makan malam sambil saya juga makan, lalu cuci piring, lalu saya mandi, lalu main bareng anak, lalu siap-siap tidur malam deh.

Puji Tuhan, so far so good.

Ganjelan dikit-dikit, biasalah. Kadang telat akibat hujan dan macet, ya mau bagaimana lagi. Anak kadang rewel, ya sudahlah disabar-sabarin saja. Kerjaan di kantor terpaksa butuh waktu lebih banyak buat diselesaikan, ya untung pak bos maklum…hihihihi…

Nah, dari apa yang sudah saya jalani, sekarang saya mau berbagi beberapa tips, nih, yang mungkin bisa berguna juga buat teman-teman, terutama ibu-ibu seperti saya, yang bekerja, punya anak balita (kalau urusannya sama bayi sih lain lagi ceritanya 😅), gak punya pengasuh anak di rumah, plus orang tua juga jauh (kala di antara temen-temen ada yang LDR-an juga, maka toss dong kita…sama persis deh jadinya! 😆 ).

1. Tentukan prioritas pekerjaan

Mungkin kalau ada yang membantu di rumah, maka semua bisa kita harapkan serba ideal. Rumah bersih dan rapi, anak terurus, pakaian tiap hari dicuci dan disetrika, taman bunga terawat, masakan enak dan lezat ada di meja sepanjang saat, kita bisa menikmati waktu mandi, punya me-time yang cukup panjang, bisa dandan lama-lama, dan seterusnya..dan seterusnya…

Tapi kalau kondisinya seperti sekarang, maka tentu ada beberapa hal yang harus menjadi prioritas dan hal lain terpaksa dikesampingkan. Prioritas saya:

  1. Anak terurus, artinya:
    1. Ada makanan sehat dan bergizi untuk anak setiap hari. Perkara variasi makanan adalah nomor sekian dan sekian, yang penting mah jenis makanannya sehat dan saya yang bikin sendiri. Lagian saya juga bukan yang jenius dalam menciptakan kreasi makanan, dan dari pengalaman, semakin tinggi daya kreasi yang saya tuangkan dalam masakan, maka semakin kacau balau pula rasanya…hihihihi…. Anak doyan ikan woku? Yak, mari sajikan itu minimal tiga kali dalam seminggu…hihihihi..
    2. Mandinya tetap dua kali sehari, gosok gigi tiga kali sehari, wangi, dan selalu pakai pakaian rapi dan bersih, plus jangan lupa pakaiannya musti matching dari atas ke bawah dan dari luar ke dalam, trus…trus…asesoris seperti jam tangan dan ikat pinggang gak boleh lupa dipake kalau keluar rumah 😁:
    3. Belajarnya Ok. Urusan sekolah OK (jangan sampai ada keperluan sekolah yang ketinggalan/kelupaan dan kalau ada pe-er bisa segera diselesaikan).
    4. Anak tetap merasa nyaman dan saya masih punya waktu buat dia. Main bareng, belajar bareng, bacain buku dan nyanyiin lagu rohani buat dia tidur, dan sebagainya.
    5. Urusan perkembangan rohani anak, tetap jadi prioritas utama.
  2. Rumah terurus.
    1. Yang paling penting, bagian dalam rumah (termasuk kamar mandi) selalu rapi dan bersih. Kecuali untuk ruang main anak, bagian itu akan rapi saat anak selesai bermain…hihihi…

    2. Kalau untuk bagian luar rumah, yang penting sih teras, carport, dan lantai depan teras dalam kondisi bersih. Kalau kolam ikan, sudah deh menyerah saya. Kolam ini memang sudah beberapa lama bikin saya galau, sudah ngajuin proposal renovasi kolam ke pak suami, tapi nampaknya belom ada tanda-tanda bakal disetujui…hihihi….. Tanaman, akan saya urus ketika punya waktu yang cukup. Puji Tuhan sih akhir-akhir ini sering hujan, jadi tanaman di tempat yang tak beratap, selalu mendapat air yang lebih dari cukup. Tinggal dipikirin tanaman yang letaknya di carport saja. O iya, saat musim asap lalu, ada gelombang cinta saya yang mati..huhuhu…sedihnya…dan sampai sekarang potnya masih kosong, belum diisi dengan tanaman yang baru, hehe…
  3. Saya terurus *poin penting banget inih!* :D. Trus suami bagaimana??? Ya dia kan jauh, jadi otomatis ngurus diri sendiri dong….hihihi.. Lagian dengan mengurus diri saya sendiri juga berarti mengurus suami kan?? Iya kan??? 😆

Dengan menentukan prioritas seperti ini, maka kita akan fokus pada hal-hal yang memang jadi prioritas. Di luar hal-hal itu, sudah deh, tutup mata saja, kapan-kapan saja dikerjakan/diusahakannya.

2. Gunakan semua layanan/fasilitas yang bisa membantu pekerjaan

Salah satu contohnya, pekerjaan nyuci dan nyetrika itu adalah pekerjaan yang bukan main menguras tenaga dan waktu. Maka, daripada kita ngabisin waktu berjam-jam demi mendapatkan hasil setrikaan yang licin, rapi, dan wangi, maka kenapa gak kita serahkan pekerjaan yang menguras air mata dan keringat itu ke jasa laundry kiloan?

Apalagi kalau ada jasa laundry kiloan dalam komplek yang terpercaya, yang bisa antar-jemput, yang bisa menyelesaikan pakaian kotor segunung dalam waktu satu hari dengan hasil yang rapi dan bersih, serta harganya pun masih terjangkau. Wah, sayang banget kalau anugerah sebesar itu tak dimanfaatkan! 😀

Kita gak kecapean, tinggal terima beres, punya waktu lebih sama anak, dan tentunya jadi lebih bahagia doongg. Paling setelah itu yang perlu dikerjakan tinggal nyabut-nyabutin label laundry yang dipasang di setiap potong baju trus masuk-masukin baju ke dalam lemari. Gampang. Cepat.

3. Siapkan bumbu dan bahan-bahan memasak untuk seminggu ke depan sejak hari Minggu.

Dari sejak jaman punya ART dan pengasuh anak, kami memang sudah terbiasa belanja mingguan. Kalau dulu-dulu sih kami pergi belanja berdua. Kalau sekarang, cukup suami saja yang turun ke pasar, karena di rumah saya bisa mengerjakan pekerjaan rumah yang lain. Aih, bahagianya punya suami yang pintar belanja keperluan dapur kayak gini….hihihi…

Untuk ikan dan daging sih standar, setelah dicuci, dimasukkan dalam kantong-kantong plastik di mana setiap kantong berisi daging/ikan per sekali masak. Setelah itu masukkan ke freezer. Malam hari, keluarkan daging/ikan, biarkan mencair, lalu rendam pakai bumbu (kalau saya sih selalu mengandalkan lemon cui dan garam untuk ikan-ikanan), setelah itu ditutup pakai plastic wrap, lalu masukin ke chiller buat dimasak besok subuhnya.

Nah, untuk bumbu-bumbu, biasanya di hari minggu saya sudah mulai tuh mengupas-ngupas bawang merah dan bawang putih. Khusus untuk ikan woku, berhubung ini adalah menu yang paling sering saya masak, malah sudah saya proses bumbu-bumbunya secara komplit, lalu masukin ke kantong-kantong plastik kecil dengan takaran per sekali masak, supaya setiap kali saya mau memasak woku, saya tinggal pakai deh bumbu yang sudah saya siapkan. Cepat. Hemat waktu. Kalau mau bikin sup, tinggal ambil bawang merah dan bawang putih yang sudah dikupas dan disimpan di kulkas, lalu diblender deh.

Di hari Minggu itu, saya biasanya juga sudah menyiapkan bumbu tambahan lain, semisal daun bawang, daun sop, sere, daun kemangi, daun kunyit, lalu disimpan di kulkas. Kalau mau dipakai buat masak, tinggal dikeluarkan saja. Gak ada lagi perlu ngupas-ngupas ini-itu, nyuci-nyuci bumbu, potong-potong (kecuali tomat), dan sebagainya. Kalau perlu apa-apa, tinggal ambil di kulkas.

Dengan cara begini, maka akan sangat menghemat waktu lho di pagi hari. Saya kadang selesai masak dan beberes rumah dengan cepat, hingga masih bisa menikmati suasana pagi sambil ngopi cantik sebelum kemudian mulai mengurus anak. Keren, kan? Keren, dong!

Walau kadang-kadang doang sih, seringnya mah rusuh dan terburu-buru di pagi hari 🤣. Tak mengapa, yang penting semua sempat dikerjakan. Kan intinya itu, bisa sempat semuanya, dan metode food preparation ini memang sangat berguna!

Cuma ya itu, capeknya waktu di hari Minggu, saat lagi nyiap-nyiapin semuanya, hehe….

Bisa juga kita menyiapkan bumbu-bumbu instan di rumah untuk membantu mempercepat proses masak. Saya juga siapin kok. Tapi karena sejauh ini yang saya temukan tanpa MSG cuma yang merknya Bamboe, maka persediaannya terbatas sekali, berhubung jenis bumbu yang disediakan merk ini juga gak banyak. Pengennya sih produsen Bamboe ini mengeluarkan bumbu masak yang lebih variatif, jangan cuma seputaran yang ada sekarang ini saja.

4. Usahakan mengerjakan pekerjaan rumah saat anak sedang tidur.

Itulah mengapa saya memilih bangun sangat pagi, supaya ketika anak saya bangun, yang perlu saya urus tinggal dia saja. Dengan begitu, maka pekerjaan bisa terselesaikan dan anak juga gak ngerasa mamanya terlalu sibuk buat dia.

Terus terang, saya gak memilih untuk bekerja setelah anak tidur malam. Anjuran dari mama saya, di atas jam sembilan, kita harus sudah berada dalam kondisi santai. Walaupun belum tertidur pulas, tapi setidaknya kita sudah santai, gak lagi sibuk ini-itu. Kenapa? Ini berkaitan dengan kerja hati kita! Saya sudah cari di Google, dan hasilnya betul lho yang dibilang mama saya….

5. Bekerjasama dengan baik bersama anak.

Saya ngomongnya sama anak saja, secara saya dan suami kan LDR-an saat weekdays, hehe…

Dari pengalaman saya, hal paling berat adalah ketika saya dan anak tidak bisa bekerjasama. Meskipun semua urusan di rumah selesai, tapi kalau anak rewel saat mau masuk sekolah, alamat bubar jalan semuanya. Rumah sudah rapi dan beres, makanan sudah terhidang manis, tapi kalau anak gak mau bangun di jam yang sudah ditentukan, maka sudah deh…alamat terlambat lah kami. Dan bukan cuma jadwal yang jadi kacau, lebih-lebih lagi emosi kita pun kacau balau.

Anak saya termasuk anak yang penurut. Namun se-penurut-penurut-nya dia, tetap saja dia anak laki-laki yang keras kepala! Dan dia pun masih balita! Kadang dia kepengen akan sesuatu tanpa tahu alasannya apa. Kadang dia merasa malas mengikuti ritme dan jadwal kita. Kadang dia marah. Kadang dia ngambek.

Begitulah anak-anak.

Karenanya, bagaimana caranya supaya anak mau kerjasama dengan saya, itu menjadi poin yang sangat penting untuk saya. Dan sejauh ini ada beberapa hal yang saya lakukan.

  1. Saya tahu dan mengerti dengan sadar, kalau TV itu tidak baik untuk anak. Tapi ternyata, dengan memutar CBeebies atau BabyTV atau Disney Junior, itu akan membuat anak saya bisa bangun dengan ceria, tepat pada waktunya. Jadi untuk hal ini, saya berterima kasih pada ketiga stasiun anak-anak itu dan kemudian bersyukur bahwa di dunia ini ada TV! Tapi kebiasaan ini terbalik saat mau menidurkan anak. Kalau sudah mendekati jam tidur, maka TV harus sudah dimatikan, kalau hidup terus alamat anak kesenengan nonton dan jadi lupa tidur. Di rumah, terus terang saya tidak saklek TV itu harus nyala dari jam berapa ke jam berapa. Tergantung kebutuhan saja, dan puji Tuhan anak saya juga tidak ketagihan nonton TV. Mungkin karena sejak kecil tidak dibiasakan berlama-lama dengan tontonan di TV. Biasanya dia nonton di pagi hari saat lagi sarapan, dan di sore hari sehabis mandi. Setelah itu dia main-main, belajar, atau baca buku tanpa nyalain TV.
  2. Singkirkan mainan yang bisa bikin anak be-te. Sejauh ini, yang saya temukan adalah tablet. Iyap, karena di situ dia suka maen segala macam Angry Birds (dari yang biasa, Rio, Space, Season, Star Wars), Bad Piggies, Where’s My Water, Soccer. Anak saya termasuk anak yang pintar bermain game, logika dan nalar dia sudah jalan banget dalam memperhitungkan langkah-langkah yang harus dia lakukan. Cuma yang jadi masalah, kalau sampai dia setelah berkali-kali coba dan masih gagal, dia jadi suka be-te gitu deh. Jadi mending, singkirkan tablet saat weekdays. Dia boleh pakai di hari Sabtu dan Minggu. Itupun sekali pakai sudah maksimal banget dua jam. Saya dan suami memang sudah komit, tidak akan anti mengenalkan anak pada teknologi berupa smartphone/tablet, toh dengan begitu anak bisa belajar mengekang keinginannya karena ada aturan yang membatasi. Puji Tuhan, so far anak saya mengerti dan dia tak akan minta main tablet sebelum kami yang kasih ke dia.
  3. Menyediakan waktu yang cukup untuk anak. Anak itu, semakin kita sibuk, maka akan semakin macam-macam pula tingkahnya demi menarik perhatian kita. That’s why, kalau kita masih menyediakan waktu untuk mendengarkan ceritanya, main dan belajar dengan dia, nonton bersama, dan lain-lainnya bersama, maka tingkah yang macam-macam itu bisa diminimalisir sampai serendah-rendahnya 😀
  4. Saling bikin janji dengan anak. Saya dan anak saya tiap pagi bikin janji kelingking. Isi janjinya sederhana, “Di sepanjang hari ini, mama gak akan marah-marah ke abang, dan abang akan dengar-dengaran ke mama”. Simple, but it works! Ya, gak tiap hari juga sih berhasilnya. Tapi bener deh, hal itu sangat membantu mengurangi jumlah pagi yang diisi dengan rengekan.

6. Sediakan waktu juga untuk kita

Dulu, saya masih suka nekad. Setelah anak bobo, saya nonton serial Korea sampe tengah malam. Sekarang? Saya sudah kapok. Gak berani lagi, hehe…

Me-time saya pun menjadi sederhana. Cukup dengan saya masih punya waktu untuk pake cat kuku, maka saya sudah cukup bahagia…hihihi…kasian amat sih. Ya habis gimana dong, pengen sih masih baca-baca buku lagi setelah anak tidur. Tapi setelah saat teduh jam sembilan malam, mata saya pasti udah gak kuat lagi 😀

Eh iya, bisa bersaat teduh setiap malam, itu juga adalah me-time yang super duper berharga lhooo buat saya, betul-betul berguna untuk me-recharge energi dan semangat. Saat teduh itu sungguh menjadi penyejuk di akhir hari yang sibuk 🙂 .

7. Jangan kebanyakan istirahat saat weekend.

Selama weekdays, sudah capek, bangun subuh, membabu, ngantor, pulang dan membabu lagi. Boleh dong pas weekend banyak istirahat?

Ya boleh, harus malah. Dengan tingkat aktivitas yang tinggi, maka kita harus bisa memanfaatkan waktu istirahat yang ada.

Tapi percayalah, jangan sampai berlebih. Karena, terlalu banyak males-malesan saat weekend, akan membuat kita kehilangan gairah saat weekdays. Setidaknya, itulah yang saya alami 🙂 .

Itulah beberapa hal yang bisa saya bagi di sini. Inget yah, ini tuh cuma berdasarkan pengalaman pribadi saja dan dengan menuliskan ini tidak berarti saya memproklamirkan diri sudah paling bisa semuanya. Benar atau tidak. Berguna atau tidak. Itu tergantung dari kebutuhan masing-masing saja. Yang pasti, Tuhan kasih kita hikmat dan kita masing-masing bisa menemukan pola kerja yang paling cocok buat kita. Dan dengan berbagai kejadian yang saya alami selama maidless ini, saya semakin membuktikan, bahwa ketika jalan sudah terlihat buntu, tetap saja Tuhan sanggup membuka jalan baru buat kita 🙂 .

Terakhir, buat semua ibu di luar sana, semoga kita sehat-sehat  dan bahagia selalu yaaaa….!

Iklan

114 respons untuk ‘How A Working Mom With A Toddler Can Survive Without A Maid

Add yours

  1. Aliiisaaaa……kita pasti bisa,,,,

    Makasih atas sharing2-mu selama ini. Bikin aku makin Pede ngejalaninnya. Awal2 emang kerasa banget ya lis, apalagi suami jauh..si papap juga belum tentu 2 minggu sekali pulang. Tapi yah…apapun pasti bisa kalo kita yakin.

    Dan yakinlah selalu ada pertolongan Tuhan, lewat apapun….
    *peluuuuk…

    Btw, iya ya? kerja diatas jam sembilan malam ga bagus ya? hooo…ok kalo begitu akan kucoba beberes rumah pagi2….mak….bangunnya harus lebih pagi ternyata…. 🙂

    1. Lis kok sama sih, aku dan Hanif juga -janji2 gitu…dari umur 2 tahun…plus ngelingkarin kelingking pula. Tapi kalo kami tambahin saling cium kelingking.

      Rasanya damai banget kalo udah kayak gitu, apalagi janji2 gitu kalo pas abis dia ngambek atau akunya yang ngambek…rasanya gimana gitu ya,,,apalagi selalu di akhiri dengan pelukan…. so sweet dah 🙂

      1. Hihihihi..iya, so sweet ya Ky, ngerasa kalo kita sama anak tuh seperti sahabat baek! 😀

    2. cemungudh ya bo-ebo….. *kirim peluk* btw Lis, coba kirim tulisanmu ke TUM atau Mommies Daily dong. Ini ciamik soro deh kalo kata arek Suroboyo!!

      1. Makacih Tyka…ih, senengnya dapat kiriman pelukan 😀

        Itu carane kirim piye Tyk? Aku yo ra ngerti…wkwkwkwkwk

  2. Hmm lengkapppppppppp banget…
    kalo bangun pagi pagi buat masak iya saya juga merasakan…karena anak butuh makanan sehat..sebisa mungkin dengan tangan saya sendiri..meskipun ada ibu saya…urusan masak memasak untuk kinan dan juga urusan kinan saya yang handle pagi hari…sekarang agak longgaran bangunnya gak jam 4 lagi saya.. jam lima tau setengah lima atau kadang malah kesiangan masih accept masak yang cepat dan gampang tapi sehat secara kinan juga udah mulai suka banyak sayur yang variatif dan masaknya gampang…intinya adalah yang terpenting untuk dia…karena kita paling untuk makan malam aja dirumah..ibu dan bapak saya lebih suka masak sendiri mereka..katanya suka nggak cucok sama masakan saya..hehehe….jadi sedikit meringankan…dulu sih yang penting ada masakan untuk kinan dan satu menu untuk dewasa..jadi bangunnya suka pagi banget…tapi sekarang untuk kinan aja dan kita ngikut kinan juga ok..
    soal point TV dipagi hari itu..biar mood nya terjaga dengan baik…idem..saya juga tahu bahwa tv itu tidak terlalu bagus tapi demi menjaga mood kinan dan dia OK dan masih dalam taraf wajar…dan “acceptable”…waduh ini posting apa koment..intinya berguna banget ini postingan untuk review saya soal masak memasak..thanks tips dan sharingnya jeng…

    1. Namanya ibu-ibu ya mam, kalo pagi tuh kebanyakan sibuk bener. Semoga kita sehat-sehat selalu ya mam..

      Soal TV, menurut saya juga asal masih wajar dan anak gak ketagihan, ya gak ada yang perlu dikuatirkan…

  3. Lisa, kog bisa sih kamu posting segini panjang…kek artikel majalah aja bok…salut sama kamu, sini kamu aku peluk…hihihihii…makasih ya sharenya, bisa dicontoh 😀

    1. Salam kenal juga… saya sendiri gak ngerasa hebat, cuma ngerasa keren aja karena ngerasa punya aktivitas yang padat dari pagi sampe malam, hehe… Makasih yaa 🙂

    1. Terima kasih buat jempolnya 😀

      Tapi sungguhan, saya gak berasa super, karena masih banyak kurang sana dan sini…

  4. Salam kenal Mbak Allisa 🙂 Tipsnya OK banget. Thanks for sharing.

    Kondisi kita hampir sama. Aku juga LDR dengan hubby. Sedih ya. Dulu waktu anak masih satu, aku sanggup ga pake maid dan BS. Sekarang udah dua, ga sanggup deh kalo harus pegang semua. JAdi si baby udah ada BS yang ngurus, walaupun tetep banyakan aku yg handle. Untungnya Boss juga baik banget. Aku dikasih masuk siang sekarang. Jadi setelah beberes di rumah, si bocah gede sekolah, si kecil udah makan pagi dan mandi, baru deh aku berangkat ke kantor.

    Btw, woww…bangun jam 3.20 pagi?? salut deh. 🙂

    1. Salam kenal juga. Sama-sama yaa…

      Saya juga saluuutt…karena kamu udah punya dua anak dan tetep bisa banyak nge-handle urusan anak. Ini saya baru satu aja udah ngerasa lumayan tenaga yang keluar 😀

    1. Iya sih, gegara bangun kepagian, jadi gak kuat nahan mata lagi…huhuhuhu…padahal kan pengen masih bisa baca-baca buku ato nonton film 😀

  5. sekarang ngejalaninnya dah plong kan 😀
    Favian amsih di day care dan aktifitas q masih sama seperti Mama Raja without Daddy in the weekend 😦
    semuanya harus bisa sendiri termasuk nyicil potong rumput dan sikat kamar mandi 😛
    itu juga jadi alasan bikin ngadat ngeblog, akhir tahun kemarin adalah yang terparah perjalanan q tanpa maid or BS
    semoga tahun ini bisa ditanggulangi

    semangat Mama Raja..
    udah tahu dech jawabannya kenapa Raja langsung pulang ke rumah 😉

  6. lengkap bener nih…. keren sekali perjuangannya menjadi professional sekaligus ‘single parent’ luar biasa… kagum.

    Yang perlu diperhatikan adalah mencuci baju, mungkin ada saatnya berhenti beberapa saat untuk laundry kiloan. baju di cuci sendiri, karena kalau kelamaan menggunakan jasa seperti itu, baju suka kotor. Buktikan dengan merendam sendiri baju baju yang biasa di laundry kiloan.. pasti air butek deh.

    Semoga bisa terus bertahan ya… 🙂

    1. Huwaa…iya ya? Saya belum pernah nyoba sih… Thanks udah ngingetin yaaa 🙂

      Amiiinn…makasih 🙂

  7. Panjaaaang kakak…… Hihihihi….. Tapi kok ya habis semua mbacanya. Musti bener-bener disiplin ya kak.. Saya pun tidak ingin punya asisten rmh tangga kalau menikah nanti. Mungkin juga seperti Raja, dititipin di daycare. Dan tips2 dari k’Lis berguna banget. Nyiapin bumbu2 dalam seminggu, aih…tadinya rencanaku nyiapinnya malam harinya, besok pagi tinggal masak. Soalnya gak pernah kepikiran LDR, jadi berasa bisa memberdayakan suami juga racik2 tiap malam :P.

    Makasih tips2nya ya kak.. Semoga k’Lis dan Raja selalu dikasih kemudahan jalani hari2. Tuhan memberkati kak…

    1. Hahahahaha….kepanjangan keknya mmg ya, maklum kalo udah ngetik kok susah berhenti. Tapi makasih sampe habis bacanya yaaa…

      Amiiinn…moga nanti berguna buat mu nanti ya. Tapi klo liat kemandirianmu saat ini, I’m pretty sure u’ll do it even better!

      God bless u too!

  8. priority is a must ya. Dan ngikik baca yang no 4, ya ampuuuun di grup Senin kmrn baru cerita soal resolusi jangka pendek (karena jangka panjang gagal mulu), aku nggak akan bersuara meninggi sehari ini, dan si Ephraim langsung menimpali omonganku “and I try not to tease” karena teasing-nya dia bisa jadi awal civil war di rumah sama adiknya yg biasanya bikin suaraku makin meninggi.
    Sebenernya emang harus kita tanamkan ya, di keluarga setiap orang punya peranan buat bikin hari hari kita bersama jadi menyenangkan. Untuk anak 4 tahun, Raja kooperatif banget lah itu.

    1. Hahahaha…memang yaaa…pagi hari itu mengundang banget buat pake vokal dengan nada tinggi…hihihihi…

      Dan aku sangat kagum dengan mu, edaaa (boleh panggil eda? 😀 ). Kerja, ngurus 3 anak yang wonderful tiga-tiganya. Itu keren sekali, secara aku baru punya 1 aja udah pake nangis-nangis, hehehehehe

      1. Aduh senengnya dipanggil eda. Kalo nanti adik Raja cewek, masukin Gama jadi waiting list ya *baru dipanggil Eda udah menjilat dan ngelunjak berat* Hahaha, kan aku juga pake acara nangis-nangis, padahal ada suami di samping dan ada ART. Empat jempol deh buatmu Lis,LDR no ART tapi hidup teratur dan berguna begitu, masih bisa ngajarin Raja belajar baca pake phonics way itu aja bikin aku jeder tralala sirik kok bisaaaaa ya itu kau lakukan dengan seneng hati.

      2. Hahahahaha…ya, namanya jodoh gak ada yang tau kan da, sapa tau nanti bener kejadian..wkwkwkwk…

        Hehe..syukurlah Tuhan tau kebutuhan kita ya da. Aku mungkin karena baru 1, jadi kondisinya masih diijinkan Tuhan kayak gini, LDR dan gak punya ART. Eda karena anak udah 3, jadi Tuhan tau kebutuhannya, perlu banget ada ART 😀

      3. Hahahahaha…ya, namanya jodoh gak ada yang tau kan da, sapa tau nanti bener kejadian..wkwkwkwk…

        Hehe..syukurlah Tuhan tau kebutuhan kita ya da. Aku mungkin karena baru 1, jadi kondisinya masih diijinkan Tuhan kayak gini, LDR dan gak punya ART. Eda karena anak udah 3, jadi Tuhan tau kebutuhannya, perlu banget ada ART 😀

  9. manggut-manggut, keprok-keprok, salut, bangga, WAJIB banget dicontoh ini mba,,aku yang masih belum punya momongan aja suka keteteran kl mau berangkat kerja.hufft…pencerahan banget baca ini

    1. Kalo kondisi udah mendesak, mau gak mau Nia, berusaha gak keteteran…walo gempor juga…hahahaha

      Makasih ya Niaa 🙂

  10. Homagaaah Lissss…. Bacanya aja udah bikin gw capek. Bukaan bukan baca artikelnya, tapi ngebayangin yang dikau alami bersama Raja. L.U.A.R.B.I.A.S.A.B.A.N.G.E.T
    SUmpah Lis, salut gw samakalian semua.
    Ikhlas sih ya kuncinya. Kalo ikhlas semuanya kerasa enteng dan menyenangkan…

    1. Homagaaah Daniiiii….ini memang capeeeekkk…hahahahaha… Belum seluarbiasa itu sih Dan, cuma mmg lumayan usahanya…hihihihihi…

      Perempuan klo udah terjepit, mmg bisa jadi jagoan kaaannn??? Hihihihi… Salam jagoan buat Bul yak 😀

      Bener, kalo ikhlas dan sukacita ngejalaninnya, pasti hasilnya jadi baik..

      Thanks ya Dan!

      1. Iyah, bakal menderita hidup dunia akhirat kalo sampe berani ngebantah itu…:D

        Thanks Dan…be blessed always! 🙂

  11. aku saluuut banget sama Mba Allisa. supermom banget deh. aku beneran harus berguru sama Mba Allisa deh secara aku dan suami masih LDR juga dan ketemuan pas weekend. semoga nanti kalo sudah diberi kepercayaan anak sama Tuhan, bisa contoh Mba Lisa juga. aamiin..

    1. Belom jadi super, nih, secara masih kurang sana sini. Masih banyak yang belom mampu dilakukan 😀

      Amiiiinnn….perempuan mmg unik, kesannya aja adalah mahkluk yang hrs dilindungi, padahal aslinya bisa kuat banget. Lha, untuk hamil dan melahirkan aja butuh tenaga luar biasa….

      Semoga anak yang kalian tunggu segera datang yaaa… Amiiinn…

    1. Capek, tapi asik dan puas kok Ka…

      PRT? Keknya gak dulu, Ka…bikin capek hati! Mending capek fisik deh drpd makan ati sama PRT Ka. Kalo pun nanti ada bakal super duper selektif. Udah cukup kejadian-kejadian gak menyenangkan gara2 PRT ini…

  12. hebat mbak… super mom deh.. walopun bukan super hehe.. pengalaman aku waktu masih ngantor, dan LDR sama suami, suami pulangnya dua bulan sekali, sempat ada pembantu, tp setahun kemudian ga ada, anak baru satu, lumayan repot juga, gambarannya sama kayak kegiatan mbak gitu deh hehe.. tp beruntungnya saya, rumah ortu masih dekat, jadi saya kerja, anak sekolah titip ke neneknya :)).

    Sekarang… ? punya toddler yg udh bukan toddler lagi sih.. tp masih manja bgt, ga ada art, suami kerja dan kuliah, jadi pergi pagi banget, pulang malem banget hehehe… punya bayi… woooaaahhh… rempong jg mbak hahahaha.. bukannya mau ngeluh, tapi jadi sempat flek2 juga karena sibuk di rumah dan aku lagi hamil, waktu itu.

    wah..ada Asep, beruntung masih ada yang loyal dan baik ya kayak asep, semoga dia betah selalu hehehehe.. dan Raja pinter yaaa.. 🙂 salam mbak buat Raja 🙂

    1. Iya, bukan super, soalnya masih banyak yang gak mampu dilakuin..

      Howaa…punya toddler dan baby sekaligus sekarang? Kebayang repot dan capeknya. Syukurlah orang tua dekat yah, setidaknya tenang nitipin anak… Tuhan memang ada jalan-Nya yah…moga selalu sehat juga yaaa…ngurus bocah dan bayi sekaligus bisa dipastikan energinya buanyak sekali yang keluar 😀

      Makasih yaaaa 🙂

    1. Makasih mbak Fit….masih 1 anak mbak, perlu belajar dari mbak Fit yang ngurus 3 jagoan 😀

      Iya mbak, PRT sekarang susah banget nyari yang bener 😦

  13. Wowwww…. buat bikin postingan sepanjang ini aja udah takes a while lohhh!! Diselipin di antara kesibukan bekerja dan ngurus anak, bravo! Skrg aja gue baru ngelahirin brasa capek banget, especially menyusui, dan itu masih dibantu baby sitter kalo buat jaga malem. Nyusuin itu kadang bikin kringetan hahahah..

    1. Aaaakk…memaangg…punya bayi itu cuapeknya dobel! Mana kalo br melahirkan kan kondisi tubuh baru bener2 habis turun mesin jadi beda staminanya, wajar banget kalo gampang kelelahan. Sehat-sehat terus ya Leony!

  14. emang ya, apapun yang awalnya terasa/dipikir berat, setelah dijalanin toh ya bisa2 aja ya lis… 🙂 gimanapun pasti ada jalannya lah ya.. yah kayak ada asep yang bisa bantu jaga raja, ada laundry kiloan… yang penting tetep dijalanin dengan hati senang aja, bukan dibawa kesel.. ya gak… 🙂

    tentang youtube.. hmmm apa mungkin koneksi nya lis? kayaknya gak ke upload itu videonya ya… fail ya… dicoba lagi aja lis…

    1. Iya Man, kadang kitanya (atau aku aja 😀 ), suka mikir terlalu ribet dan berat, padahal kenyataannya sih gak sesusah itu. Puji Tuhan sih 🙂

      Bukan karena koneksi sih Man, baik2 aja koneksinya…aku pun penasaran ini masalahnya apa…

  15. Sebenarnya kalo bisa ngejalanin kayak kamu, aku justru prefer tanpa maid. Capek kerjaan domestik mah dibawa tidur bisa ilang. Tapi klo capek ati ngadepin maid, duh ! Speechles. Makanya sekarang sejak kantorku gak terlalu jauh dari adik ipar, lebih sante ngadepin ART. Klo dia bertingkah, aku pulangin dan titip Athia di rumah iparku.
    Semangat,Lis. Working Mom juga bisa jagoan ngerjain semua sendiri

    1. Nah, ada satu benefit yang aku lupa tulis di atas, yakni bisa lepas dari rasa makan ati sama PRT. Emang bener deh, kalo bisa gak ada PRT mending kerjain sendiri aja…

      Thanks ya Ndah, semangat juga yaa!

  16. Heibat mbak allisa *kasih jempol*

    Aku udah gk ldr lg sih tp utk urusan tanpa art-nya sama persis, krn di Banjarmasin tuh susah nyari art mana pula aku nya susah percaya sama org dan kemarin waktu nyari pengasuh buat baby meca itu aja udah mewek2 deh gegara lama gk dapet2 hihihi 😀
    Menurutku kalo kita bs ngerjain sendiri tuh rasanya keren dan puas mbak ya kalo capek sih pasti ya tp ya itu kudu tau yg mana yg prioritas, kalo aku biasanya urusan domestik dirumah tuh yg primer2 aja yg kukerjain sementara yg sekunder yg msh bs ditunda bentar ya disisihkan dulu hahaha kalo pak suami sih paling banter bantuin jagain meca pas aku lg membabu 😀
    Aaaaa…semangaaaaattt, kita pasti bisa mbak *peluk2* 😉

    1. Belom hebat, Idang, makanya masih suka nangis…hihihi…anyway, thanks yah 🙂

      Bener, yang primer2 aja yang dikerjain, daripada kecapean banget tar, kan kita juga musti sisain tenaga buat ngeladenin anak 😀

      Peluk Idang…amiiinn..kita pasti bisa! 🙂

  17. Oh dear baca ini bikin aku yang Maret nanti akan ditinggal pergi mbah (blm pasti balik lagi ato ga) yang selama ini momong Alika dan urus rumah jadi semangat lagi beneran deh kayaknya aku lebih mending ditinggal suami pergi dinas lama ketimbang ditinggal mbah soalnya udah cocok banget sama Mbah huhuhu TFS ya semangaat dulu waktu Alika masih 0 bulan sampe setahun (sebelum ketmu ama Mbah) aku bisa urus sendiri dari mulai ngurus anaknya, ASI, MPASI, pakaiannya sekarang jauh lebih mudah Alika udah lebih besar caiyoooo………..

    Kalo lagi makan di KI mbok ya mampir2 toh jeng, kantorku disebelah KI ini sms kek jadi bisa ktemuan hehehe

    1. Hahahahaha..si mbah lebih berguna di rumah ya jeng…wkwkwkwkw

      Iya yaaa…ya ampun maaafffff…aku kelupaan ngabarin waktu lagi di KI, padahal kantor mereka pas di samping situ yak 😀

  18. satu kata buat kmu lis.. HEBAAATT…
    thanks for sharingnya.. banyak hal yg bisa aku ambil idenya buat persiapan nanti2 klo memang mengalami kondisi yg mungkin mirip sama kmu..pokoknya disaat harus jadi supermom deh 😀

    btw raja sama kya tania, klo main tablet awalnya seneng cuma ketika sampai di level yg dia ngga bisa kuasain dia bisa ngamuk2 dan jadi BT bahkan berujung nangis seringnya 😦

    1. Aku malu Ke, dibilang hebat sama kamu…soalnya masih suka mewek…hihihi…

      Makasih juga ya Ke..

      Ah memang, itulah malesnya kalo anak udah maen game gitu. Kalo lancar2 sih asik, dia bisa diem, eh giliran gak bisa, bisa2 marah2 😀

    1. Iya mbak, bersyukurnya sekarang semua makanan Raja aku yang handle, jadi ngerasa lebih yakin aja, mbak…

      1. lho, kita wajib lho Lis ngerasa hebat plus keren, huahahahaha
        serasa sembunyiin jubah superman dilemari terbawah gituuuu

  19. Salut Jeng Lis, berasa sedang duduk sebelahan mendengar cerita langsung. Semangat dan syukur memancar dari keseharian Jeng Lis. Terima kasih sharingnya. Salam kami

    1. Hahahaha…ceritanya bawel banget ya bu Prih 😀

      Terima kasih kembali, bu Prih…aku yakin pengalaman bu Prih yang sudah jauh lebih banyak pasti sangat berguna juga untuk kami ibu-ibu baru ini.

      Salam juga dari kami ya bu 🙂

  20. waw tulisannya bgs, salam kenal ya 🙂
    sebagai org yg barusan nikah sempet ngeri juga sih mikirin gimana nanti kalo udah punya anak dan masih harus kerja juga, belom lagi kalo suami dinas di luar.. ternyata kalo dijalani semuanya pasti bisa ke urus yah 🙂

    1. Salam kenal juga, makasih ya 🙂

      Iya, kadang ngebayanginnya aja yang berasa ribet, padahal setelah dijalani ternyata bisa juga, apalagi Tuhan kan selalu kasih jalan 🙂

  21. Mbak lis, saya paling suka kalau postingannya ttg working mom gini.. Asli, inspiring bgt buat pemula seperti saya. Saluuut bangunnya pagi banget, hehe. Tp kliatan deh kalau mba tu rapi orgnya, secara runtutat dan tulisannya juga always rapiiiii.. hehe..

    1. hehe…makasih yaaa… Iya, aku memang suka yang rapi-rapi, seneng aja kalo liat sesuatu yang teratur dan rapi 😀

  22. Sama kayak mam Indah, kalau bisa milih tanpa maid ya tentu saja milih tanpa maid. Tapi kondisi nya yang gak memungkinkan *atau belum kepepet ya? :D. Bersyukur mam Allisa diberi banyak kemudahan. Yang paling salut itu bangun pagi bener itu lhooo…. Btw, Raja tidur jam brp mam? Apakah selalu tidur siang?. Dita ini tidur siang 2-3 jam, malam kalau tidur bisa jam 10-11 malam….udah dikelonin, digosok2 punggung nya…ini anak masih ngoceh…jadiiiii…emaknya sudah teler.. jd berasa kurang tidur hehehe *cari alasan gak bs bangun pagi 😀

    1. Hehe…iya bund, kalo udah kepepet, biasanya adaaa aja jalan yang bikin bisa ngelakuin semuanya 😀

      Raja tidur jam 9 malam, bund, dan itu dia tiap hari masih bobo siang juga sekitar 2 jam. Kalo pas jumat dan sabtu malam, barulah dia tidur sekitar jam 10 – 12 malam. Tapi kalo pas hari sekolah, jam 9 dia udah harus tidur 😀

  23. Allisa kamu itu bener2 sudah jadi super mom banget kok, asli salut sama kamu..!
    iiih makanya Raja ngadat ga mau ke lunch ke KI lagi, abisnya Mamanya ga ngabar2i kita sih kalo lagi nongkrong disana, kan bisa kita samperin, wong tinggal sejengkal lagi itu dari kantor, dan kalo kita temenin pasti Raja akan selalu menantikan moment makan siang di KI, iya kan Raja..? 😛

  24. Salam kenal Mba Lisa….
    Saya sudah lama liat2 blog mba ini….
    dan setiap waktu saya jd pengen baca2 blog mba karna menurut saya sangat memotivasi apalgi tentang mengurus anak.
    & intinya saya salut buat Mba Lisa.
    makasi y buat

    1. Halo, salam kenal juga yah 🙂

      Makasih ya, yang hebat itu memang Tuhan karena Tuhan selalu kasih kita kemampuan saat kita minta 🙂

  25. Top banget lis 🙂 iya emang keren kok lis. Betul ibu ku juga bilang lbh baik bangun kepagian daripada masih sibuk abis anak tidur. Hawa segernya beda. Tapi trgtg kondisi jg sih, ada jg krn alasan tertentu lbh nyaman sibuk malam hari.
    Kl udah nyaman sama ritme seperti ini masih nyari2 ART lg ngga lis?

    1. Iya Tik, tergantung kondisi juga. Cuma enaknya, kalo kerjaan udah beres, waktu mo tidurin anak kita gak perlu takut ikut ketiduran juga 😀 😀

      Nyari gak nyari sih Tik. Kalo memang nanti dikasih Tuhan orang yang bener dan niat hati bener2 mau kerja, ya gak nolak juga… Tapi kalo untuk ngasuh Raja, aku masih agak berat sih Tik, masih ngerasa lebih nyaman aku ngurus Raja sendiri gini..

  26. Thanks bgt mama raja, memberikan wawasan baru buat saya yang akan mengalami situasi yang sama. Selama ini anak saya Hans diasuh ama oppungnya tapi seiring berjalannya waktu saya dan suami melihat Hans perlu diasuh langsung oleh kami. Dan kebetulan Tuhan memberi jalan agar kami segera kumpul lagi (selama ini kami tinggal di kota yang berbeda).Tapi sempat bgg dgn susahnya nyari ART,setelah dibahas dengan suami dan dipertimbangkan berbagai kondisinya, kami memutuskan untuk berjalan tanpa ART. Semoga kami dapat menjalaninya dengan baik seperti Mama Raja udah jalankan.

  27. Waaah, mama raja hebaaaat *acungin 2 jempol*…
    Saya yang cuma ngebayangin aja berasa capeknya :).

    Saya juga sering banget ngalamin drama ART yang datang-pergi sesuka hati, mba. Semoga cepet dapet ART yang baik, untuk njagain raja di rumah, dan meringankan beban mba lisa.

    Dan semoga mba lisa dan raja selalu diberi kesehatan, dan bisa menjalani hari2 dengan semangat yaaa..

    Salam kenal dari bundanya shifan & shawna :)))

    1. Iya nih, ART jaman sekarang susaah banget dipertahankan 😀

      Makasih doanyaa…salam kenal juga yaa ^_^

    2. Iya nih, ART jaman sekarang susaah banget dipertahankan 😀

      Makasih doanyaa…salam kenal juga yaa ^_^

  28. Mbak, cerita menginspirasi sekali… kasusnya sama kayak aku, LDR, g ada ART, anakmasih 2 tahun, plus bonus hamil lagi…. hadeh… nah, aku mau tanya ni mbak, raja waktu mbak nulis ini dititipin di day care mana y mbak? Bingung bgt milihdaycare di palembang… mksh mbak

  29. inspiring banget deh, salut sama bangun super paginya. sekarang anakku bagas mau 15 bulan, masih nenen, aq blom pernah bisa bangun pagi banget, karena gak tega ninggalin dy yg masih mau bobo sambil mimik. sekarang ini aq ibu bekerja berangkat 6.30 dan pulang 18.00, pakai pengasuh yang nginep. tapi makan ati jadinya, berasa di rumah dy yg paling ngerti. pengen deh segera gak pake PRT yang nginep. pengen banget ngerasa free di rumah sendiri, merawat anak, masak dan lainnya di pegang sendiri

  30. Ini salah satu tulisan terfavorit saya dari blog Kak Allisa. Thanks bgt tips nya, menginspirasi bgt. Gak bosen baca tulisan ini berkali-kali untuk menyemangati diri, persiapan sebentar lagi pembantu akan mudik saat lebaran.

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: