Flamboyan…

Di antara pembaca adakah yang tidak tahu seperti apa pohon flamboyan itu? Mungkin jarang yang tidak tahu yah, karena di negara kita pohon ini termasuk yang lazim kita temui di mana-mana. Tapi kalaupun ada yang tidak tahu, maka silakan melihat foto pohon flamboyan hasil jepretan saya baik yang di atas maupun yang di bawah ini untuk mengetahui seperti apa pohon flamboyan itu.

Pohon flamboyan adalah jenis tanaman hias, namun karena ia berukuran besar dan tinggi dengan bentuk pohonnya bercabang dan melebar, maka di negara kita tanaman ini lebih berfungsi sebagai tanaman peneduh. Flamboyan adalah tanaman yang sangat indah. Ketika musimnya, pohon ini akan berbunga merah dan jingga. Pohon flamboyan hanya berbunga sekali dalam setahun dan biasanya terjadi pada saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Di kota Palembang, kita bisa menikmati jejeran flamboyan terutama di ujung Jl. POM IX (sebelum berbelok ke arah Jl. Sumpah Pemuda). Sayang, mungkin karena sekarang antara musim penghujan dan musim kemarau agak kurang jelas batas serta peralihannya, maka saya jarang sekali melihat ada pohon flamboyan di kota ini yang berbunga lebat. Di Jl. POM IX sendiri, meski pohon flamboyannya berjejer, namun saat ini yang sedang berbunga hanya 1 pohon saja. Itupun bunganya tidak banyak.

Di antara semua pepohonan yang sering ditanam sebagai peneduh pinggir jalan, Flamboyan adalah nama pertama yang saya kenal seumur hidup saya, karena dulu pohon ini berjejer di sepanjang jalan di depan rumah tempat tinggal saya semasa kecil. Sejak lahir sampai saya lulus SD, kami sekeluarga tinggal di sebuah rumah dinas yang disediakan oleh bandara tempat papa saya bekerja. Letak rumahnya persis di pinggir jalan protokol yang menjadi gerbang masuk bandara.

Jika ada yang pernah ke Manado atau kalau nanti-nanti ada di antara pembaca blog ini yang datang mengunjungi kota Manado, coba perhatikan, begitu keluar dari bandara, di sisi kiri jalan terdapat deretan rumah. Diawali dengan rumah-rumah yang merupakan bagian dari kompleks AU, kemudian ada sebuah TK (saya dulu bersekolah TK di situ 😁), lalu ada empat rumah yang berjejer yang diakses harus dengan menaiki beberapa anak tangga. Rumah kami dulu adalah rumah yang keempat, alias yang terakhir. Jalan depan rumah memang menurun, dan rumah kami beserta tiga rumah lainnya dibangun di atas tanah yang tinggi, sehingga di depan masing-masing rumah terdapat tangga. Dulu, tangga itu lumayan tinggi, seingat saya ada sekitar 15 anak tangga, namun beberapa tahun lalu (ketika kami sudah tidak tinggal di situ lagi), dilakukanlah proyek pelebaran dan peninggian jalan, sehingga jumlah anak tangga pun berkurang drastis dan letak rumah-rumah tersebut terlihat hanya rendah saja dari jalan di depannya.

Karena letaknya yang cukup tinggi dulu itu, membuat saya selalu merasa kalau kami sekeluarga tinggal di atas bukit 😅. Nah, di depan rumah kami, di sepanjang jalan itu hingga ke gerbang bandara, berjejerlah pohon-pohon flamboyan dan karena pohonnya ditanam di sisi jalan yang notabene terletak beberapa meter di bawah rumah kami, maka beberapa ujung dahan pohon ini bisa tergapai oleh saya dari halaman rumah kami.

Dulu, di setiap musim berbunga pohon flamboyan, saya suka sekali menikmati keindahan merah dan jingga yang melebat di seluruh dahan pohon ini. Karena pohonnya besar dan ujung-ujung dahan antara pohon di sebelah kiri dan kanan bisa saling bertemu, maka ketika bunganya melebat, jalanan seolah dinaungi oleh tudung berwarna merah. Saya amat suka menikmati keindahan ini dari kamar tidur saya yang memang menghadap ke arah jalan terutama ketika langit sedang berwarna biru cerah dan matahari sedang bersinar terang. Rasanya luar biasa sekali melihat gerombolan bunga berwarna merah berkilau dengan langit biru sebagai latarnya serta awan putih yang sesekali berarak seolah menembus tudung merah itu. Sungguh rasanya seperti sedang melihat lukisan alam yang luar biasa indah yang keindahannya mampu menerbitkan banyak impian akan masa depan di dalam benak kanak-kanak saya.

Saya juga menikmati ketika bunga-bunganya berguguran kemudian berserakan di jalan dan di halaman rumah. Saya yang memang sedari kecil senang berkhayal, langsung merasa seperti yang sedang kejatuhan salju dari langit, tapi saljunya berwarna merah. Rasanya seperti sedang berada di negeri dongeng, berlari di tengah ladang yang penuh hamparan bunga. Maklum, saya waktu itu masih anak kecil, belum mengerti alangkah lelahnya membersihkan halaman rumah yang penuh dengan kelopak-kelopak bunga yang berserakan 😅.

Kenangan akan keindahan flamboyan itulah yang selalu hadir setiap saya melihat pohon ini….

Sayangnya, kenangan indah itu selalu diikuti dengan kenangan horor tentang jalan di depan rumah kami itu. Jalan di depan rumah itu termasuk jalan yang sangat penting bagi kota kami, karena menjadi gerbang masuk dan keluar kota ini. Karena statusnya yang penting, maka jalanan itu dijaga agar tetap mulus. Sayangnya, karena jalanan yang mulus itu dan ditambah dengan kondisi jalan yang agak sepi mengingat pada jaman itu pengguna jasa bandara belumlah sebanyak sekarang sehingga mobil yang melintas juga masih sedikit, maka para pengemudi cenderung melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi di sepanjang jalan ini… Dan tahukah teman-teman, akibat kebiasaan pengemudi kendaraan yang mengebut itu, setiap tahun ada saja peristiwa yang membuat jalanan beraspal hitam mengkilap itu tak hanya sering berwarna merah oleh karena bunga flamboyan yang berguguran tapi juga oleh darah para korban kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut, yang kebanyakan adalah anak-anak 😢.

Karena seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas dengan korban anak-anak di jalanan itu, maka berhubung rumah kami tepat berada di pinggir jalan itu, sewaktu kecil kami dijaga ekstra ketat oleh orang tua. Mana pernah kami bisa pergi bermain ke rumah teman yang untuk ke situ kami harus turun ke jalan? Tidak pernah! Jalan sedikit ke arah tangga tanpa ada orang tua yang mengawal saja kami dilarang. Tempat kami bermain sehari-hari hanyalah di dalam dan di halaman rumah saja. Bermain sepeda pun hanya di halaman rumah. Kalaupun ingin pergi bermain sepeda di bandara supaya track-nya lebih luas, maka kami harus dikawal oleh papa. Oh ya, dulu penerbangan masih sesekali saja, sehingga kami, anak-anak kompleks, masih leluasa memakai area bandara sebagai playground kami 😁. Kalau papa tidak bisa mengawal kami pergi ke bandara untuk bermain, maka itu berarti kami harus puas hanya bermain di halaman rumah saja.

Bersyukur, halaman rumah kami terbilang besar, bahkan sampai ada kebunnya segala yang berisi aneka ragam tanaman, mulai dari pisang, pepaya, kedondong, nanas, ubi jalan, jambu klutuk, jambu bangkok, dan lain-lain. Lalu dari halaman belakangnya, kita bisa menyusuri jalan setapak yang menurun menuju sebuah sungai kecil yang mendapat aliran mata air dari bawah pohon beringin besar. Sungai kecil itulah yang menjadi tempat bermain favorit saya, meskipun di situ ada pohon beringin besar, tapi suasananya jauh dari kesan angker, sebaliknya justru saya selalu mendapatkan perasaan yang damai setiap bermain di situ. Tak peduli seberapa garang pun matahari bersinar, namun tempat itu akan selalu sejuk dan rindang. Dari tempat itu selain bisa menikmati sejuknya aliran sungai, saya juga bisa menikmati indahnya pemandangan sekitar. Ada pepohonan, ada tiga telaga buatan yang dihiasi bunga teratai berwarna putih dan merah jambu, ada juga pemandangan burung weris yang banyak berdiam di pohon beringin besar itu, serta tentu dari sungai kecil itu saya juga bisa menikmati keindahan barisan flamboyan di pinggir jalan dari sisi yang berbeda. Dulu, saya sering bermain di sungai itu bersama adik saya. Kami suka menangkap ikan di situ atau kalau sedang tidak ingin bermain, kami bisa hanya duduk-duduk saja menikmati damainya suasana di sekitar kami. Beberapa kali saya sampai lupa waktu ketika sedang bermain di situ, sampai-sampai mama harus berteriak memanggil saya dari halaman rumah dan menyuruh saya untuk naik 😁.

Meski ada kisah seram yang terselip dalam kenangan saya tentang flamboyan dan walaupun dulu kami tidak bisa sebebas anak-anak yang lain, namun sebenarnya kenangan masa kecil itu bisa disebut indah. Rasanya bersyukur sekali memiliki orang tua yang meski menetapkan segudang aturan di rumah, namun rumah selalu menjadi tempat ternyaman bagi kami. Duh, menulis ini membuat saya bertambah rindu dengan orang tua. Apalagi akhir-akhir ini setiap habis mengantar si sulung ke sekolah, saya pasti bertemu dengan deretan flamboyan di jalan menuju kantor membuat saya bolak-balik teringat dengan masa kecil yang semakin membuat saya rindu untuk pulang ke rumah. Semoga, tidak ada halangan untuk rencana pulang di tahun ini 😘.

Begitulah pemirsa cerita saya tentang flamboyan di sore hari ini. Kopi saya sudah habis, itu artinya sudah tiba waktunya untuk saya pulang. Menulis ini memang untuk menemani saya minum kopi. Tadi saat rapat tidak disuguhi kopi, padahal hampir menjadi keharusan untuk saya setiap sore minum kopi agar tidak mengantuk saat menyetir. Karena itulah begitu selesai rapat yang jam selesainya sudah lewat dari jam pulang kantor, saat kembali ke ruangan, yang menjadi agenda saya selanjutnya adalah menyeduh kopi lalu menulis di sini 😁.

Selamat sore ya, semua. Tuhan memberkati kita semua!

PS:

Sekarang, deretan flamboyan di depan rumah masa kecil kami itu sudah ditebang habis bersamaan dengan proyek pelebaran jalan 🙂

64 respons untuk ‘Flamboyan…

Add yours

  1. Owh..baru tahu kalo itu namanya Flamboyan..
    #hmm maklum aku buta nama pohon2*
    Taunya beringin doank hahaa..

    curaaang, kopinya dah abis..
    Udah ajah yah..

    1. Hihihi..jadi ternyata ada aja yang gak tau pohon ini ya teh 😀

      Yah, teh Nchie telah sih, coba dari tadi datang ke sini, masih ada tuh kopinya :p

  2. Hik hik hik…..mbak serem bener cerita kecelakaanyaa,,,,aku merinding nih… 😦

    Karena parno itulah mbak aku pilih tempat tinggal yang di dalam komplek (# sebenarnya karena belum mampu beli yang dipinggir jalan gedhe siiih)

    Anyway, selamat nonton Desperate Housewives ntar malam… Episode perdana neh… 🙂

    1. Memang dalam komplek lebih aman untuk anak-anak. Cuma ya tetep, mending jangan biarin anak maen sendiri di luar tanpa dijaga khusus, walopun anak lagi maen sama temen2nya, yah buat jaga2 aja dari hal-hal yang bisa mengancam 😉

      Semalam aku nonton…hihihi…seruuu… 😀

      1. iya mbak seru ya…

        Awalannya ikutan stress pas nguburin “itu”… 😀

      2. Hihihi..iyaaa ih…. itu bener2 keputusan yang salah ya sebenarnya 😀

        Dan ikutan tegang pas yang mobil itu yah…hihihi…harusnya cowoknya si Bree ngeh tuh kalo mereka lagi boong 😀

  3. iya ih, serem ya ceritanya mba, semacam….*hii, ga mau lanjut komen yang bagian ini

    kebetulan tadi ada temen crita masa-masa dia pacaran dulu, katanya dia berdiri di deket pohon flamboyan, yang diajak ngobrol malah mikir “pohon flamboyan yang kaya apa sih…”kok ya pas main kesini disuguhin gambarnya..

    1. Ho oh, mending gak usah dipanjangin di bagian itu, tapi diambil pelajarannya untuk selalu berhati-hati dalam menjaga anak…

      Hehehe…mungkin kita ada kontak batinnya yak 😀

    1. Mauuu pulangg…tapi jatah cuti disimpen sampe Desember nanti 😀

      Oalah Kaa….jadi kamu juga baru tau sama pohon flamboyan ini?? hihi

  4. Aku baru tau flamboyan hahahah sekilas kayak kamboja *duaarrr* maklum yak ga pernah ngapalin nama nama pohon :p btw serem banget yang kecelakaan itu ya ampuuun harusnya pakai tulisan peringatan segede spanduk, pelan pelan banyak anak kecil 😦

    1. Mungkin karena itu jalan protokol, pep, jalan utama propinsi, jadi hampir gak mungkin pake peringatan kayak gitu 😦

  5. aduh serem banget lis… apalagi kalo ngeliat dengan mata sendiri korban tabrakannya ya… 😦

    emang mendingan anak2 main di dalem rumah deh kalo jalanannya emang rame gitu. daripada kenapa2…. asli serem banget!

    1. Serem lah Man. Tetangga pas sebelah rumahku juga pernah tertabrak di depan rumah kami. Puji Tuhan gak apa-apa…

      Iyah, amannya dalam rumah aja..daripada nyesel kemudian..

  6. Kalo flamboyan aku tau mba 😀 Dulu jaman TK namanya juga TK flamboyant karena ada satu pohon flamboyan gede yang legendaris banget deh! Eh sayang banget skarang udah ditebang pohonnya dan TK aku juga sudah entah kemana 😦

    1. Sayang yah, TK-nya udah ditutup 😦

      TK ku sampe sekarang masih ada, cuma pohon flamboyan di depannya aja yang udah gak ada 😀

  7. OO jadi ini yang namanya flamboyan.. hihihi seneng deh selalu mampir kesini, banyak pengetahuan jadinya.
    Kenapa ya kalo cowo suka ada yang dibilang cowo flamboyan. Apa ada pengaruhnya ya sama pohon ini? *pertanyaan ga nyambung* hihihihi

    1. Cowok yang pintar memikat wanita mungkin disebut flamboyan, karena flamboyan kan meski adalah pohon yang terlihat kokoh, besar, dan tinggi, namun ketika berbunga terlihat indah dan memikat. Banyak malah yang bilang kalo flamboyan adalah pohon terindah di dunia 😀

  8. #lapkringet
    Bok…. Plis deh…. Itu kenapa di tengah2 kok ceritanya jadi horor yak, hahaha…astaga kenapa aku malah ketawa.

    … Padahal pas di paragraf2 awal, aku begitu menikmati ceritanya sampai terbersit membuat cerita anak: “Allisa. Gadis kecil yang tinggal diatas bukit. Halaman rumahnya bertabur keindahan warna merah dari pohon flamboyan……”

      1. Aku tau..aku tau buku itu…hahahaha… Ya ampun, baru keinget lagi sama buku itu gara2 kamu ngomong ini Er..hihihi..masih ada dijual gak yah buku itu? 😀

      2. Erlia, ternyata masih ada lho dijual buku itu, bahkan yang cetakan tahun 2005. Aku jadi pengen koleksi lagi…hihihi… Makasih ya Er, gara2 kamu komen ini aku jadi inget lagi 😀

        Tambah kangen deh sama masa kecil 😀

      3. Bukan Heidi sih Tyk, tapi emang Tini judul bukunya. Heidi dan Tini mmg sama2 dari Eropa, tapi ceritanya beda, kalo Tini tuh lebih ke seri cerita sehari2 gitu, dan gambarnya Tini lebih bagus kalo menurut aku dibanding Heidi. Trus kalo Heidi kan rambutnya kriwil gitu, kalo Tini tuh modis Tyk, rambutnya lurus, pirang kecoklatan gitu 😀

        Hihihi..iyaa kok jadinya manjat bunga? hahaha

    1. Ya ampun bu guru ini, kamu harusnya bersedih dan prihatin, bukannya ketawa….hihihihi *nah, aku malah ikut ketawa :D*

      Hahahaha…boleh juga tuh ide ceritanya, ayo dong dibikin cerita anak yang tokoh utamanya namanya Allisa…wkwkwkwk

  9. Liiiiis…
    ya ampuuuun…sekarang lagi giat cerita soal pohon nihhhh…gara gara Rajaaaa…coba dulu Raja nanya nya tentang artis korea…hihihi…

    Dan aku gak pernah terlalu merhatiin pohon pohonan sih Lis, jadi baru tahu kalo pohon ituh namanya flamboyan *langsung berasa tidak gaul*

    Dan kenapa harus jadi ada cerita horor nya segala siiiiih…haduh…

    Rumahku sih di dalem komplek gitu Lis, dan kuldesak jadi hanya punya 1 jalan masuk dan rata2 kendaraan yang lewat biasanya penghuni sini juga dan gak pernah ngebut *kecuali ojeg*…

    Kayla dan Fathir biasa main ama temen temennya di depan rumah gituh sih…
    Tapi aku pun tetap gak bolehin Fathir keluyuran tanpa pengawasan lah, biasanya kalo anak anak main, aku suka ber gosip gak jelas …eh…maksudnya bersosialisasi ama ibu ibu tetangga…diantaranya sama Nchie dan Diana ituh Lis…

    1. Hihihi…iya mbak, ni bentar lagi bakal dirilis tulisan seri pohon lainnya..wkwkwkwk

      Iya mbak, walo di komplek, tapi tetep harus ekstra pengamanannya 😀

  10. Aku tahu pohon itu…wah kalo lagi berbunga aku suka..warnanya itu lho…merahnya keren…
    jadi inget juga lagu jadul banget…*lagu nostalgia kali yah namanya..hehehe…yang dulu suka diputer bokap dirumah waktu masih jamannya kaset tape gitu…
    Flamboyan, berguguran…berserakan…
    wah ngebass banget yang nyanyi..siapa ya penyanyinya rahmat kartolo bukan…*tanya bokap lagi entar hehehe..
    walah malah mbahas lagu ….
    sip sip jeng..ditunggu postingan tentang pohon yang lainnya..
    ayo bang raja, explore lagiiiiiiii biar mamanya tambah ilmu..dan kawan blogger yang baca blog mamanya tambah ilmu juga…:)
    sambil menyelam minum air yah jeng..long life education…belajar sama sama..
    hehehe walah..jadi kemana mana komenntya..:)
    tfs..

    1. Akhirnya, ada juga yang ngaku tahu pohon flamboyan…hahaha

      Aku juga tau lagu ituuu…hihihihi…selera kita masih gak jauh2 dari hal2 jadul yak 😀

  11. Ya ampun Lis, aku merinding baca yang anak meninggal itu. Iya. karena udah emak-emak kepikiran posisi kita jadi sang ibu.

    Etapi akuuuu *ngacung* belum ngeh pohon flamboyan.
    Selama ini cuma tau cowok flamboyan…dan lagu flamboyan. #oemji jadulnyaaa

    1. Hikkss…iya, Ndah. Dulu aku sedih liat mamanya, kebayang kalo mamaku sesedih itu… Sekarang setelah jadi mama, aku bener2 ngerti gimana besarnya rasa takut kehilangan seorang ibu…

      Jadi…jadi…kamu juga gak tau flamboyan?? astaga Indah, aku sungguh tak menyangka *geleng-geleng* hahahaha

  12. Aih…serem juga baca ceritanya. Emang riskan banget rumah dekat jalan utama.

    Ada kalimat yang mengatakan kalo dirimu anak paling nakal diantara anak2 papamu. Kok saya gak percaya ya? 🙂

    1. Hihihi…aku dulu memang bandel, makanya sering banget celaka, untungnya celakanya biasanya karena jatoh sendiri bukan karena tertabrak kendaraan di jalan. Dulu tuh aku sampe 3x lho masuk UGD gara2 jatoh dan kondisinya mengkhawatirkan.. Kalo diliat di kepala belakangku, masih ada tuh bekas jahitannya, sebagai bukti kebandelan masa lalu 😆

  13. Syerem ah ceritanya, jadi keinget pas jaman SMA, katanya biasanya di SMAku menjelang EBTANAS, akan ada korban, eh beneran deh, pas kakak kelasku ada yang kecelakaan, pas angkatanku, ada juga yang kecelakaan parah, sampe temenku itu gak masuk berbulan-bulan, tapi untunglah bisa pulih dan ikut EBTANAS…. Hiiyyy sereeemm……

    1. Iya mbak, pohonnya besar. Malah yang di gambar di atas, itu belum ukuran besarnnya, mbak, pohon flamboyan bisa sangat tinggi dan besar 😀

  14. naaah….kalau pohon flamboyan ini aq tau Lis
    sama aq juga punya cerita masa kecil tentang pohon flamboyan ini
    di tempat kerja ibuku dulu kebetulan tempat kerjanya ada rumah dinasnya juga
    kompleknya teduh dan asri,disepanjang jalan banyak terdapat pohon flamboyan
    dan aq paling seneng mungutin bunga-bunganya
    tapi sayang komplek dan tempat kerja ibuku beberapa tahun yg lalu bangkrut tapi kebetulan ibuku udah lama pensiun dari situ.
    dan skrg tempat itu sudah rata menjadi tanah dan dijual ke pihak swasta sepertinya akan dijadikan pusat bisnis
    dan hilangah jejak kenangan itu berikut dgn pohon flamboyannya juga

    tapi cerita flamboyannya kok berubah jadi horor gitu aaah…..
    ngeri Lis ngebayangin banyak anak kecil yg jadi korban
    *peluk Rafi*

    1. Hihi..kita sama ya mbak, jejak kenangan kita telah terhapuskan 😀

      Iyaaa…kenangan ku tentang flamboyan bagai dua sisi mata uang #tsaaahh… satu sisi membahagiakan, satu sisinya lagi horor 😦

  15. menikmati cerita jadi tiba2 serem bayangin kejadian2 disitu…..
    seru ya masa kecilnya…..
    eh gak nyangka lho….kalo Allisa kecil bandel….

  16. di pinggir jalan di sekitar rumah masih banyak pohon ini, saya suka banget kalo sedang berbunga, warna-warninya itu lho …

  17. Pohom flamboyan yah, tau dong aq…malah dulu waktu kecil pernah liat yg bunganya warna kuning sm pink, kynya ada bbrp jenis ya warna bunganya gk cm orange yg ky di foto itu mbak…Kalo dibanjarmasin biasanya dipake juga buat hiasan bunga di kepala pengantin dgn busana adat banjar 🙂 semacam ada alasan magis juga sih kata org2 tua sini
    Kangen mau pulkam yah 😀 hihihi sama dong, udah gk sabar nih nungguin lebaran loh dan senengnya kita bakal bawa baby nih mudik tahun ini
    Ditunggu cerita pohon yg selanjutnyaaaaaaa 😉

    1. Malah ada juga yang ungu lhooo… Tapi mmg kalo flamboyan, lbh identik dengan merah jingga gitu, makanya suka disebut juga flame tree 🙂

  18. Flamboyan salah satu tanaman yang inspiratif. Banyak novel, cerbung, cerpen, puisi maupun lagu yang memboyongnya jadi judul. Salam flamboyan;

  19. salam kenal mbak 🙂
    saya sangat tertarik dengan tulisan mbak ttg bunga flampoyan ini, kebetulan saya sedang penelitian tentang jenis2 bunga flamboyan.
    kalau boleh saya tanya, selain bunag flamboyan merah-jingga sepert diatas, apakah ada jenis lain yg pernah mbak lihat di palembang?
    terima kasih mbak 🙂

Tinggalkan Balasan ke lulu Batalkan balasan

Blog di WordPress.com.

Atas ↑