Seberapa tinggi anak saya nantinya?
Pertanyaan di atas, mungkin menjadi pertanyaan untuk banyak sekali orangtua. Termasuk kami tentu.
Yah, secara siapa sih yang gak penasaran dengan bagaimana anaknya bertumbuh nanti? Dan orangtua siapa sih yang tidak ingin anaknya bertubuh tinggi? Selain terlihat lebih bagus dan berkarisma, banyak pekerjaan yang mensyaratkan tinggi badan.
Dari berbagai artikel yang saya baca, ada dua faktor utama yang mempengaruhi tinggi badan seseorang. Faktor pertama adalah asupan nutrisi baik sejak dalam kandungan maupun pada masa pertumbuhan setelah lahir. Faktor kedua yang teramat penting adalah tinggi badan kedua orang tua, karena tinggi badan ini secara genetik tentu akan diwariskan kepada anak-anak. Orang tua yang berpostur tinggi besar tentu saja memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk memiliki anak dengan postur tinggi besar pula.
Saya sendiri terbilang bertubuh agak pendek. Tinggi saya hanya 159cm. Puji Tuhan, suami saya berukuran tubuh yang lumayan untuk ukuran orang Indonesia, yaitu 176cm. Jadi lumayanlah, paling tidak saya jadi memiliki kemungkinan untuk memperbaiki keturunan…hehehe…
Terkait dengan tinggi badan yang secara genetik diturunkan, ada yang namanya rumus Genetic Potential Height (GPH).
Bunyi rumusnya adalah seperti ini:
Daughter’s GPH = ( Father’s Height (cm) – 13 cm + Mother’s Height (cm) ) / 2
Son’s GPH = (Mother’s Height (cm) + 13 cm + Father’s Height (cm)) / 2
Masing-masing rumus di atas punya jangkauan toleransi +/- 8.5 cm
Berdasarkan rumus di atas, berarti GPH anak saya dapat saya hitung sebagai berikut: (159 + 13 + 176) / 2 = 174
Batas toleransi bawah = 174 – 8.5 = 165.5 cm
Batas toleransi atas = 174 + 8.5 = 182.5 cm
Sekali lagi, GPH di atas tetap bergantung juga pada nutrisi yang diterima oleh anak selama masa pertumbuhannya, karena itu saya bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk anak agar pertumbuhannya menjadi optimal.
Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...