Classic Editor atau Block Editor?

Tahun ini, genap 13 tahun saya berpetualang di dunia blog bersama WordPress.

Sebelum dengan WordPress, saya menghabiskan tiga tahun menulis curhatan penting gak penting di Friendster Blog. Waktu denger kalau Friendster akan ditutup, saya pun bersiap-siap beralih ke WordPress, tanpa mencari-cari atau mencoba-coba blog platform lainnya lagi.

Kenapa langsung menetapkan hati di WordPress?

Alasannya sederhana. Pertama, karena sudah familiar berhubung platform dari Friendster Blog juga adalah WordPress. Kedua, karena saya merasa paling cocok dengan theme dariΒ WordPress yang rata-rata clean and simple.

Sekian tahun memakai WordPress dan saya merasa nyaman. Simple and easy to use, apa yang ada di WordPress sudah sangat sesuai dengan kebutuhan saya ngeblog yang gak banyak cengkuneknya.

Eh tau gak sih, kata cengkunek ini sekarang sudah resmi masuk dalam KBBI lho! Saya biasanya dengar kata cengkunek ini dari orang Medan, kirain masih jadi bahasa daerah, eh ternyata sudah resmi jadi salah satu kata dalam Bahasa Indonesia 😁 .

Balik ke soal blog, saking sudah nyamannya dengan WordPress, di satu titik saya kemudian memutuskan untuk memakai domain berbayar dari WordPress walaupun blog saya ini memang murni hanya saya pakai untuk keperluan pribadi dokumentasi keluarga saja. Peralihan dari domain gratisan ke domain berbayar tentu saja terjadi dengan mulus, karena yang berganti hanya domain address saja sementara keseluruhan blognya sendiri masih tetap sama.

Seiring tahun demi tahun berlalu, WordPress mengalami berbagai pengembangan, tapi lebih ke yang fitur-fitur seperti menu (termasuk admin interface yang bikin WordPress bisa digunakan di any devices with any screen sizes), security, widget, dan yah hal-hal semacam itulah. Pengembangan demi pengembangan saat itu sama sekali tidak mengurangi kenyamanan ketika WordPress digunakan sebagaimana fungsinya: menulis blog.

Sampai kemudian di akhir tahun 2018 WordPress mulai memperkenalkan Gutenberg Block Editor.

Awalnya sih yakin ya kalau WordPress tuh pastilah gak akan memberikan update yang menyusahkan user-nya. Sebaliknya, setiap upgrade yang mereka lakukan tentunya bertujuan untuk mempermudah para user menulis dan mempublikasikan tulisan. Karena meyakini itu, awalnya saya percaya diri mencoba menulis memakai Block Editor.

Yang kemudian berakhir pada satu kesimpulan:

Saya masih lebih memilih menggunakan Classic Editor.

At least until now, I still use Classic Editor to update this blog, including this post. Kalau kedepannya sih gak tau ya, karena bisa jadi akses ke Classic Editor akan benar-benar ditutup oleh WordPress.

WordPress Classic Editor
WordPress Block Editor

Memang sih Block Editor tuh keren ya, it has cool stuff like drag, drop, swipe and so on. Dan dengan Block Editor juga kita masih bisa memilih menjadikan satu block sebagai classic block sehingga pengalaman menulis di classic block itu akan hampir sama dengan menulis di Classic Editor, yang mana salah satu yang terpenting adalah penggunaan keyboard shortcut Alt+Shit+key yang tidak bisa dipakai di Block Editor, bisa berfungsi di classic block. FYI, saya terbiasa pakai keyboard shortcut terutama yang Alt+Shift+J untuk bikin alignment tulisan jadi justify dan saya sudah coba di Block Editor, keyboard shortcut khusus Alt+Shift+key itu gak bisa, pemirsa….huhuhuhuhu… Entah sayanya yang gak tau atau kurang informasi atau memang demikianlah adanya.

Block Editor juga keren karena ketika satu block sudah didefinisikan sebagai image block, maka untuk insert gambar, bisa dengan cara drag dari folder di komputer kita trus di-drop ke editornya. Cool and easy, but useless for me, karena saya menaruh foto di blog ini menggunakan jasa cloud server lain yang tentu saja harus dengan cara memanggil URL foto tersebut dari blog ini. Fitur ini baru bisa berguna untuk saya kalau WordPress bersedia menambah kapasitas image storage saya tanpa perlu biaya tambahan lagi πŸ˜….

Block Editor memang keren, but at the end of the day, saya lebih suka kesederhanaan dan kemudahan yang menurut saya lebih saya dapatkan dengan Classic Editor.

Pertama, di Classic Editor daftar kategori dan tag textbox-nya sudah langsung tersedia di samping kanan, sementara dengan Block Editor, kita harus masuk ke tab menu post dulu, lalu scroll untuk mencari Categories, lalu klik panah untuk membuka menu Categories, lalu harus scroll lagi untuk mencari kategori yang mau kita pilih. Jadi dalam satu halaman, kita bisa melihat ada tiga scroll bar sekaligus. Walau gak esensial, tapi kadang hal-hal yang seperti ini mempengaruhi kenyamanan, seenggaknya yang saya rasakan sih begitu.

Mengakses hal sesederhana Categories saja butuh paling tidak dua kali klik lalu sampai muncul tiga buah scroll bar sekaligus dalam satu halaman yang buat saya mengurangi kenyamanan menggunakan Block Editor ini.
Dengan Classic Editor, daftar kategori selalu siap sedia di samping kanan

Bicara soal scroll bar, di Block Editor, scroll bar untuk halaman dan editor box juga dibedakan padahal kalau menurut saya lebih praktis seperti yang di Classic Editor di mana scroll bar untuk halaman bisa berfungsi untuk editor box juga.

Kedua, di Classic Editor tombol Save Draft dan Publish sekalipun berada dalam satu blok tapi memiliki letak yang terpisahkan oleh beberapa lines mengenai status tulisan sehingga membantu mengurangi kesalahan di mana maksud hati cuma bikin draft eh kok langsung ter-publish. Bedakan dengan posisi tombol Save Draft dan Publish pada Block Editor yang letaknya berada pada satu line. Ini penting buat saya yang sering nulis buru-buru tapi bukan yang mau langsung di-publish πŸ˜….Β  Saya punya banyak draft memang di blog ini, karena memang blog adalah seperti diary buat saya.

Ketiga, entah kenapa di Block Editor halaman preview akan dianggap tidak ada selama post itu statusnya masih draft, sementara kalau saya membuat draft dengan Classic Editor maka draft itu bisa selalu di-preview. Ini saya bingung sih, apa memang begitu atau sayanya saja yang lagi-lagi kurang informasi.

Keempat, dengan Classic Editor, saya lebih mudah mengakses menu lainnya karena daftar menu admin selalu ada di samping kiri editor. Sementara, dengan Block Editor, untuk mengakses menu lainnya maka harus kembali ke halaman Posts dulu baru bisa mengakses menu lainnya. Mungkin hal ini dimaksudkan untuk kenyamanan penulis, supaya gak terganggu dengan tampilan lain-lainnya ketika sedang menulis, tapi somehow saya lebih suka blog editor yang memang seperti web dan bukan aplikasi text editor yang mana toh dengan Classic Editor juga ketika kita lagi mengetik di dalam editor box, maka daftar menu di samping kiri kanan akan disembunyikan dan baru akan tampil kalau mouse kita mengarah ke luar editor box. Buat saya sistem seperti di Classic Editor itu praktis sekali dan membuat kita gak lost in our own blogsphere karena walau menunya tersembunyi tapi kita tahu menu itu ada di situ dan bisa langsung diakses kapan saja kita butuh.

Karena alasan-alasan yang sebenarnya lebih ke soal selera dan jauh dari esensial serta tak benar-benar penting itulah maka saya masih merasa lebih nyaman dengan Classic Editor. Pokoknya selama aksesnya masih ada, maka saya akan tetap pakai editor ini 😁. Kalaupun harus beralih ke Block Editor, paling-paling saya akan tetap sering pakai fasilitas classic block-nya…hehehehe…. Selera dan kenyamanan memang kadang susah ya dikompromikan selama belum terpaksa πŸ˜…. Sebenarnya saya yakin kok asal membiasakan diri, maka akan nyaman juga dengan Block Editor. Hanya saja karena sekarang ini saya masih bisa memilih untuk memakai Classic Editor, maka itulah yang jadi pilihan saya.

Di antara teman-teman adakah juga yang masih pakai Classic Editor? Atau semuanya sudah beralih ke Block Editor? Di antara kedua editor itu mana yang lebih nyaman kalian gunakan? Trus kalau ada yang masih pakai Classic Editor, kalian biasa akses editor-nya bagaimana?

Kalau saya mengakses Classic Editor dengan memanfaatkan menu View All Drafts di Dashboard (yang klasik tapi yaaa) supaya masuknya ke daftar Posts dengan tampilan lama, lalu dari situ tinggal pilih deh Add New Post dengan Classic Editor.

Draft Block di Dashboard
Menu Add New Post di halaman Posts List
Di halaman Posts List dengan tampilan WordPress Classic, kita juga bisa langsung memilih mengedit draft dengan Classic Editor

Cara saya sih begitu. Kalau teman-teman yang masih pakai editor lama, punya cara yang lain kah untuk mengakses Classic Editor?

Iklan

8 respons untuk β€˜Classic Editor atau Block Editor?’

Add yours

  1. Saya di wp.org masih classic editor mbak pakai plugin tapi di wp.com sdh nggak bisa. 😭

    Yg plg kehilangan itu kemampuan mengedit postingan untuk ubah categori dan tag secara bulk. Nangis deh saat itu hilang karena sdh versi block.

  2. di gua sekarnag udah gak bisa pake classic lho., dulunya gua juga tetep selalu pake classic eh after a while diilangin jadi terpaksa pake block. hahaha. lama2 terbiasa sih. cuma gua gak suka karena tag nya gak bisa copy paste. atau gua yang gak tau ya caranya?

    1. Iya banget, tag-nya gak bisa copy paste di block…malesin yak…ahahahaha…

      Btw, kamu login ke halaman admin pake apa Man? Pake nama-blog/wp-admin/ atau via wordpress.com? Kalo masih pake yang cara pertama (nama-blog/wp-admin), itu masuknya ke dashboard classic jadi akses ke classic editor masih terbuka dgn cara spt yang aku cerita di atas. Tapi kalo kamu loginnya via wordpress.com, nah itu memang langsung serba block interface semua πŸ˜…

    1. wordpress.com beda dgn wordpress.org. Kalau wordpress.com, hostingnya bisa gratis langsung di wordpress begitu blog dicreate, tapi ya nama domainnya pake wordpress.com di belakang. Kalo mau cuma .com doang dan tinggal tau beres, bisa pake paket personal alias hosting berbayar dari wordpress.

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: