Waktunya Move On….

Dari suasana Natal di rumah…

Ahahahaha….

Yah begitulah, minggu pertama di bulan Februari sudah hampir berakhir, maka itu berarti, sebagaimana kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi di keluarga kami, adalah pertanda bahwa sudah waktunya kami melepas semua dekorasi Natal yang telah menghiasi rumah kami sejak bulan November tahun yang lalu 😁.

Sedih sih ya setiap kali sudah waktunya buat membongkar dan menyimpan kembali hiasan-hiasan Natal ini ke dalam kotak. Setiap kali melakukannya saya selalu terbayang semangat dan rasa bahagia yang saya rasakan ketika mengeluarkan hiasan-hiasan ini satu per satu dari dalam kotak untuk dipakai menghias rumah. Bahagia, karena tahu bahwa Natal akan segera tiba dan semangat sekali karena sudah tiba saatnya untuk menghiasi rumah dengan aneka dekorasi Natal yang menambah suasana ceria serta damai dalam rumah kami yang mungil ini. Bahagia dan semangatnya hampir tak terkatakan saat itu, eh lalu tiba-tiba dalam sekejap saja, Natal kemudian lewat, Tahun Baru juga sudah lewat, dan Valentine sudah di depan mata (eh, tahun ini kita tidak merayakan Valentine ya, yang ada hanya Pemilu…hehehe). Sedih rasanya, cepat sekali waktu ini berlalu. Rasanya belum puas menikmati dekorasi Natal di rumah. Kadang rasanya ingin membiarkan Pohon Natal tetap berdiri sepanjang tahun, tapi dipikir-pikir lagi sayang juga karena nanti jadi biasa dan berkurang keistimewaannya 😅.

Bicara soal Pohon Natal, tahun ini adalah tahun ketiga kami menggunakan Pohon Natal yang sama, dengan hiasan yang kurang lebih juga sama, yakni bertema biru 😁. Mungkin warna biru sebagai hiasan dominan Pohon Natal tidak sepopuler warna lain seperti merah, perak, emas, dan bahkan ungu. Wajar, karena warna biru itu bisa dengan mudah diasosiasikan dengan blue christmas. Tapi berhubung bagi kami yang namanya blue christmas itu tidak ada, karena yang namanya Natal, kapanpun tetaplah merupakan kabar sukacita, maka kami tetap bahagia-bahagia saja melihat Pohon Natal bertema warna biru yang tegak berdiri di ruang keluarga kami. Teringat dulu, memilih asesoris bertema warna biru cuma karena sofa di ruang keluarga juga berwarna biru…hehehehe…. Sesederhana itu saja alasannya, tapi ternyata setelah pohonnya jadi, kami semua suka sekali dengan hasilnya. Pertama karena meski pohonnya warna putih dan hiasannya biru, tapi tak berkesan dingin, malah tetap hangat vibes-nya. Kedua, karena Pohon Natal kami jadi unik, beda dari Pohon Natal yang ada di mana-mana. Ketiga, karena jadinya berbeda jauh dengan Pohon Natal di rumah Palembang sehingga betul-betul terasa suasana Natal yang baru di rumah ini.

Secara pribadi, Pohon Natal ini juga punya arti tersendiri untuk saya, karena setiap melihat pohon ini, saya diingatkan kembali pada sebuah peristiwa yang terjadi di Natal tahun 2021, alias tahun pertama kami menggunakan Pohon Natal ini sekaligus menjadi tahun pertama kami Natalan di rumah ini. Kejadian yang berkaitan dengan keluarga besar itu sungguh tidak mengenakkan, tapi lewat peristiwa itu saya jadi belajar tentang satu hal penting dalam hidup, yaitu tidak memaksakan diri hanya demi menyenangkan orang lain. Sudah tahu persis bahwa diri ini masih butuh waktu untuk pulih dan bangkit sehingga masih jauh dari kata siap untuk menghadapi kondisi yang secara konstan akan membutuhkan kompromi dengan orang lain yang belum tentu bisa memahami pergulatan dalam diri yang sedang saya alami, namun demi atas nama membuat orang lain senang serta demi menjaga hubungan baik saya pun berusaha menghadapi situasi kompromi itu. Hasilnya kemudian sudah bisa ditebak. Ujung-ujungnya semua gagal dan hubungan yang tadinya baik-baik saja malah menjadi renggang 🤦‍♀️.

Mau menyesal tak ada guna, karena semua sudah terlanjur…. Yah sudahlah….

Yang namanya kompromi itu memang hanya bisa diambil ketika kita tahu bahwa kita dalam kondisi yang mampu menerima pilihan pihak lain dan kita tahu bahwa pihak lain itu juga memahami posisi kita. Kalau tidak bisa seperti itu, maka lebih baik kehadiran si kompromi itu janganlah dipaksakan 😁. Adalah lebih baik jika membawa semuanya pada Tuhan saja, toh sebuah hubungan bisa menjadi baik juga adalah berdasarkan perkenanan Tuhan semata, bukan murni usaha kita saja. Mau berusaha sebaik apapun, belum tentu bisa jadi baik hubungannya, tapi kalau Tuhan yang menolong dan memberkati maka pasti bisa. Amiiinn….

Hal di atas itulah yang selalu saya ingat setiap kali saya melihat Pohon Natal ini. Pelajaran itu sangat berharga untuk saya, karena itu saya senang bila bisa sering-sering diingatkan soal itu. Tapi besok, Pohon Natal ini sudah akan kami bongkar dan simpan kembali ke tempat penyimpanannya. Pohon Natal bertema biru dengan lampu kerlap-kerlipnya baru akan bisa kami nikmati lagi saat Natal menjelang di akhir tahun ini. Sampai bertemu lagi di Natal berikut yaaa Pohon Natal kesayangan dan semua asesoris Natal di rumah, sekarang waktunya untuk kami move on menghadapi kehidupan yang terus bergulir, termasuk menghadapi momen di dalam bilik kecil untuk membuat pilihan yang memengaruhi nasib bangsa ini 😁. Semangaatt!!!!!

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Blog di WordPress.com.

Atas ↑