
Lima bulan tidak meng-update blog, lagi sibuk apa sih?
Duh, pertanyaan seputar “sibuk apa sih?” ini, suatu waktu pernah dilontarkan oleh teman saya via telepon dan terasa sedikit mengganggu perasaan saya. Mungkin karena pertanyaan itu diajukan di saat yang tidak baik yakni tepat pada hari di mana keluarga besar kami mengalami kegundahan dan pergumulan terkait kesehatan bapak mertua saya. Mungkin juga karena pertanyaan itu kemudian dilanjutkan dengan rentetan kalimat yang seolah-olah tahu persis keseharian saya bagaimana (which is essentially based on what I posted (or what I didn’t?) on my Instagram) dan kemudian ditutup dengan, ‘Memang mbak tuh ngurusin apa sekarang? Jangan pura-pura sibuk lah!”
Mungkin teman saya itu sebenarnya sedang bercanda.
Mungkin…
Saya sendiri tidak tahu pasti. Yang pasti, saat itu ada rasa tidak nyaman yang muncul di hati saya ketika mendengar kalimat demi kalimat darinya. Meski begitu, puji Tuhan saya tidak membalasnya dengan amarah, sebaliknya saya memilih diam dan tersenyum sendiri tanpa berusaha menjawab pertanyaannya tentang kesibukan saya sekarang-sekarang ini. Obrolan kami yang diawali oleh rasa tidak enak di hati saya cuma gara-gara persoalan “lagi sibuk apa, sih??” itu malah akhirnya berlangsung selama hampir satu jam 😆. Setelah obrolan kami usai, saya akhirnya bisa bersyukur karena sebelumnya tidak tersulut emosi. Puji Tuhan, ketika hati ingin marah dan mulut ingin ngomel, Tuhan ingatkan untuk senyum saja sambil mengingat bahwa saya sebenarnya sedang dalam kondisi sensitif jadi lebih baik tak usah mengikuti emosi dalam hati, anggap saja komentar teman tersebut hanya candaan atau basa-basi membuka obrolan. Lagipula hati kecil saya juga tahu bahwa dia ini tergolong sahabat yang pastilah seharusnya tidak ada maksud menyakiti perasaan saya.
Bersyukur, obrolan dengan teman saya di hari itu tidak berujung pada sesuatu yang tidak mengenakkan. Meski begitu, obrolan itu mengingatkan saya bahwa begitulah, mau sampai setua apapun saya dan sekecil apapun lingkup pertemanan saya, namun perjalanan hidup terkadang mengharuskan saya berhadapan dengan pendapat atau komentar orang yang terkesan menilai bahkan menghakimi. Tak mengapa, karena justru dalam situasi seperti itulah saya belajar untuk bersabar dan rendah hati, sekaligus juga menambah keyakinan akan diri sendiri yang tak butuh memberikan penjelasan kepada orang lain, bahkan sekalipun kepada keluarga besar dan sahabat saya sendiri!
Jangankan soal apa yang saya post di media sosial, soal pilihan-pilihan hidup yang sifatnya besar pun terkadang tak perlu lagi dijelaskan, karena masing-masing orang punya sudut pandang dan prioritas yang berbeda. Menjelaskan posisi dan pilihan kita itu enak hanya kalau dengan orang yang memang mau dengan tulus memahami. Tapi kalau dengan orang yang pada dasarnya hanya ingin menilai dan mengomentari, duh lelah ya pemirsa 😅. Dan nah, apalagi kalau soal yang remeh-temeh seperti apa yang di-post di media sosial. Rasanya tak perlu lagi menjelaskan apa-apa, karena seyogyanyalah orang paham bahwa tak ada kesimpulan tentang keseharian seseorang yang bisa ditarik dari apa yang di-post di media sosial.
Yang jarang post aktivitas wara-wiri belum tentu tak lebih sibuk daripada orang yang post aktivitasnya jam per jam. Yang jarang post soal masak memasak dan perbekalan belum tentu sebenarnya setiap hari tak berjibaku di dapur dari subuh. Yang tiap hari post soal beberes rumah, belum tentu rumahnya selalu rapi. Yang jarang post sedang olahraga, belum tentu tak rutin dan disiplin olahraga. Yang tak pernah post jalan-jalan ke luar negeri, belum tentu kerjaannya justru bukan pergi ke luar negeri. Yang sering post makan-makan mewah belum tentu memang kerjanya makan di fancy restaurant. Yang tidak pernah post ayat-ayat Kitab Suci belum tentu waktu devosinya lebih sedikit dibanding yang setiap hari post kutipan ayat.
Intinya, kalau soal keseharian, maka sedikit sekali yang bisa disimpulkan dari media sosial, syukur-syukur kalau bisa dapat 10% dari gambaran utuh kehidupan seseorang di situ 😅. Yang bisa disimpulkan justru sifat-sifatnya: apakah kasar, suka pamer, suka menghina, suka membongkar aib orang, dan sebagainya. Bahkan untuk yang terakhir ini pun tidak ada jaminannya, karena media sosial bisa jadi adalah dunia tipu-tipu 😁.
Saya pribadi juga tak ada rumusan pasti tentang apa dan kapan meng-update media sosial saya. Kadang saat lagi pergi, saya post, tapi seringkali tidak. Kadang sewaktu bertemu teman, saya post, tapi seringkali tidak. Kadang kelar masak, saya post, tapi seringkali juga tidak. Begitu juga dengan baking, meski sering saya lakukan, tapi semakin ke sini semakin jarang saya post. Olahraga juga begitu, meski setiap hari dilakukan, tapi hampir tidak pernah saya post. Pergi nge-date bersama suami juga sama, setelahnya bisa saya post tapi seringkali juga tidak.
Kalau saya tidak ada post apa-apa, bukan berarti saya sedang rebahan di rumah. Kalau saya post lagi ke sini dan ke sana, bukan berarti saya sedang sibuk, justru sebaliknya bisa jadi karena pada saat itu saya merasa santai makanya jadi terpikir untuk update media sosial 😁.
Tak ada rumusan, tak ada alasan tertentu.
Apalagi setelah kurang lebih tiga tahun belakangan ini saya setiap hari menulis jurnal di aplikasi buku harian ini, semakin sebenarnya saya tak merasa ada kebutuhan yang seperti dulu yakni meng-update media sosial untuk alasan dokumentasi.
Contoh nyatanya adalah menu masak mingguan.
Saya masih sama seperti yang dulu, sampai sekarang pun tetap disiplin membuat rancangan menu untuk satu minggu. Tapi berbeda dengan dulu, saya tidak pernah lagi menaruh rancangan menu yang saya buat itu di media sosial, karena kalau dulu fungsinya adalah untuk dokumentasi dengan akses praktis, maka sekarang sejak punya Daily Life, dokumentasinya ya cukup di aplikasi itu saja.

Begitulah, ketika saya berhenti meng-update tentang sesuatu di media sosial saya, bukan berarti saya berhenti melakukan sesuatu itu. Kalaupun update ya karena lagi ingin dan sempat saja. Kalaupun tidak sempat, itu bukan karena sok sibuk. Kalaupun tidak ingin, itu bukan karena mau main sok rahasia-rahasiaan.
Saya yakin, tak hanya saya yang seperti itu, tapi kebanyakan orang juga memang seperti itu, makanya aneh justru kalau masih ada orang yang berpikir bisa mereka-reka keseharian orang lain cuma lewat apa yang di-post atau sebaliknya apa yang tidak di-post di media sosial 😁.
Duh ya, persoalan ingat “lagi sibuk apa sih?” bisa bikin saya ngoceh sepanjang sekian paragraf seperti ini 😅. Intinya memang tukang ngoceh sih, cuma karena kalau pakai mulut kan lelah, jadi mumpung ini sedang pakai mengetik yah mari mencurahkan segala isi hati, semoga pembaca tak keburu kabur ya membaca ocehan saya ini 😁.
Jadi kembali ke pertanyaan sedang sibuk apa?
Jawabnya, sibuk banyaaakkk….hahahahahha…..
Dari sejak terakhir menulis di sini di bulan Maret yang lalu, kami disibukkan dengan pindahan ke rumah yang sekarang ini. Meski jaraknya relatif dekat antara rumah lama dan rumah baru, tapi tetap saja yang namanya pindahan rumah itu menguras waktu dan energi. Apalagi kami juga tak hanya pindahan antara rumah di Tangerang ini, melainkan juga ikut memindahkan barang-barang yang dari rumah Palembang. Wah, betul-betul yah tenaga dan waktu terkuras luar biasa selama proses pindah-pindahan ini.
Kabar baiknya adalah dari sejak awal saya telah mendesain rumah ini dengan mempertimbangkan peletakan dan penyimpanan barang-barang kami baik dari Rumah Harmoni maupun dari Rumah Tentram, sehingga meskipun pekerjaan pindah-pindahan ini melelahkan, tapi setiap barang, bahkan sampai ke perintilannya, bisa ada tempatnya dan bahkan terorganisir dengan jauh lebih baik dibanding waktu masih di rumah-rumah yang lama. Meskipun badan ini lelah sekali karena harus membongkar barang satu demi satu dari kotak, membersihkan satu demi satu, dan menata satu demi satu, tapi hasilnya itu…. Oh, betapa hati ini puas melihatnya. Andai bisa diberi ranking, maka rumah ini menempati juara pertama dari segi keteraturan dan ketepatan penempatan barang. Yang bikin saya tambah bahagia adalah karena bahkan untuk dekorasinya pun, semua yang kami bawa dari dua rumah sebelumnya, bisa dipakai untuk mendekorasi rumah ini dengan peletakan yang justru lebih estetis dibanding tempat asalnya, sampai-sampai beberapa kali saya berpikir seperti ini, “Oh, jadi dulu saya beli ini karena buat nanti di taruh di sini ya?” 😁. Selain puas melihat hasilnya, rasanya juga menyenangkan melihat jejak rumah-rumah lama kami di rumah ini. Ada rasa familiar yang kemudian hadir menambah kenyamanan kami tinggal dan beraktivitas di sini 😍.
Lalu kabar kurang baiknya apa?
Sampai sekarang ini pun pekerjaan pindah-pindahan itu masih belum selesai…hahahaha…. Sudah berapa bulan pindah dan masih saja belum benar-benar beres lho ini 😅. Masih ada kurang lebih sepuluh kotak kontainer lagi yang belum saya sortir dan organisir. Tangan sudah gatal sekali ingin segera membereskan semua, tapi memang harus ketika waktu saya benar-benar available supaya bisa fokus menata satu demi satu 😁. Doakan saya bisa punya waktu untuk bisa segera menyelesaikan semua yah pemirsa, biar tidak jadi hutang terus proses pindah-pindahan ini 😅.
Selain disibukkan dengan pindah-pindahan, beberapa bulan ini kami juga sibuk dengan berbagai perbaikan di rumah…hikkkss….. Tadinya sempat berharap bahwa rumah ini sudah benar-benar siap setelah kami mulai menempatinya. Namun ternyata, rumah yang baru selesai dibangun itu memang ada-ada saja kurangnya. Dari lantai yang rusak, atap yang bocor, ketinggian lantai yang tak benar, instalasi pipa yang salah….wah, pokoknya banyak, beruntun, dan bertubi-tubi membuat kami resah bahkan sampai di titik kesal bukan main. Bukan berlebihan karena memang bagi kami yang sudah ingin segera dengan tenang menikmati kenyamanan di rumah ini, rasanya ya memang seperti itu.
Pernah ada masa di mana saya merasa sangat lelah dengan perbaikan demi perbaikan ini. Saya sudah ingin segera tenang menikmati rumah ini, saya juga ingin lekas-lekas menyelesaikan proses pengaturan barang-barang, tapi setiap kali ada tukang yang datang untuk perbaikan maka itu berarti lagi dan lagi rumah ini harus kotor dan berantakan. Bahkan pernah ada lantai yang jadinya tergores parah dan pecah karena lalu lalang para tukang 😢. Beberapa kali dinding juga ikut tergores karena para tukang sendiri yang kurang hati-hati hingga akhirnya harus diperbaiki ulang. Setiap kali perbaikan, rumah berarti harus di-deep clean lagi dan saya harus menunda pekerjaan membereskan barang-barang pindahan. Aktivitas sehari-hari pun ikut terganggu oleh pekerjaan-pekerjaan perbaikan itu. Hidup jadi terasa tidak normal dan itu melelahkan sekali untuk saya yang senang dengan rutinitas.
Puji Tuhan suami sangat mengerti dengan stress yang saya alami (karena dia juga ikut merasakan 😅) setiap kali dari kontraktor harus mengirim tukang lagi ke rumah kami untuk memperbaiki ini dan itu, karena itu ada beberapa kali ketika rumah ini harus ada perbaikan, suami mengajak kami pergi berlibur 😁.
Di Instagram pernah saya post kami jalan-jalan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang mana sebenarnya dalam kurun waktu kami liburan itu, di rumah sedang ada perbaikan dengan skala yang cukup besar. Yupe, kami sebenarnya pergi berlibur karena dalam rangka rumah sedang ada perbaikan lagi 😅.
Selagi liburan menikmati indahnya keunikan negeri ini sampai ke Gunung Bromo, tak hanya kabut nan eksotis di Puncak Gunung Penanjakan yang meliputi kami, tapi juga rasa khawatir 😅.
Khawatir apa? Khawatir kalau-kalau begitu kami kembali dan ada lagi hasil perbaikan oleh kontraktor yang ternyata belum menyelesaikan masalah yang kami alami.
Dan ternyata benar dong, begitu kami pulang, kami sudah menemukan masalah baru yang belum diselesaikan oleh para tukang 🤦♀️. Akibatnya, selang beberapa hari kemudian kami terpaksa mengungsi ke hotel karena ternyata permasalahannya diakibatkan oleh instalasi pipa yang tak benar di ruang laundry, jadilah lantai ruang laundry harus dibongkar untuk memperbaikinya.
Kenapa kami harus mengungsi setiap kali ada perbaikan besar-besaran? Itu karena anak saya ada yang asma alergi, dan debu konstruksi itu ampuh sekali membuat asmanya kambuh. Jadilah lebih baik untuk kami mengungsi sampai perbaikan selesai. Begitu sudah selesai pun, rumah harus dibersihkan benar-benar supaya aman untuk si anak asma.
Jadi terbayang kan, betapa lelahnya membersihkan rumah setiap selesai perbaikan oleh tukang? Kalau hanya sekali atau dua kali sih masih bisa ditolerir. Tapi kalau sesering yang kami alami itu?
Fiuuuhhhh……
Luar biasa lelah sih yang kami rasakan beberapa bulan terakhir ini.
Namun puji Tuhan, selalu ada cara Tuhan menolong kami di tengah situasi tak mengenakkan dan melelahkan yang demikian. Salah satunya adalah kami dikasih kesabaran dan ketabahan untuk menjalani semua, meski lelah dan kesal pun 😁. Bersyukur, satu demi satu permasalahan rumah ini bisa terselesaikan. Ada satu perbaikan minor lagi yang kami perlukan sebenarnya, tapi untuk yang satu ini seharusnya tidak begitu merepotkan. Harapannya ke depan jangan ada lagi yang seperti kemarin-kemarin itu, agar kami bisa dengan tenang menikmati rumah ini dan segala rutinitias di dalamnya 🙏.
Terkait rumah, sekarang keseharian saya di rumah selain memasak (yang tentu masih tetap seperti dulu, dimulai dari subuh) dan baking, juga diisi dengan mengurus rumah yang sungguh sangat enak untuk ditinggali ini, yang mana supaya rumah ini bertahan enaknya untuk ditinggali maka harus diurus dengan sebaik-baiknya dong ya 😁.
Setahun terakhir ini sebenarnya saya punya ART tanpa menginap di rumah. Si mbak ini adalah istri dari si bapak supir. Pekerjaannya di rumah adalah mencuci piring, membersihkan lantai, dan membersihkan kamar mandi. Tiga itu saja yang menjadi tugasnya di rumah. Untuk memasak, beres-beres, bersih-bersih barang-barang dan perabot, mencuci dan menyetrika baju, serta yang lain-lainnya tetap saya pilih untuk saya kerjakan saja sendiri. Rasanya lebih nyaman begitu. Bahkan untuk bersih-bersih dapur sehabis memasak dan menyimpan perkakas yang sudah dicuci dari rak pengering pun semua saya kerjakan sendiri. Bukannya karena si mbak tidak bisa atau tidak mau, tapi karena saya memang memilih seperti itu.
Sebenarnya situasinya sudah ideal untuk saya, di rumah tetap ada yang bantu-bantu (apalagi untuk urusan cuci piring kan ya, mengingat saya ada alergi dengan sabun cuci piring), tapi saya juga tak dibuat pusing dengan rumah yang dibersihkan dan dirapikan tidak sesuai dengan keinginan saya. Satu tahun bertahan dengan pola demikian, si mbak sudah bekerja dengan kami dari sejak kami masih di rumah lama sampai pindah ke rumah baru ini. Sayang, akhir-akhir ini kemudian muncul kondisi-kondisi tertentu dari si mbak yang ujung-ujungnya malah membuat saya yang susah mengatur jadwal saya sendiri. Daripada berlama-lama dengan dilema itu, akhirnya sudah dua bulanan ini saya memutuskan untuk tidak pakai ART lagi.
Lega rasanya.
Tanpa ada ART saya merasa lebih bebas beraktivitas di rumah dan semua bisa disesuaikan dengan jadwal saya sendiri 😁. Toh beberapa pekerjaan si mbak yang memang kesulitan saya kerjakan sendiri karena kondisi tangan yang alergi, seperti mencuci piring dan membersihkan kamar mandi, bisa dikerjakan dengan senang hati oleh suami dan anak-anak saya yang sudah besar-besar itu 😁. Sesekali saya masih bisa juga kok cuci piring, asal tidak lagi banyak-banyaknya karena tangan saya juga alergi kalau terlalu lama menggunakan sarung tangan karet. Intinya pokoknya bisalah semua pekerjaan di rumah kami kerjakan sendiri, karena yang dibantu si mbak juga sebenarnya hanya sebagian kecil saja. Begitulah, memang susah kalau ibu-ibu yang sudah terbiasa mengurus rumah sendiri ini untuk punya ART, karena tidak merasa ada ketergantungan sama sekali. Kalau ada yang bantu sih senang, tapi kalau sampai menyusahkan ya lebih baik tidak usah 😁. Lagipula mengurus rumah bagi saya itu menyenangkan dan malah bisa dianggap saja sebagai olahraga tambahan 😁.
Bicara soal olahraga, puji Tuhan di rumah yang sekarang ini kami bisa lebih nyaman untuk rutin berolahraga, termasuk olahraga yang menjadi hobi kami sejak dulu, yakni berjalan kaki pagi atau sore hari sebanyak 8000 langkah. Kenapa di sini lebih nyaman? Karena lingkungannya jauh lebih teduh dan aman. Puji Tuhan….



Tak hanya olahraga di luar rumah, di dalam rumah pun kami bisa lebih nyaman berolahraga rutin karena bersyukur di rumah ini kami bisa punya ruang yang cukup lapang yang isinya hanya alat-alat musik dan alat-alat olahraga 😍. Jenis olahraga yang mau dilakukan di sini bisa dipilih oleh masing-masing kami. Mau latihan beban, pull up, pilates, treadmill, aerobik, skipping, terserah pokoknya sesuai kebutuhan masing-masing. Puji Tuhan dengan lingkungan tempat tinggal serta ruang di dalam rumah yang nyaman untuk berolahraga ini, kami bisa rutin berolahraga dengan intensitas yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan badan kami…. err…asalkan tidak sedang ada pekerjaan perbaikan rumah saja sih 😅.


Di dekat ruang musik dan olahraga ini, ada area rooftop. Saya sebenarnya punya keinginan untuk berkebun di sini karena areanya cukup lapang dan mendapat sinar matahari pagi dengan intensitas yang sangat bagus. Hanya saja sampai sekarang belum sempat saya wujudkan saking waktu saya sekarang banyak tersita untuk hal-hal lain (ya kali bahkan menyelesaikan proses pindahan saja pun belum kan 😅). Satu per satu lah ya diurusin. Keinginan memang bisa banyak, tapi meski dengan manajemen waktu yang baik setiap hari pun, tak semua keinginan itu bisa saya penuhi segera.
Bicara soal rooftop, area ini nih salah satu favorit kami untuk bersantai sambil melihat pemandangan langit. Tahu kan ya kalau salah satu hobi saya itu adalah melihat langit biru? Nah, puji Tuhan di rumah ini hobi saya itu bisa terpuaskan dan salah satu spot yang paling sering jadi tempat untuk saya melihat-lihat langit adalah di rooftop ini yang mana itu bisa saya lakukan sembari berolahraga 😍.





Selain urusan pindah-pindahan dan keseharian di rumah, aktivitas saya lainnya tentu adalah hubungan sosial dengan teman-teman, baik yang baru maupun yang lama. Bersyukur ya, meskipun saya ini orangnya anak rumahan banget, tapi Tuhan mengerti that once in a while, I still need social life, makanya jadi seperti ‘dipaksa’ oleh Tuhan untuk tetap punya kehidupan sosial. Pokoknya ada saja hal yang membuat saya harus bertemu orang, baik keluarga maupun teman, entahkah di dalam rumah maupun di luar rumah. Tak apa, hitung-hitung agar bisa sesekali beristirahat dari urusan beberes barang-barang pindahan, walaupun ya karena saya sendiri punya target paling lambat menyelesaikan urusan beberes ini di bulan September (sebelum masuk masa sibuk akhir tahun kan yaaa 😁), maka kalau diajak ketemuan saya masih pilih-pilih dulu. Kalau tidak benar-benar penting dan ‘harus’ maka saya memilih untuk bilang, “nanti dulu deh….” 😁.
Bicara soal kehidupan sosial, sebenarnya semakin kita dewasa, meskipun close circle of friends itu memang semakin mengecil, namun koneksinya sendiri sebenarnya semakin meluas. Ibu Rumah Tangga seperti saya, yang walaupun kegiatannya lebih banyak di rumah, namun tetap saja memiliki pergaulan yang semakin hari semakin melebar 😆. Satu sisi ini karena memang seiring bertambah usia, rasa percaya diri bertambah, sehingga semakin mudah untuk berinteraksi dengan orang lain yang baru pertama kali bertemu. Jadilah semakin cepat dapat kenalan baru, bahkan ada yang sampai menjadi akrab. Di sisi lain juga, karena seorang ibu itu biasanya mau tidak mau jadi ikut di lingkaran pergaulan anggota keluarga yang lain. Suami pindah tempat penugasan? Istri jadi ikut menambah kenalan dari yang pegawai di kantor itu sampai ke istri-istrinya. Anak pindah sekolah? Oh tentu yang mendapat teman baru tak hanya anaknya, tapi mamanya juga 😁. Begitulah, wajar-wajar saja terjadi.
Nah, bicara soal sekolah anak-anak, ini juga sih salah satu yang banyak menyita perhatian saya. Bukan soal keseharian sekolah anak-anak, kalau soal itu saya sudah tidak banyak ikut campur karena kedua anak saya sudah sangat bertanggung jawab untuk urusan sekolah mereka. Yang perlu saya terlibat cukup aktif adalah untuk kelanjutan pendidikan mereka.
Puji Tuhan untuk SMP Si Bungsu sudah clear urusannya. Setelah melewati tahap seleksi berkas, tes, dan wawancara, Si Bungsu bisa mendapatkan beasiswa 75% untuk enrollment fee dan 50% untuk monthly tuition fee di sekolah yang berstatus SPK dan menerapkan kurikulum Cambridge IGCSE dan merupakan sekolah yang sama dengan sekolah Si Sulung 😍. Puji Tuhan Yesus…. Saya sudah bisa tenang untuk urusan kelanjutan sekolah Si Bungsu tahun depan. Bersyukur sekali Tuhan beri kesempatan bisa bersekolah di sekolah internasional tapi dengan bayaran yang jatuh-jatuhnya lebih murah dibanding sekolah nasional 😁😍. Ah, Tuhan memang selalu tahu apa yang menjadi keperluan serta kebutuhan kami, terima kasih Tuhan berkat-Mu untuk anak-anak kami. Mereka masih bersekolah, tapi sudah membantu ekonomi keluarga lewat beasiswa yang mereka dapatkan. Kiranya lewat itu, mereka semakin bersemangat untuk belajar. Amiinn….. 🙏.
Sementara untuk kelanjutan pendidikan Si Sulung, ini dia nih yang masih menjadi urusan yang menyita perhatian kami, terutama saya yang paling available waktunya untuk riset universitas satu demi satu. Si Sulung tentu dong di tengah jadwalnya yang padat juga mengurus sendiri keperluan masa depannya ini. Dia juga melakukan riset untuk universitas tapi dia memang fokus di universitas-universitas incarannya saja, sementara kalau saya lebih luas pencariannya 😁. Beberapa hari lalu Si Sulung menghubungi salah satu universitas yang menyediakan program studi sesuai dengan cita-citanya dan meminta sesi private zoom meeting dengan admission staff di situ. Sewaktu pertemuan itu berlangsung, dia benar-benar sendiri tanpa kami dampingi (karena kami juga memang pas lagi keluar rumah 😁) dan dia memang bisa menggali informasi yang dia perlukan. Ah, terharu serta bersyukur rasanya melihat anak yang semakin beranjak dewasa dan punya kepercayaan diri yang cukup baik seperti itu 🙏. Meski dia tetap melakukan risetnya sendiri, tapi karena waktunya yang cukup terbatas, maka saya harus turut membantu dia juga. Makanya nih, saya sering menghabiskan waktu di depan laptop untuk mencari dan menggali informasi serta membuat rangkumannya mengikuti format yang sudah dibuat Si Sulung 😁. Ah, Tuhan kiranya menolong semua proses yang harus kami, terutama Si Sulung, jalani ini… Amiiinn… 🙏.
Di tengah kesibukan sehari-hari yang membuat waktu terasa begitu cepat berlari, tentu tak boleh lupa juga memberikan perhatian untuk keluarga terutama orang tua yang nun jauh di sana. Kadang orang menyepelekan ini, menganggap hal ini sebagai hal yang tak bisa dihitung sebagai kesibukan, padahal kalau sudah sedang menelepon orang tua, itu sudah paling cepat satu jam sendiri dan harus fokus, tidak bisa sambil melakukan hal lainnya. Jadi terbayang, waktu yang hanya tersedia sedikit setiap harinya, juga harus dialokasikan untuk paling tidak satu jam berbicara dengan orang tua, tambah berkuranglah itu waktu untuk hal lainnya, kan? Tapi tidak mengapa, karena ini adalah sebuah keharusan dan kebutuhan yang sifatnya ‘saling’.
Selain hal-hal di atas itu, kalau saya hanya di rumah saja, maka yang saya lakukan adalah menyenangkan diri sendiri misalnya dengan perawatan, membaca buku, mengorganisir berkas dokumentasi digital kami, dan juga tentu menulis yang mana untuk sekarang ini saya memprioritaskan menulis jurnal harian saya di aplikasi Daily Life. Hal-hal sederhana ini, meski di mata orang bukanlah kesibukan, tapi bagi saya adalah hal yang jika sedang saya lakukan, saya tak ingin diganggu oleh hal lainnya. Berbeda dengan menonton, misalnya, bisa dilakukan sambil membalas chat teman, sambil online shopping, dan sebagainya. Tapi kalau sudah menyangkut hal-hal di atas itu, duh semua kegiatan lainnya kalau bisa saya tinggalkan dulu, bahkan handphone pun bila tidak perlu akan saya letakkan di luar jangkauan supaya tidak terganggu oleh notifikasinya. Apalagi kalau sedang menulis blog seperti sekarang ini, saya berharap tidak ada gangguan sama sekali 😁.

Hal lain yang seperti itu adalah ketika saat teduh. Ini apalagi ya, benar-benar kalau tidak ada hal yang benar-benar urgent, ya memang tidak mau diganggu, makanya handphone mending diletakkan jauh-jauh.
Dipikir-pikir, memang antara ketika lagi di rumah dan di luar, saya lebih sering tidak melihat handphone ketika lagi di rumah. Kalau lagi di luar, mau ada acara, atau sekedar bertemu teman, atau berbelanja, saya sering sekali melihat handphone. Tapi coba kalau di rumah, sayanya di mana, handphone-nya di mana 😆. Karena saya bukan content creator, jadi merasa lebih nyaman beraktivitas di rumah tanpa bawa-bawa atau lihat-lihat handphone. Teringat dulu sewaktu masih kerja kantoran, meski saya merasa diri sibuk karena setiap hari kerja ke kantor, namun kenyataannya di kantor saya masih punya waktu banyak untuk browsing dan bahkan lihat-lihat media sosial. Orang mau menghubungi saya juga lebih mudah, karena di mana saya berada, di situ handphone saya berada 😁. Nah, hal ini jika dibandingkan dengan sekarang maka jadi jauh berbeda. Sekarang ini, setiap saya berada di rumah, waktu saya untuk ‘bermain-main’ di handphone malah semakin sedikit. Jadi sebenarnya kalau dipikir-pikir, sekarang ini dengan tanpa ngantor, saya justru lebih merasakan arti sesungguhnya dari sibuk itu 😁.
Nah itu kabar saya dan sedikit tentang anak-anak. Kalau suami bagaimana?
Puji Tuhan, Si Bapak baik dan benar-benar sibuk 😅. Setiap minggu ada saja pergi ke luar kota dan kesehariannya diisi dengan pertemuan di sana, di sini, dan di situ. Namun puji Tuhan, di tengah kesibukannya, dia tetap punya waktu untuk memberikan perhatian buat kami. Weekend selalu ada di rumah. Apa yang jadi keperluan saya selalu dia perhatikan dan sebisa mungkin dia membantu pekerjaan di rumah. Dengan anak-anak juga demikian, senantiasa memberikan waktu untuk mendengarkan mereka, beraktivitas bersama mereka, bahkan mengupayakan mengikuti kegiatan anak-anak di sekolah. Tak hanya ke kami, ke orang tua juga dia mengupayakan perhatian semaksimal mungkin. Jadi bersyukur sekali, meski si bapak sangat sibuk, tapi sosoknya selalu hadir di tengah keluarga kami ini 🥰.
Begitulah pemirsa kurang lebihnya kabar keluarga kami serta kesibukan apa yang kami jalani akhir-akhir ini.
Kalau soal kesehatan, puji Tuhan sekarang semua sehat walaupun beberapa waktu lalu sempat berganti-gantian sakit.
Sakit apa?
Batuk pilek, dong!
Beginilah efek cuaca yang perubahannya cukup ekstrim dan ditambah pengaruh anak-anak sudah masuk sekolah 😅. Betul-betul ya, pergerakan serta perputaran penyakit di lingkungan sekolah terutama tingkat dasar seperti SD itu cukup cepat 😁. Seperti biasa, kalau sudah bergantian sakit begini, yang kenanya cukup lumayan adalah saya dan Si Bungsu. Sementara Si Bapak dan Si Sulung, cukup bersin-bersin saja dua-tiga hari, dan setelahnya sudah sembuh total. Duh, daya tahan tubuh kami memang berbeda. PR saya nih sebagai orang tua untuk membantu supaya Si Bungsu juga punya daya tahan tubuh yang baik. Tuhan kiranya menolong, amin!
Soal blog ini yang lama sekali tidak di-update, meski tentu saya juga tak ingin kalau blog ini banyak menganggur, tapi untuk sementara waktu saya tidak bisa memprioritaskan blog ini. Masih lebih ingin mendahulukan menyelesaikan semua proses pindah-pindahan juga mengorganisir berkas dokumentasi digital kami yang, ya ampun, setiap kali sudah mengerjakan ini maka saya butuh sekian jam agar semua berkas terorganisir dengan rapi. Sekarang ini kondisinya sudah banyak berkas hasil backup dari handphone dan kamera yang belum saya organisir karena sibuk dengan urusan pindah-pindahan rumah…fiuuhh…harus kerja keras supaya semua bisa terorganisir dengan baik 😅.

Puji Tuhan, meski hidup dengan segala kesibukan sampai setiap hari merasa kalau waktu 24 jam itu kurang untuk bisa melakukan semua yang ingin dilakukan, tapi Tuhan tetap kasih waktu-waktu untuk kami bisa menikmati hidup serta semua berkat yang Tuhan berikan. Setiap orang punya versi sibuknya masing-masing. Kesibukan saya mungkin buat orang lain bisa dianggap tak ada, ya tak mengapa, asal jangan disampaikan langsung ke saya, bisa bikin saya yang setiap hari menjalani semuanya jadi sedih sendiri mendengarnya….hehehehe…
Sebagai penutup tulisan kali ini, saya mau tampilkan foto-foto salah satu ruangan favorit saya di rumah ini. Sebenarnya saya suka dengan semua ruangan di rumah ini, karena masing-masing punya cerita dan konsep, tapi kali ini yang mau saya tampilkan adalah mini library room kami. Satu fotonya sebenarnya sudah tampil di atas, tapi saya tampilkan lagi deh yang lainnya supaya pemirsa lebih puas.
Ruang ini istimewa, karena secara ukuran adalah paling kecil dibanding ruangan lainnya. Posisinya hanya mepet di bawah tangga menuju ke attic, tapi puji Tuhan, tak hanya isinya yang bisa muat sangat banyak, ruangan ini juga bisa berfungsi sebagai tempat kerja sekaligus tempat bersantai. Dan yang lebih istimewanya lagi, karena lagi-lagi di ruangan ini saya bisa memadukan interiornya dengan interior dari dua rumah terdahulu 😍. Bahagia sekali rasanya, karena bahkan jejak masa anak-anak bayi dan balita pun bisa muncul di ruangan mungil ini 🥰.



Sampai jumpa lagi di update selanjutnya yaaa. Tuhan memberkati! 😘

makasih kak sudah menyempatkan update blog lagi. Eh jadi rumah palembang udah dijual ya kak?
makasih kak sudah menyempatkan update blog lagi. Eh jadi rumah palembang udah dijual ya kak?
makasih Kak Lisa udah menyempatkan update blog 🥰😍
eh jadi rumah palembang dah dijual ya kak?
Komennya sampai masuk 3 kali…hahahahaha
Iya, rumah Palembang statusnya skrg dijual 😘
Kak Lisa, senang baca journey-nya lagi… semoga rumah baru ini dan perjalanan keluarga selalu diberkati ❤ Sebagai ibu dari anak laki2 yg juga baru pindah rumah, seringkali relate sama cerita-cerita keseharian kakak, termasuk berjibaku mengurus anak alergi :') Sehat-sehat yaa kak dan keluargaa
Amin…amin…terima kasih doanya 🥰
Baru pindah rumah juga? Duh, semangat beberes yaaa….hahahaha… Sehat2 juga buatmu sekeluarga yaaa…Amin!