Pilihan Sekolah Untuk Anak Di Masa Pandemi: Daring Atau PTM?

 

Tahun ajaran 2020/2021 sudah berakhir. Si abang sekarang sudah resmi menjadi anak kelas 7 sementara si adek menjadi anak kelas 2. Sepanjang tahun ajaran yang baru lewat itu, semua pembelajaran dilakukan dengan metode HBL (Home-Based Learning) secara daring (duh, istilah ini yaaa…..saya sampai sekarang masih susah sebenarnya menyesuaikan diri dengannya, masih lebih enak menggunakan istilah online sebenarnya daripada daring😅), sementara untuk tahun ajaran baru mulai ada wacana tentang hybrid serta blended learning yang mana keduanya memiliki inti yang sama, yaitu menggabungkan antara metode belajar HBL dan tatap muka langsung. Penggabungan metode belajar ini perlu karena pada dasarnya orangtua diberi kewenangan untuk memilih metode belajar untuk anak-anaknya dan sekolah diwajibkan menyediakan sarana untuk itu. Setidaknya sampai sekarang ini, yang saya tahu selama belum ada keputusan baru dari pemerintah tentang penutupan kembali sekolah (meskipun kondisi akhir-akhir ini sedang memburuk), sekolah masih diwajibkan untuk menyediakan sarana dan protokol baik untuk metode daring/HBL maupun PTM.

Sekolah anak-anak juga termasuk sekolah yang sudah mulai bersiap untuk metode pembelajaran PTM itu, kalau untuk HBL sih sekolah sudah cukup settle ya. Sepanjang tahun ajaran kemarin semua pembelajaran dilakukan secara daring dengan memanfaatkan MS Teams di mana setiap anak juga difasilitasi dengan email account Microsoft Outlook yang resmi dengan domain sekolah dan semua pembelajaran bisa dibilang berjalan dengan lancar. Untuk tahun ajaran yang baru nanti, paling yang perlu dilakukan adalah penyesuaian jadwal apabila memang metode hybrid dan blended learning ini tetap diterapkan. Sebenarnya jujur sih ya, saya kasihan sama guru kalau kedua metode itu tetap harus berjalan. Bisa dibayangkan energi yang harus mereka keluarkan setiap harinya. Selesai cuap-cuap di PTM, masih harus lanjut lagi cuap-cuap di daring, jika metode belajarnya adalah blended. Sementara bila menggunakan metode hybrid, maka itu berarti mereka harus memberikan perhatian di saat yang bersamaan baik untuk anak-anak yang PTM juga untuk anak-anak di layar alias yang daring. Terbayang, pasti lelahnya bakal dua kali lipat dibanding kalau belajar konvensional seperti dulu atau bahkan dibanding yang full online seperti satu tahun kemarin.

Sebagaimana tahun ajaran kemarin di mana sekolah anak-anak benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi metode pembelajaran secara daring yang saat itu juga termasuk baru kan, maka untuk tahun ajaran depan sekolah juga sudah berusaha mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Model pembelajaran sudah diatur, jadwal juga sudah dirancang, dan orangtua juga sudah diberi penjelasan mengenai masing-masing metode pembelajaran. Sekolah juga sudah berusaha menetapkan protokol yang harus diterapkan di sekolah bagi orangtua yang memilih PTM.

Nah, itu soal persiapan yang dilakukan oleh sekolah menghadapi kondisi baru yang mungkin terjadi di depan. Lalu bagaimana dengan kami sebagai orangtua? Model apa yang mau kami pilih, tetap HBL seperti tahun ajaran kemarin atau mau mencoba untuk belajar dengan tatap muka langsung di sekolah?

Kalau mengikuti keinginan hati sih, jelaslah ya pengennya PTM karena bagaimanapun, meski anak-anak tidak menghadapi masalah sama sekali dalam model pembelajaran HBL seperti sekarang, namun mereka tetaplah anak-anak yang rindu bertemu guru dan teman-temannya. Sudah lebih dari satu tahun mereka benar-benar hanya tinggal di rumah saja, bertemu dan bermain dengan teman hanya lewat dunia maya saja, tentu saja they’re more than ready to go back to school….

Asalkan, pandemi sudah berakhir….

Asalkan, situasi tidak lagi seperti sekarang.

Yes, situasi pandemi di Indonesia yang masih belum membaik itulah yang menjadi pertimbangan kami tetap memilih HBL untuk anak-anak di tahun ajaran depan.

Iya memang di tahun ini puji Tuhan sudah ada vaksin dan masyarakat yang mendapat vaksin sudah semakin banyak, tapi kondisi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kasus yang sempat menurun mulai naik secara drastis lagi, apalagi ditambah dengan adanya varian baru. Kabar terakhir malah menyebut bahwa jumlah anak yang tertular juga mengalami peningkatan, bahkan bila mengikuti info dari Mata Najwa, tingkat kematian anak akibat virus ini di Indonesia adalah yang tertinggi nomor 1 di dunia 😥.  Karena itulah, bila dibandingkan antara kondisi sekarang dengan saat Maret 2020 di mana kondisi pandemi sangat menghantui, maka saya tidak bisa bilang bahwa kondisi sekarang sudah lebih baik sehingga kemudian berarti sudah memungkinkan untuk anak-anak kembali bersekolah di gedung sekolah. Keberadaan vaksin belum menjadikan kondisi menjadi lebih baik, orang-orang saja yang sudah terbiasa mendengar kabar mengenai pandemi ini sehingga rasa takut yang dulu dirasakan saat awal pandemi terjadi, tidak lagi terlalu dirasakan bahkan ketika angka-angka yang disajikan semakin mengkhawatirkan yang seharusnya menunjukkan betapa ruang gerak semakin terbatas.

Anak-anak memang sudah rindu dan mungkin bahkan butuh untuk berinteraksi langsung dengan guru dan teman-teman mereka. Itu benar sekali. Tapiiii….toh dengan PTM  mereka hanya sebentar saja berada di sekolah dan itupun, ruang gerak mereka di sekolah sangat dibatasi. Mereka tetap harus jaga jarak dengan teman, mereka tetap tidak boleh bermain bersama atau mengobrol dengan bebas bersama teman-teman mereka. Olahraga dan makan bersama? Jangan harap bisa, karena kedua kegiatan itu benar-benar ditiadakan dalam PTM selama pandemi ini. Dengan kondisi begitu rasanya percuma ya, apa yang anak-anak harapkan dalam kegiatan PTM ini rasanya belum akan tercapai. Kalau hanya untuk pembelajaran, puji Tuhan, meski dengan HBL, anak-anak tetap bisa mengikuti semua dengan baik. Tak hanya sekolah, tapi les-les mereka juga bisa diikuti dengan baik. Meski hanya di rumah, mereka masih tetap bisa belajar hal-hal baru bahkan bisa berprestasi. Satu-satunya yang terasa kurang ya adalah interaksi secara langsung dengan dunia luar itu, terutama dengan teman-teman mereka yang mana dengan protokol selama PTM, hal itupun tak bisa mereka dapatkan. Belum lagi jika berpikir bahwa selama berada di sekolah mereka harus menggunakan masker dan bila perlu ditambah face shield, yang tentu akan membuat kondisi badan selama belajar menjadi kurang nyaman. Kalau ternyata kondisinya begitu, jadi buat apa kan ya mereka ikut PTM? Lebih baik belajar dari rumah saja di mana mereka bisa bergerak bebas, tak perlu pakai masker dan segala macam properti, dan setidaknya mereka pun masih bisa berbicara bebas dengan teman-teman mereka meskipun hanya lewat layar laptop.

Dan yang menjadi pertimbangan kami tidak hanya itu saja, ada hal lain lagi yang membuat kami semakin yakin bahwa lebih baik anak-anak tetap di rumah saja selama pandemi ini belum selesai.

Hal lain itu adalah kondisi alergi dan asma si adek 😅.

Tak kebayang ya kalau selagi dia berada di sekolah lalu dia bolak-balik bersin. Walau pakai masker dan tetap jaga jarak dengan guru dan teman-temannya, tapi pastilah orang yang seruangan dengan dia akan merasa tidak nyaman bahkan mungkin akan sampai ke level parno. Jangankan dia ke sekolah, ke playground depan rumah saja kami ragu-ragu lho karena di situ sering ada anak-anak tetangga yang main juga. Kami sama sekali menghindari orang lain menjadi tidak nyaman karena si adek bisa bersin kapan saja. Kalau orang lain tidak nyaman karena adek, maka kami akan lebih merasa tidak nyaman lagi. Iyes, menyebabkan orang lain tidak nyaman itu memang amat sangat tidak nyaman 😁.

Dan pertimbangan-pertimbangan di atas ituuuu masih belum ditambah lagi dengan kami yang posisinya tidak di Palembang sementara anak-anak masih terdaftar di sekolah di Palembang 😆. Cocok lah kan ya, mau bagaimanapun, tetap saja pilihan HBL masih lebih baik buat kami sekarang ini 😁. Kalau ditanya kenapa anak-anak belum dipindah sekolahnya sampai sekarang, maka jawabannya ada banyak, tapi pertimbangan terutama adalah karena kami tidak ingin memaksa anak-anak harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di tengah adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang. Biarlah mereka tetap berada di lingkungan mereka yang lama, berinteraksi di dunia maya dengan orang-orang yang memang sudah mereka kenal sebelumnya di dunia nyata 😊. Kalau hanya untuk les-les sih masihlah tak mengapa ya, selama pandemi ini anak-anak ada ambil les-les yang baru yang notabene semua online juga dan mereka tak menemukan masalah untuk penyesuaian diri, tapi kalau untuk sekolah, duh rasanya kasihan ya kalau mereka harus mengenal orang-orang yang akan bersama mereka selama satu tahun ajaran  hanya lewat layar laptop saja.

Jadi yah, begitulah pemirsa, keputusan kami untuk metode belajar anak-anak di tahun ajaran depan sudah bulat untuk tetap HBL. Kiranya Tuhan yang memberkati semuanya supaya anak-anak tetap bisa belajar dengan baik dan terutama tetap selalu sehat. Pada dasarnya kita memang patut mengapresiasi usaha pemerintah untuk dunia pendidikan tetap maju meskipun dalam kondisi yang seperti sekarang. Tinggal kita sebagai orangtua yang pintar-pintar mempertimbangkan pilihan terbaik untuk anak sesuai dengan kondisi anak dan keluarga masing-masing.

Tuhan memberkati kita semua selalu sehat yaaaaa….. Selamat hari Kamis, semua! 😘

 

Satu respons untuk “Pilihan Sekolah Untuk Anak Di Masa Pandemi: Daring Atau PTM?

Add yours

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: