
Beberapa hari yang lalu, saya dan suami mengobrol tentang bagaimana jalanan, terutama jalan tol, yang kian macet sejak kondisi pandemi semakin membaik. Perjalanan dari rumah ke kantor yang seharusnya hanya butuh sekitar 20 – 30 menit, bisa akhirnya memakan waktu hingga berjam-jam. Bahkan beberapa kali, untuk pergi dan pulang kantor, total waktu yang dihabiskan suami di jalan adalah 6 jam. Hal yang lumrah mungkin bagi yang tinggal di Jabodetabek. Tapi tetap saja, capek yaaa pemirsa…hehehehe…..
Sebenarnya ada cara buat suami untuk tidak ikut bermacet-macet ria di tol, yaitu dengan tidak mengantarkan anak-anak ke sekolah sebelum dia ke kantor. Sebenarnya tiap pagi, suami dan anak-anak sudah keluar rumah sejak pagi-pagi sekali alias sebelum rush hour di jalan tol, tapi karena suami singgah ke sekolah anak-anak dulu satu per satu, jadinya begitu sampai di tol yah sudah masuk jam macet. Kalau berangkat lebih pagi lagi dari jam berangkat biasanya seperti sekarang, rasanya bukan pilihan karena tidak baik juga kalau anak-anak terlalu awal tiba di sekolah. Kasihan kan, masak masih gelap sudah tiba di sekolah? Nah, kalau suami tidak mengantar anak-anak, atau kalau misal cukup satu anak yang memang sekolahnya ke arah tol saja yang diantarnya, maka bisa deh tuh suami masuk tol sebelum jam padat.
Jalan keluar ini pun saya usulkan ke suami……
Dan langsung mendapatkan penolakan, saat itu juga.
Kenapa?
Sederhana saja, suami tidak rela kalau tidak mengantarkan anak-anak ke sekolah.
Ternyata oh ternyata, suami sangat menikmati setiap hari bisa mengantar anak-anak, bisa mengobrol dalam perjalanan bersama mereka, dipeluk mereka sebelum mereka turun dari mobil, lalu dadah-dadahan sampai anak-anak masuk ke dalam gedung dan tak terlihat lagi oleh suami. Kegiatan kebersamaan yang meski singkat dan sangat sederhana, namun menjadi highlight bagi kesehariannya, tak heran kalau setiap mengantar anak-anak, suami selalu memastikan mengambil foto dan video mereka ketika mereka masuk ke dalam gedung sekolah. Kegiatan mengantar anak-anak itu berharga sekali untuknya dan tak rela dilepaskannya hanya demi menghindari kemacetan di jalan tol.
![]()
Bapak-bapak….
Sedari dulu saya sudah menyadari kalau yang namanya bapak-bapak itu, meskipun luarnya sering terlihat keras dan jauh dari istilah gampang terbawa perasaan, tapi sebenarnya selalu menyimpan bakat melankolis di dalam dirinya.
Terutama jika sudah menyangkut anak-anak.
Teringat dulu, sewaktu kakak saya akan pergi merantau untuk pertama kalinya, papa saya berdiri lama di pinggir landasan pacu, melihat pesawat yang membawa kakak saya terbang tinggi, perlahan demi perlahan hilang dari pandangannya. Waktu itu saya turut ada di situ mengantar kakak saya dan menjadi saksi bagaimana papa saya menangis dengan kesedihan yang dalam karena harus melepaskan anak yang dibesarkan sejak kecil untuk pergi jauh. Sampai pesawat yang membawa kakak saya tak terlihat lagi pun, papa saya masih berdiri di landasan pacu itu, memandang ke langit, sambil air matanya terus menetes deras. Saya tidak melihat bagaimana sewaktu giliran saya yang dilepas pergi merantau oleh papa, tapi saya menebak kurang lebih sama, karena sewaktu saya menikah, papa saya menangis lebih keras dibanding mama saya….hehehehe……
Kaum ibu, mungkin memang lebih mudah merasa haru dan terbawa perasaan, namun tak berarti kaum bapak pun tak bisa demikian. Bahkan dalam beberapa hal, bapak-bapak bisa jauh lebih terbawa perasaan dibanding ibu.
Bapak-bapak yang baik, selalu memiliki sisi Hello Kitty di balik penampakan Rambo yang ditampilkannya.
Saya mengerti itu, karena itulah ketika saya menawarkan diri untuk saya saja yang mengantar anak-anak ke sekolah dan suami menolak, saya pun tidak melanjutkan lagi meskipun dalam hati saya bilang, “Sayang banget sih, kan bisa sekalian jadi alesan buat lanjut breakfast bareng mama-mama pasukan antar jemput anak….“
🤣🤣🤣🤣
Bercanda breakfast ya pemirsa.
Aslinya keinginan untuk bisa bersosialisasi sambil ikut breakfast bersama mama-mama yang lain sama sekali tak bisa dibandingkan dengan rasa syukur yang saya rasakan melihat suami dan anak-anak bisa bonding setiap hari dalam perjalanan ke sekolah. Buat kami ini adalah kemewahan, karena dulu saat masih LDR, momen sehari-hari seperti ini sangat jarang bisa kami dapatkan.
Momen mengantar anak-anak ke sekolah bagi suami ternyata sama artinya dengan momen menyendokkan nasi untuk anak-anak bagi saya. Aktivitas sehari-hari, yang saking rutin dilakukan bisa saja menjadi something that we take for granted, namun puji Tuhan suami juga menghargai itu semua. Rasanya jadi tak sia-sia kan saya berhenti bekerja dan kemudian bersama anak-anak ikut suami ke sini, karena kebersamaan kami ini memang benar-benar dimanfaatkan, salah satunya untuk suami mengukir semakin banyak kenangan bersama anak-anak, termasuk kenangan mengantar anak ke sekolah 😁.
Melihat bagaimana reaksi suami yang langsung menolak tawaran saya, membuat saya semakin yakin betapa bapak-bapak ini memang punya hati Hello Kitty. Teringat saat momen kelulusan anak kami yang pertama dari jenjang SD, meski saya juga terharu, tapi yang sampai berkaca-kaca matanya justru adalah suami. Teringat juga bahwa meskipun sayalah yang paling rajin mendokumentasi dan mengorganisir dengan rapi dokumentasi keluarga kami, tapi yang paling sering minta melihat-lihat ulang adalah suami karena dari pengakuannya, setiap melihat dokumentasi keluarga, apalagi ketika anak-anak masih balita, maka semangatnya bisa langsung bangkit meski sedang banyak pikiran karena urusan pekerjaan dan kehidupan 😁. Dari sini sudah bisa terbayang ya pemirsa, siapa yang akan lebih mellow ketika sudah tiba waktunya untuk kami melepas anak-anak, satu demi satu, untuk pergi merantau 😁.
Yah sudahlah ya, yang akan datang nanti tak perlu terlalu dipikirkan, yang penting sekarang nikmati saja semua berkat yang Tuhan berikan lewat kebersamaan setiap hari. Anak-anak cepat besarnya, masa tua kami pun akan lekas datang. Momen kenaikan kelas yang baru kemarin lewat, semakin mengingatkan soal ini. Mari kita bersama-sama, dengan cara kita masing-masing, sebagai ibu dan sebagai bapak, menikmati dan menghargai setiap momen yang Tuhan berikan.

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...