Tuhan Bekerja Dalam Segala Sesuatu

Beberapa waktu belakangan ini, tepatnya sejak anak-anak libur kuartal pertama di akhir September kemarin, saya menjadi rajin mengisi timeline Instagram dan Facebook dengan video si bungsu bernyanyi lagu-lagu rohani. Hal baru yang saya lakukan ini pemicunya bukan karena si bungsu yang tiba-tiba memiliki hobi bernyanyi, namun justru sebaliknya karena beberapa waktu lalu dia sempat mogok bernyanyi 😅.

Mogok bernyanyi yang saya maksud di sini adalah si bungsu ini entah kenapa menjadi malas menyanyikan lagu yang ada liriknya. Hal ini terutama kami perhatikan ketika dia sedang mengikuti ibadah Sekolah Minggu online di mana di setiap sesi bernyanyi, mulutnya pasti diam seribu bahasa. Kalau kami tegur dan menyuruh dia untuk bernyanyi, maka dia memang akan berusaha ikut bernyanyi tapi mulutnya seperti gagap.

Memang sejujurnya si bungsu kami ini dari kecil bukannya yang sering apalagi hobi bernyanyi ya, namun setidaknya dulu kalau bernyanyi dengan lirik, dia bisa dan bahkan bersemangat. Tapi beberapa waktu belakangan, dia terlihat benar-benar malas untuk bernyanyi lagu yang ada liriknya. Yang suka dia lakukan itu adalah menyenandungkan jingle dari video game atau tontonan favorit dia. Kalau untuk yang bersenandung ini, kapan saja dan di mana saja serta lagi melakukan apa saja hayuklah buat dia. Mau itu ketika sedang belajar, bermain, mengerjakan PR, mandi, makan, kecuali tentu ketika sedang tidur 🤭. Dia sangat suka bersenandung jingle Angry Birds-lah, Mario Bros-lah, Transformer-lah, Sonic-lah, apa saja pokoknya, yang membuat mamanya pusing ketika mendengar 😅. Sebenarnya tak mengapa sih, asalkan begitu disuruh bernyanyi lagu yang ada liriknya, apalagi jika itu dalam ibadah Sekolah Minggu, dia tetap bisa dan mau. Tapi kenyataannya kan tidak begitu. Giliran disuruh bernyanyi yang benar-benar bernyanyi, dia malah diam seribu bahasa, termasuk ketika sedang mengikuti ibadah Sekolah Minggu 😥.

Mungkin persoalan ini terdengar sederhana, tapi bagi kami tak bisa dianggap sepele.

Pendidikan kerohanian bagi kami adalah pendidikan yang terpenting untuk anak-anak dan menyanyikan lagu-lagu rohani di mana lewat nyanyian itu kita memuji Tuhan serta berdoa kepada-Nya, merupakan bagian penting dalam pendidikan kerohanian itu.

Karena itulah kami sedih melihat si bungsu yang tiba-tiba menjadi malas memuji Tuhan bahkan dalam ibadah sekalipun 😥.

Tapi hanya sampai di sedih saja tentulah tidak cukup. Harus ada tindakan untuk mengubah kesedihan kami itu.

Persoalan itu pun kami doakan, hingga kemudian puji Tuhan pak suami diingatkan tentang album rohani anak-anak dari Cedarmont Kids yang dulu sewaktu si sulung masih bayi sampai balita sering kami putarkan untuk dia. Nama albumnya adalah 100 Singalong Songs For Kids by Cedarmont Kids. Sesuai dengan judulnya, jumlah lagu di dalamnya ada 100. Banyak!! Tapi meski banyak, si sulung dulu tak pernah bosan menonton dan ikut bernyanyi karena selain lagu-lagunya bagus, klipnya juga menarik sekali untuk anak-anak. Karena tak pernah bosan, jadilah album yang terdiri dari 3 DVD itu sering sekali kami putar di rumah. Saking seringnya diputar, sampai-sampai semua DVD-nya pada rusak 😆. Seingat saya bahkan sebelum kami pindah dari rumah lama ke rumah baru pun DVD itu sudah pada rusak semua, sehingga si bungsu sudah tak mendapatkan lagi kesempatan untuk mendengarkan lagu-lagu dari album itu. Kami sebenarnya sudah pernah mencoba mencari ulang album ini di Gramedia (dulu belinya memang di situ) dan di online store, tapi tidak ketemu. Kemarin itu kami akhirnya mencoba mencarinya di YouTube. Puji Tuhan ada, meskipun kualitas rekaman beberapa lagu sudah tidak bagus lagi. Tak mengapa lah, yang penting ada 😁.

Begitu menemukan video-video album ini di YouTube, langsunglah si bungsu kami ajak untuk menonton video-video itu. Puji Tuhan si bungsu tertarik dan dia kemudian kami programkan untuk selama libur kuartal pertama kemarin menghapal minimal satu lagu setiap harinya.

One song for one day.

Puji Tuhan si bungsu mau menurut. Tiap hari dia belajar lagu baru, bolak-balik dinyanyikan sampai hapal. Agar supaya ada kenang-kenangannya, saya pun setiap hari merekam dia bernyanyi lagu yang baru dia pelajari lalu saya post di Instagram dan Facebook saya.

Dan puji Tuhan, pemirsa, dalam waktu seminggu saja, hasilnya sudah langsung terlihat. Begitu mengikuti ibadah Sekolah Minggu online di hari Minggu berikutnya, si bungsu sudah memiliki bersemangat untuk ikut bernyanyi 😍. Puji Tuhan Yesus, pada akhirnya mulutnya terstimulasi untuk kembali terbiasa bernyanyi dengan lirik dan bukan hanya bersenandung saja.

Dan ya, hanya dengan cara sesederhana itu, pergumulan kami pun terjawab 😍. Si bungsu kami ini kembali bisa bernyanyi memuji Tuhan dengan riang gembira di Sekolah Minggu 😘. Terima kasih, Tuhan Yesus! Betapa bahagianya kami sebagai orangtua demi melihat perubahan baik di diri anak kami ini.

Kebiasaan belajar lagu baru itu pun terus kami lanjutkan sampai sekarang meskipun tidak bisa lagi dilakukan setiap hari karena libur sekolah telah usai. Puji Tuhan sampai sekarang si bungsu tak pernah malas lagi bernyanyi dan bahkan dia mulai sering mengganti kebiasaannya bersenandung jingle yang entah apa-apa itu dengan bernyanyi lagu-lagu rohani yang sudah dia pelajari.

Sekali lagi, sebagai orangtua yang sempat bergumul soal itu, tentu kami sangat bahagia melihatnya. Apalagi ternyata, manfaat membiasakan si bungsu ini bernyanyi itu tak hanya berhenti di kegiatan sehari-hari serta di Sekolah Minggu saja, tapi juga terasa sampai di kegiatan belajar dia di sekolah.

Kenapa bisa begitu?

Ceritanya begini pemirsa. Beberapa waktu lalu, dalam kelas Music di sekolahnya belajar tentang Comparative di mana saat itu fokusnya adalah tentang Fast/Slow serta Loud/Soft. Nah, suatu kali, kurang lebih seminggu setelah sekolahnya dimulai sehabis libur kuartal pertama itu, si bungsu tiba-tiba diminta oleh guru pelajaran musiknya untuk menyanyikan satu lagu di mana selesai dia bernyanyi, teman-temannya akan menjawab apakah si bungsu menyanyi dengan suara keras atau lembut.

Puji Tuhan, meski secara tiba-tiba disuruh bernyanyi, tapi si bungsu tanpa pakai acara clueless lagi dengan lagu apa yang mau dia nyanyikan, bisa langsung memilih satu lagu dari sederetan lagu rohani anak-anak yang sudah tersimpan di database dalam kepalanya 😁.

Saat kejadian itu, saya sedang bersantai di dalam kamar sementara si bungsu seperti biasa mengikuti sekolah online dari kamar tidurnya, sehingga saya tidak begitu mendengar bagaimana awalnya dia diminta bernyanyi. Tahu-tahu yang saya dengar, dia sudah mulai menyanyikan lagu I’m In The Lord’s Army 😁. Terharu sekali rasanya ketika mendengar dia bernyanyi itu. Hal yang sama juga dirasakan oleh suami yang saat itu sedang meeting di ruang makan namun masih bisa mendengar si bungsu bernyanyi ‘di depan kelas’. Mungkin bagi orangtua lain, hal ini biasa-biasa saja, tapi bagi kami yang sempat bergumul dengan kebiasaan anak bernyanyi, maka kejadian itu tentu adalah hal yang luar biasa. Tambah bahagia lagi setelah kami mendengar cerita lengkapnya bahwa ternyata ketika dia diminta untuk bernyanyi itu, awalnya dia sempat terpikir untuk bersenandung jingle Angry Birds saja (😑) namun kemudian dia teringat pada lagu-lagu yang sudah dia pelajari hingga akhirnya dia berubah pikiran. Daripada hanya bersenandung jingle Angry Birds, lebih baik dia bernyanyi lagu rohani yang sudah dia tahu saja. Hasilnya, setelah dia bernyanyi, dia mendapatkan pujian dari gurunya….hehehe…. Puji Tuhan 😍.

Lalu, setelah kejadian itu, di minggu berikutnya ternyata diadakan summative untuk pelajaran Music di mana salah satu tugas summative itu adalah anak harus menyanyikan 4 buah lagu yang berbeda masing-masing untuk kategori cepat, lambat, keras, dan lembut. Pengumpulan tugasnya dilakukan dalam bentuk video dan harus dikumpulkan hari itu juga paling lambat pukul 9 malam (assignment-nya sendiri baru di-post oleh gurunya di MS Teams sekitar jam 10 pagi begitu anak-anak selesai menyelesaikan tes tertulis secara online).

Saat tahu soal tugas video untuk summative itu, saya hanya bisa menarik napas lega sambil dalam hati bilang, “Haleluya! Puji Tuhan!”, karena sadar bahwa program one song for one day yang diterapkan ke anak kami ini ternyata juga dipakai Tuhan untuk membantunya agar tidak kesulitan dalam mengerjakan tugas ujian sekolahnya.

Sekali lagi, mungkin bagi orang lain, ini adalah persoalan yang sederhana. Anak hanya disuruh bernyanyi 4 lagu anak-anak, apa sih susahnya? Tapi tentu bagi kami tidaklah sesederhana itu. Bisa terbayang kan bagaimana susahnya membuat video bernyanyi untuk music summative itu andaikan kemalasan si bungsu untuk bernyanyi yang ada liriknya tidak terkoreksi sebelumnya? Jangankan 4 lagu, merekam dia bernyanyi 1 lagu saja bisa jadi memakan waktu berjam-jam dan sudah pasti menguras emosi mamanya. 1 lagu kunjung selesai dinyanyikan, tapi tanduk mamanya bisa jadi sudah keluar 10 😅.

Puji Tuhan, si bungsu kami ini bisa terhindari dari kesulitan mengerjakan tugas summative itu. Karena sudah cukup banyak lagu yang dia tahu, maka dia pun tinggal memilih 4 lagu yang mau dinyanyikan. Proses pengerjaannya juga cepat. Kami hanya butuh waktu kurang dari setengah jam mulai dari merekam, mengedit tulisan judul untuk setiap lagu di video, dan meng-upload-nya ke MS Teams.  Cepat dan gampang. Batas waktu pengumpulannya jam 9 malam, tapi tugas si bungsu sudah bisa dikumpulkan hanya selang setengah jam setelah sekolah berakhir yaitu sebelum jam 12 siang. Sekali lagi, puji Tuhan 🙂.

Pengalaman ini benar-benar mengajari kami bahwa betapa Tuhan Yesus itu memperhatikan kebutuhan anak-anakNya secara detail, tidak hanya untuk persoalan yang besar di mata manusia, tapi juga untuk persoalan yang terkesan kecil serta sederhana.

Tuhan memang benar-benar bekerja dalam segala sesuatu.

Yang lebih luar biasanya lagi, sering terjadi, Tuhan menyediakan solusi bahkan sebelum kami tahu bahwa kami akan membutuhkan solusi itu. Persoalan bernyanyi untuk ujian pelajaran musik anak adalah salah satu contoh persoalan sederhana yang sudah diberikan solusi oleh Tuhan bahkan sebelum persoalan itu kami hadapi. Luar biasa memang baiknya Tuhan itu.

Pengalaman ini mengingatkan kami untuk tidak pernah ragu akan pertolongan serta penyertaan-Nya, bahkan di saat kami menghadapi masalah yang belum ada solusinya. Tuhan tahu, Tuhan mengerti dengan amat sangat. Yakin saja, semua akan indah pada waktu Tuhan.

Oh ya, balik lagi ke soal music summative itu, pada akhirnya due date-nya diundur oleh gurunya, karena ternyata banyak orangtua murid yang melaporkan kesulitan mereka untuk merekam anak bernyanyi (lapornya juga via MS Teams ya, di sekolah anak-anak, komunikasi antara orangtua murid dan guru/sekolah hanya bisa dilakukan via telepon resmi, email sekolah (sekolah menyediakan email Microsoft untuk setiap siswa), serta MS Teams. Sama sekali tidak boleh  ada komunikasi di belakang layar, lewat WhatsApp misalnya. Semua harus lewat jalur yang resmi! 😁). Jadi ternyata pemirsa, kemalasan bernyanyi yang pernah dialami oleh anak kami ini, dialami juga oleh banyak teman-temannya, sehingga ketika disuruh bernyanyi mereka pada bingung. Pilih lagunya bingung, begitu ada lagunya, eh liriknya ternyata tidak hapal 😅. Jadilah orangtua yang merekam yang keluar tanduknya 😅. Yah begitulah. Kami sih tidak mengapa ya due date summative itu akhirnya diundur walaupun kami sudah mengumpulkannya jauh sebelum batas waktu aslinya. Saya juga mengerti kok dengan kesulitan orangtua yang lain, karena andaikan  si bungsu tidak dipulihkan dari mogok bernyanyi yang dia alami, maka saya juga pasti akan menghadapi kesulitan yang sama 😅.

Sebagai penutup, ini saya tampilkan video si bungsu bernyanyi. Video pertama adalah video untuk music summative-nya. Sementara video kedua adalah kumpulan beberapa video yang saya rekam untuk program one song for one day si bungsu 😁. Di kumpulan videonya bernyanyi, ada juga satu lagu yang dia nyanyikan sambil bermain piano. Puji Tuhan, setelah tidak lagi mogok bernyanyi, dia ternyata malah bisa bernyanyi sambil bermain piano 😍. Memang semua ini video amatiran ya, saya juga membuatnya hanya untuk kenang-kenangan saja, tapi siapa tahu, video-video ini juga bisa jadi berkat untuk anak-anak lain 😊.

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
~ Roma 8: 26-28 ~

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑