Manohara Hotel, Pilihan Tepat untuk Menikmati Borobudur Dengan Lengkap

Apa yang pertama kali terbersit dalam benak pemirsa begitu mendengar nama Manohara?

Saya menduga, kemungkinan besar akan langsung teringat pada Manohara yang sempat viral beberapa tahun yang lalu lewat media Infotainment akibat praharanya dengan pangeran Negeri Kelantan. Betul, tidak? 😁

Kalau betul, berarti kita sama, karena itulah juga yang langsung teringat oleh saya begitu melihat nama hotel ini di daftar hotel yang lokasinya dekat dengan Candi Borobudur. Yang langsung terpikir oleh saya waktu itu adalah, “Kok nama hotelnya nama mbak itu ya? Apa mbaknya pemilik Manohara Hotel ini?” 🤣

Begitulah kesan paling pertama yang saya dapatkan tentang Hotel Manohara ini. Hotel bintang tiga yang sebenarnya tidak masuk dalam incaran kami, namun ternyata menjadi hotel di mana kami menemukan rentetan keberuntungan ketika berwisata di Candi Borobudur dan membuat kami merasa seperti Tuhan memberkati perjalanan wisata kami melalui hotel ini. Puji Tuhan Yesus 😍.

Nah, seperti apa sih keberuntungan yang saya maksud hingga membuat kami merasa sebersyukur itu? Apakah memang seasyik itu di Manohara Hotel Borobudur ini?

Kalau penasaran, yuk mari disimak kisah kami yang bisa menikmati semua kenyamanan dan keindahan berwisata di Candi Borobudur dengan menginap di Manohara Hotel Borobudur 🥰.


Fully booked, tapi akhirnya….

Meskipun kalau dilihat dari segi jarak hotel ini adalah yang terdekat dengan Candi Borobudur (fyi, di peta jaraknya hanya 314 meter saja dari Candi Borobudur!), namun ketika melihat hotel ini dalam daftar, saya masih lebih memilih mencari hotel yang lain. Pertimbangannya adalah karena saya mengincar hotel berbentuk resort (dengan alasan yang sama seperti yang pernah saya ceritakan di sini) atau kalaupun bukan resort maka yang hotelnya bisa memberikan kepastian connecting rooms untuk kami.

Namun ternyata tidak mudah, ya pemirsa, mencari hotel di sekitar Candi Borobudur di tengah peak season liburan sekolah….

Apalagi kalau mencarinya sudah mepet waktu 🤦‍♀️.

Kami mulai mencari hotel di sekitar Candi Borobudur ketika kami sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta dari Bandung, itu artinya dua hari sebelum kami berencana berwisata ke Candi Borobudur. Semua hotel ‘bagus’ yang kami incar penuh. Kalaupun ada yang masih kosong, maka harganya sudah terlalu tinggi bikin meringis. Setelah lelah mencari, kami pun merasa kalau pilihan terakhir adalah Manohara Hotel Borobudur. Di aplikasi yang saya gunakan, di saat hotel-hotel lain sudah terisi penuh di tanggal pilihan kami, di Manohara Hotel Borobudur ini masih tersedia kamar. Waktu itu terus terang, sempat membuat kami meragu, “Duh, apakah ada yang salah dengan hotel ini? Jaraknya paling dekat dengan Borobudur, tapi kenapa di dia masih ada kamar kosong????

Meskipun begitu, kami tetap memutuskan untuk mencoba saja di hotel ini. Rencananya juga kan hanya satu malam, jadi andaikan hotelnya kurang bagus, ya tak mengapa lah. Saya pun menelepon Manohara Hotel Borobudur untuk menanyakan apakah hotel ini menyediakan connecting rooms.  Eh, belum juga sampai di situ pertanyaannya, begitu mbak resepsionis mengetahui tanggal rencana kedatangan kami, mbaknya langsung bilang kalau hotelnya sudah fully booked.

Oalah….

Waktu itu saya berpikir, mungkin dalam rentang waktu sekian menit antara saya melihat hotel ini di aplikasi dan ketika saya menelepon, sudah ada orang yang mengambil kamar yang tersedia.

Tapi anehnya, begitu saya buka lagi aplikasi di handphone saya, ternyata di situ memang masih ada kamar yang tersedia. Kami pun memutuskan untuk mencoba saja book kamar di situ lewat aplikasi. Satu kamar pun tidak mengapa, nanti pakai extra bed saja. Proses pemesanan di aplikasi lancar-lancar saja sampai selesai, yang mana itu berarti kamarnya memang masih tersedia. Saya berpikir, oh mungkin slot kamar yang tersedia di aplikasi adalah yang memang dedicated untuk pemesanan lewat aplikasi tersebut. Sampai di sini saja kami sudah merasa beruntung, karena paling tidak urusan di mana akan beristirahat saat berada di Magelang sudah aman. Puji Tuhan….

Fast forward ke hari kedatangan kami ke Magelang, tanggal 30 Juni. Sejak pagi saya sudah menghubungi Manohara Hotel Borobudur untuk urusan extra bed di kamar kami. Mbak resepsionis yang menerima telepon saya dengan ramah memastikan bahwa begitu kami tiba, maka extra bed tersebut akan sudah tersedia di kamar kami. Hari itu, sehabis dari Museum Memorial Soeharto, kami menghabiskan waktu sampai sore di Pantai Parangtritis. Kami baru melaju menuju Magelang setelah makan malam di Parangtritis. Jarak Parangtritis ke Magelang seharusnya hanya kurang lebih 1 jam 30 menit. Namun ternyata perjalanan kami harus jauh lebih lama dari itu karena adanya penutupan jalan di mana-mana sehubungan perayaan hari raya.

Sekitar pukul delapan malam kurang, kami berada di persimpangan jalan dan sedang berhenti karena lampu merah. Tiba-tiba saya merasa mobil bergoyang-goyang, saya pun menengok ke jok belakang karena tadinya saya mengira mobil bergoyang-goyang karena anak saya yang kecil sedang loncat-loncat. Tapi ternyata anak saya dua-duanya sedang duduk diam dengan raut wajah yang seperti khawatir karena mobil bergoyang makin terasa kencang. Begitu kami melihat ke arah luar, tiang listrik di pinggir jalan juga bergoyang dan masyarakat mulai berlarian ke luar rumah. Sadarlah kami bahwa sedang gempa 😢. Puji Tuhan saat itu kondisinya termasuk kondusif. Setidaknya di sekeliling kami saat itu tidak terlihat ada bangunan yang roboh. Masyarakat yang berhamburan keluar rumah juga terlihat masih tenang. Setelah lampu hijau menyala, kami pun kembali melanjutkan perjalanan kami.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat ketika akhirnya kami tiba jalan depan area Candi Borobudur. Jalannya bagus dan rapi. Lampu jalannya model vintage dan di pinggir jalan berderet kafe serta restoran yang tampaknya buka sampai larut. Berdasarkan arahan dari Google Maps, kami harus masuk ke dalam gerbang area Candi Borobudur.

Awalnya agak ragu, ini apa benar masuk ke dalam area candi begini? Apalagi suasananya pun terlihat sepi tanpa tanda-tanda kalau ini adalah jalan masuk menuju ke sebuah hotel.

Di depan gerbang, kami kemudian disambut seorang bapak satpam. Begitu kami bilang kalau hendak ke Manohara Hotel, bapaknya pun menanyakan informasi pemesanan. Setelah saya bilang atas nama siapa, bapaknya konfirmasi dulu ke petugas yang di dalam via radio. Tak sampai semenit kemudian kami sudah diijinkan masuk. Jadi ternyata memang benar ya, hotel ini berada di dalam kawasan Candi Borobudur dan saya berpikir waktu itu keuntungannya hanya sebatas ke Candi Borobudur berarti cukup dengan berjalan kaki saja.

Pemikiran yang salah, karena ternyata apa yang bisa disediakan oleh Manohara Hotel Borobudur jauh melebihi apa yang saya perkirakan 😍.

Loncat dulu ke proses setelah check in, kami kemudian diantar menuju kamar kami.

Begitu masuk, kami langsung yang….

Wow, kamarnya luas sekali!!!!

Saya teringat ketika menelepon pihak hotel untuk menyediakan extra bed, saya mendengar dengan sangat jelas bahwa ukuran kamar hanya bisa untuk menampung satu extra bed saja. Tapi ternyata, yang ada di hadapan kami adalah kamar yang sangat luas yang bahkan memiliki space untuk ruang duduk. Tak hanya kamarnya yang luas, kamar mandinya pun, wow, luas sekali!

Hal lain yang juga mengejutkan kami adalah extra bed-nya juga menggunakan dipan kayu, sehingga kondisi kamar terlihat seperti yang memang terdiri dari 1 super king bed dan 1 single bed.

Sampai di sini kami benar-benar merasa bersyukur sekali karena tidak menyangka kamarnya akan sebagus ini. Tidak modern memang, tapi tetap saja bagus! Padahal saya sempat khawatir dengan kondisi kamar apakah akan nyaman untuk kami atau tidak. Benar-benar kami tidak menduga kalau kamarnya bisa sebaik ini 😍. Sayang, karena kami datangnya sudah sangat malam, maka tak lama setelah masuk yang langsung terpikir adalah bersih-bersih dan bersiap istirahat. Jadi kelupaan deh mengambil foto-foto kamar ini yang lebih banyak. Bersyukur bisa menuliskan soal Manohara Hotel Borobudur di hotel ini, sehingga kenangan tentang kejutan menyenangkan yang kami dapatkan saat menginap di sini tidak hanya tersimpan dalam hati tapi juga dalam tulisan.

Apalagi ternyata ya, kejutannya tak hanya sampai di situ saja. Belakangan saat check out, kami baru mengetahui kalau ternyata kamar yang diberikan untuk kami adalah kamar yang biasanya tidak dibuka untuk umum karena ehhmm…..biasanya diperuntukkan sebagai tempat istirahat RI-1 atau Jateng-1 ketika berkunjung ke Candi Borobudur.

Astaga…..

Jadi sepertinya memang ada kesalahan update data saat saya memesan kamar di hotel ini, sehingga akhirnya mau tidak mau, karena pemesanan dan pembayaran sudah masuk, maka kamar istimewa ini pun dibukakan untuk kami.

Beruntung…beruntung sekali…. Puji Tuhan….

Bukan resort, tapi ternyata….

Seperti yang saya bilang tadi di atas, saya tadinya mencari hotel bernuansa resort. Selain karena biasanya memiliki lebih dari satu kamar dalam satu unit, juga suasananya itu biasanya lebih terasa santai.

Manohara Hotel Borobudur memang tipe kamarnya adalah seperti kamar hotel pada umumnya.

Tapi ternyata, nuansanya adalah nuansa resort juga!

Di belakang kamar kami terdapat teras yang suasananya itu nyaman sekali karena di sekitaran banyak pepohonan sehingga anginnya terasa sejuk memanjakan. Rasanya betah sekali duduk-duduk di situ saat pagi hari. Saya yakin kalau sore hari lebih mengasyikkan lagi, sayang kami belum sempat merasakan suasana sore di sini karena tibanya sudah kemalaman.

Oh ya, ketika check in, dari hotel selain memberikan voucher untuk breakfast, juga memberikan voucher untuk afternoon tea. Bisa terbayang sih, sore-sore duduk di teras belakang ini sambil menikmati secangkir teh atau kopi, nikmat sekali! Kapan-kapan, semoga Tuhan kasih kesempatan untuk mencoba suasana yang satu ini! 😍

Manohara Hotel Borobudur, tak hanya soal jarak, tapi juga….

Seperti yang tadi saya bilang di atas, awalnya saya  berpikir kalau nilai lebih dari hotel ini hanyalah karena jaraknya yang sangat dekat dengan lokasi Candi Borobudur, bahkan berada dalam satu kawasan, sehingga tamu yang menginap di sini bisa lebih mudah untuk mengunjungi Candi Borobudur.

Tapi saya salah.

Memang benar kalau faktor lokasi tersebut adalah keuntungan bagi tamu hotel ini. Tapi ternyata tidak sekedar itu saja keuntungan yang bisa didapatkan dengan menginap di Manohara Hotel Borobudur ini, karena tak hanya lokasinya yang berada dalam satu area dengan Candi Borobudur, namun manajemennya juga adalah sama, yaitu sama-sama berada di bawah manajemen PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan & Ratu Boko (Persero) alias PT TWC.

Nah, karena lokasi yang berada dalam satu area dan berada di bawah manajemen yang sama itulah, maka ada beberapa keuntungan yang bisa dinikmati oleh tamu hotel ini yang tidak bisa didapatkan bila menginap di tempat lain.

1. Bisa berjalan-jalan santai sampai ke pelataran Candi Borobudur dengan bebas

Manohara Hotel Borobudur itu terletak benar-benar di dalam kompleks Candi Borobudur sehingga bisa dikatakan, halaman belakang hotel ini ya Candi Borobudur!

Dengan menginap di hotel ini, maka kita bisa dengan leluasa mengitari seluruh area  kompleks candi dan menikmati semua fasilitas yang tersedia di kompleks Candi Borobudur. Tak hanya itu, bahkan akses juga terbuka untuk berjalan-jalan sampai ke pelataran Candi Borobudur! Mau bolak-balik juga tak masalah, selama masih dalam jam operasional dan selama tidak capek, ya monggo. Super sekali, kan? 😍

Halaman belakang Manohara Hotel Borobudur
Kapan lagi coba bisa jogging di kompleks Candi Borobudur yang tersohor itu?

2. Bisa menikmati sunrise dengan pemandangan Candi Borobudur dari Bukit Dagi

Sudah lama saya mendengar cerita kalau salah satu pemandangan Candi Borobudur yang tak boleh dilewatkan adalah pemandangan saat matahari terbit. Saat sedang check in, saya pun iseng-iseng bertanya kepada staf resepsionis apakah mereka punya rekomendasi tempat seandainya saya ingin menikmati pemandangan matahari terbit di sekitar Candi Borobudur. Stafnya pun menginformasikan bahwa untuk menikmati pemandangan matahari terbit di sekitar Candi Borobudur, maka ada dua tempat yang direkomendasikan. Pertama dari Punthuk Setumbu dan kedua dari Bukit Dagi. Dari Punthuk Setumbu memang matahari terbitnya terlihat lebih cantik tetapi Candi Borobudur terlihat lebih jelas dari Bukit Dagi. Bila ingin pergi ke Punthuk Setumbu maka tamu hotel harus menggunakan transportasi sendiri, namun bila ingin ke Bukit Dagi maka bisa menggunakan fasilitas transportasi yang disediakan secara gratis oleh hotel karena ternyata oh ternyata, Bukit Dagi itu terletak di dalam kawasan kompleks Candi Borobudur juga 😍.

Tentu saja, kami langsung memilih menikmati pemandangan matahari terbit dari Bukit Dagi. Saat check in, sudah langsung sekalian reservasi shuttle van untuk jam lima pagi dan dari staf hotel juga menawarkan bila kami mau untuk mereka bangunkan….hehehehe…. tentu saja kami tidak perlu dibangunkan ya, jam lima pagi itu sudah termasuk siang untuk kami yang terbiasa bangun jam tiga subuh 😁. Selain fasilitas shuttle van yang gratis ini, hotel juga menyediakan fasilitas breakfast di Bukit Dagi. Keren. Tapi sayang, untuk yang terakhir ini harus kami skip karena ada tambahan biaya sebesar Rp 250.000 per orang. Ah, sudahlah, kami hanya ingin menikmati sunrise di sekitar Candi Borobudur saja. Untuk sarapannya nanti dinikmati di restoran hotel saja 😁.

Esok harinya, sebelum jam lima pagi kami berempat sudah stand by di lobi hotel. Selain kami, hanya ada dua tamu lain yang notabene adalah turis asing dengan ditemani pemandunya yang akan ikut dengan shuttle van ke Bukit Dagi. Jam lima tepat, shuttle van sudah datang, dan kami pun berangkat menuju ke Bukit Dagi. Jaraknya hanya dekat sekali, perjalanan hanya kurang lebih sepuluh menit dan kami pun sudah tiba di pelataran Bukit Dagi. Begitu kami tiba, yang langsung menjadi perhatian adalah settingan sarapan ala piknik pada puncak bukit yang terlihat sangat wow. 

Breakfast picnic

Pada pandangan pertama, settingan sarapan tersebut membuat kami mupeng. Tapi pada pandangan kedua, kami justru merasa beruntung tidak menerima tawaran sarapan di Bukit Dagi ini.  Kenapa? Karena duduknya lesehan, sementara saya paling tidak tahan duduk lesehan. Cepat kesemutan dan gampang sakit pinggang saat berdiri. Jompoo!! 🤣

Bukit Dagi ini memang sepertinya diperuntukkan sebagai fasilitas untuk tamu hotel menikmati suasana perbukitan yang sejuk dan asri di sekitar candi. Terlihat dari bangku-bangku yang disediakan pada lereng-lereng bukit.

Agak turun sedikit ke bawah, terlihat bangunan-bangunan cottage yang merupakan bagian dari Manohara Resort Hotel Borobudur. Jadi ternyata sebenarnya hotel ini juga menyediakan fasilitas resort, hanya saja sepertinya saat itu sedang ditutup.

Menanti fajar…..
Borobudur mulai terlihat seiring langit yang bertambah terang. Cantik yaaa? 😍
Pagi hari yang begitu teduh….

Duduk-duduk di lereng Bukit Dagi sambil menanti matahari terbit memang terbukti sangat menyenangkan dan meneduhkan hati. Apalagi bila dilakukan bersama orang-orang terkasih. Meski pagi itu cukup berkabut sehingga terbitnya matahari tanpa disertai semburat jingga di langit, namun menyaksikan kabut yang menyelimuti Candi Borobodur berangsur-angsur menghilang seiring datangnya fajar, tetaplah merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan 😍.

Our happy pillow faces 😁

Puas menikmati suasana menyingsingnya fajar di sini, kami pun dibantu oleh staf hotel untuk memanggilkan shuttle van untuk membawa kami kembali ke area hotel. O ya, sebelum memanggilkan shuttle van, staf hotel yang bersangkutan karena melihat kami wefie dengan latar belakang Candi Borobudur langsung menawarkan diri untuk mengambilkan foto kami berempat. Memang pelayanan para staf di hotel ini sangatlah top!

3. Bisa sarapan ‘mewah’ karena sarapan dengan pemandangan Candi Borobudur sebagai latarnya

Seperti yang dari tadi sudah saya bilang, Candi Borobudur bisa dikatakan terletak di halaman belakang dari Manohara Hotel Borobudur. Nah, restoran dari hotel ini, posisinya juga berada di bagian belakang, sehingga ketika sedang menikmati hidangan di sini, maka otomatis pemandangannya adalah ke arah Candi Borobudur! Keren sekali, bukan? Kapan lagi bisa sarapan ‘mewah’ seperti ini kalau tidak menginap di hotel ini? Dan ya, kalau saya bilang, daripada mengambil paket sarapan di Bukit Dagi yang mana meskipun settingan-nya keren, tapi pemandangan candinya hanya kurang lebih bagian puncaknya saja, mending sarapan ‘biasa’ saja di restoran. Tak ada biaya tambahan, tapi Candi Borobudurnya terlihat besar dan dekat….ya karena memang jaraknya sangat dekat 😁.

Pemandangan dari area restoran Manohara Hotel Borobudur

4. Otomatis mendapatkan tiket dan kuota untuk naik ke area stupa!

Jujur, awalnya saya sama sekali tidak tahu kalau ternyata sekarang pengunjung sudah diperbolehkan untuk naik ke area stupa di Candi Borobudur. Kapan hari kan pernah ramai tuh persoalan mengenai bagaimana kelakuan para wisatawan (terutama wisatawan lokal) saat berkunjung ke Candi Borobudur yang menimbulkan kekhawatiran terhadap kelestarian kondisi candi hingga kemudian berimbas pada wacana menaikkan harga tiket masuk secara signifikan. Karena ramai-ramai soal itu, maka tadinya saya berpikir kalau sampai sekarang pun wisatawan masih tidak boleh naik ke area stupa. Apalagi beberapa kali saya melihat foto teman-teman yang berwisata ke Candi Borobudur hanya berfoto di area pelatarannya saja, sehingga semakin menguatkan dugaan saya kalau saat ini memang begitulah aturannya, yakni pengunjung hanya bisa sampai di pelataran candi saja.

Barulah ketika proses check in di Manohara Hotel Borobudur, saya mengetahui aturan yang sebenarnya mengenai kunjungan ke Candi Borobudur ini. Aturan terkait kunjungan ke Monumen alias area stupa Candi Borobodur ini telah saya jabarkan dalam tulisan sebelumnya, namun supaya lebih memudahkan saya tulis kembali di sini.

Aturan untuk naik ke area stupa Candi Borobudur (Juni 2023):

  1. Maksimal jumlah pengunjung yang naik ke atas area stupa Candi Borobudur adalah sebanyak 1.200 orang per hari. Jika kuota sudah terpenuhi, maka penjualan tiket untuk naik ke atas area stupa akan ditutup.
  2. Kunjungan naik ke atas area stupa Candi Borobudur dilakukan secara bergilir dan maksimal jumlah pengunjung yang berada di atas dalam satu waktu adalah 150 orang.
  3. Tiket masuk ke Candi borobudur untuk wisatawan domestik adalah Rp 50.000 dan hanya berlaku untuk kunjungan sampai ke pelataran Candi Borobudur (Borobudur Yard) saja. Untuk naik ke atas area stupa, harus membeli tiket seharga Rp 120.000. Tiket tersebut sudah termasuk sandal dari bahan daun pandan (Upanat) dan tas untuk menyimpan sepatu. Pengunjung yang membeli tiket naik area stupa akan mendapatkan gelang ber-barcode.
  4. Pengunjung yang hendak naik ke area stupa harus mengganti alas kaki dengan Upanat yang disediakan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga batu candi agar tidak semakin aus.
  5. Stroller tidak boleh naik ke atas area stupa.
  6. Untuk naik ke atas, pengunjung harus melewati proses pemindaian barcode, jadi pengunjung yang hanya memiliki tiket sampai di pelataran saja tidak akan bisa masuk ke area stupa candi.
  7. Pengunjung yang naik ke area stupa candi akan ditemani oleh pemandu lokal yang resmi, berlisensi, serta profesional. Satu orang pemandu akan mendampingi 5 s/d 15 pengunjung.
  8. Waktu untuk berkeliling di area stupa candi hanyalah satu jam. Bila waktu telah habis, pemandu akan mengarahkan kita ke jalur untuk turun di mana di bawah tangga kita akan kembali menemui petugas yang memindai barcode pada gelang yang kita gunakan.

Pemaparan dari staf hotel mengenai aturan kunjungan ke Candi Borobudur tersebut membuat saya terkejut.

Pertama, karena saya benar-benar baru tahu kalau sekarang ini area stupa sudah bisa terbuka untuk dikunjungi wisatawan….duh, mau banget dong ya!

Kedua, karena ternyata kunjungan ke area stupa itu pakai kuota! Huwaaahh!!!! Kami tibanya sudah malam begini, apa loket tiketnya masih buka? Dan kalaupun iya, apakah kami masih bisa dapat kuota??? Tahu sendiri kan, Candi Borobudur itu selalu ramai dikunjungi wisatawan, apalagi di tengah musim liburan seperti sekarang…. Huhuhuhu…. Pada saat itu saya sempat menyesal kenapa tidak mencari tahu dulu sebelum ke sini, supaya kunjungan kami ke Candi Borobudur ini bisa lebih direncanakan.

Bersyukur, di tengah kepanikan saya, petugas hotel melanjutkan memberikan informasi yang semakin membuat saya terkejut. Yaitu bahwa ternyata dengan menginap di Manohara Hotel Borobudur, kami sudah otomatis mendapatkan tiket dan kuota untuk naik ke area stupa Candi Borobudur lengkap dengan semua fasilitas pendukungnya!

Bila didaftarkan, maka berikut adalah fasilitas yang didapatkan oleh tamu Manohara Hotel Borobudur terkait kunjungan ke Candi Borobudur.

  1. Sudah pasti mendapatkan tiket dan kuota untuk naik ke area stupa Candi Borobudur.
  2. Dapat memilih sesi kunjungan yang diinginkan. Sebagai informasi, untuk naik ke area stupa, disediakan delapan sesi kunjungan mulai dari pukul 08.30 sampai 15.30, di mana setiap sesi berdurasi 1 jam 30 menit dan durasi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu 30 menit untuk persiapan dan 1 jam untuk kunjungan ke area stupa. Konfirmasi pilihan sesi ini dilakukan pada saat proses check in agar petugas hotel dapat mengkoordinasikannya dengan petugas penjaga candi.
  3. Fasilitas upanat (sandal khusus untuk ke area stupa) dan tas untuk menaruh sepatu disediakan langsung oleh hotel.
  4. Fasilitas pemandu juga disediakan oleh hotel dan tidak bergabung dengan pengunjung umum.
  5. Akses masuk ke area candi berbeda dengan pengunjung umum, karena tinggal langsung melewati taman belakang hotel.

Menguntungkan sekali kaann menginap di Manohara Hotel Borobudur ini? Benar-benar ya, saya merasa sangat bersyukur dan terberkati apalagi mengingat betapa lalainya kami mencari informasi soal kunjungan ke Candi Borobodur. Sungguh beruntung kami bisa menginap di sini sehingga meski kami tidak tahu apa-apa, tapi kami bisa mendapatkan fasilitas kunjungan yang paripurna ke Candi Borobudur. Puji Tuhan….

Sebelum berangkat naik ke Candi Borobudur, berfoto dulu di pelataran Manohara Hotel Borobudur

Sesi yang kami pilih untuk naik ke area stupa adalah sesi kedua, yaitu pukul 09.30, dengan pertimbangan agar kami bisa punya waktu yang cukup untuk mengeksplorasi tempat ini sehabis menikmati matahari terbit di Bukit Dagi dilanjut sarapan. Seharusnya selain kami, ada satu kelompok tamu hotel lain yang memilih sesi yang sama, tapi entah kenapa kelompok yang lain itu batal, sehingga jadilah hanya kami sendiri yang didampingi oleh Pak Jamal, sang pemandu yang disediakan oleh hotel. Beruntung? Ya jelas iya! Karena dengan Pak Jamal hanya memandu kami, maka kami bisa lebih leluasa mengajukan pertanyaan dan Pak Jamal juga bisa lebih leluasa mengambil foto-foto kami pada aneka spot terbaik di Candi Borobudur…hehehehe….. Benar-benar ya, hari itu kami rasakan sebagai salah satu hari keberuntungan kami. Bisa sangat puas mengitari area Candi Borobudur, bisa puas mendengarkan cerita pada relief candi, bisa puas mendapatkan banyak pengetahuan seputar Candi Borobudur, dan bisa puas foto-foto keluarga! 😍. Cerita tentang kunjungan kami ke Candi Borobudur dan foto-foto hasil jepretan Pak Jamal yang ciamik, bisa pemirsa lihat dalam tulisan sebelumnya yaaa….

Begitulah pemirsa, pengalaman menyenangkan yang kami dapatkan dengan memilih Manohara Hotel Borobudur sebagai tempat menginap ketika berwisata ke Candi Borobudur. Kapan-kapan kalau jalan-jalan ke Magelang lagi, kami masih ingin kembali menginap di hotel ini. Semoga bisa berjodoh lagi, alias bisa dapat kamar, karena setelah saya ceki-ceki lagi di aplikasi pemesanan hotel, cukup susah mencari tanggal di mana ada kamar yang tersedia di hotel ini 😅. Benar-benar berarti waktu itu kami sedang mendapatkan berkat keberuntungan dari Tuhan ya 😍.

O ya, kembali ke soal nama Manohara, saat sedang berkeliling area stupa sambil mendengarkan penjelasan dari Pak Jamal tentang kisah pada relief candi, barulah kami mengetahui kalau nama Manohara diambil dari nama Putri Manohara, yang adalah sesosok kinnari alias manusia setengah burung yang dijatuhi cinta oleh Sudhana, Putra Mahkota Pancala Utara.  Kisah cinta berbeda alam antara Sudhana dan Manohara itu yang termuat dalam relief Avadhana di dinding Candi Borobudur dan kemudian diadopsi menjadi nama hotel ini. Jadi ternyata Manohara yang dimaksud adalah nama tokoh dalam mitologi Buddha tersebut ya pemirsa, bukan Manohara yang berseteru dengan pangeran Negeri Kelantan itu 😁.

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑