Berlibur Sambil Berwisata Sejarah Indonesia

Salah satu kesukaan saya yang bertahan hingga kini adalah membaca tentang sejarah. Teringat dulu sewaktu masih sekolah, buku pelajaran Sejarah akan menjadi buku pertama yang saya baca sampai habis bahkan sebelum tahun ajaran sekolah dimulai. Saya senang membaca sejarah apapun. Rasanya ada kenikmatan tersendiri ketika membaca tentang bagaimana sesuatu terjadi atau bagaimana kehidupan di masa lampau berlangsung. Terlepas dari apakah yang saya baca adalah benar atau tidak karena yang namanya sejarah itu hanya diceritakan ulang, saya hanya menikmati apa yang saya baca dan sedikit banyak menjadi bahan perenungan serta pengetahuan untuk saya.

Sebagai penyuka sejarah, maka saya pun berharap anak-anak bisa berbagi kesukaan yang sama. Termasuk dan terutama untuk sejarah nasional bangsa Indonesia yang tercinta.

Harapan yang tadinya hampir pupus karena sejauh ini saya melihat anak-anak kurang begitu tertarik dengan sejarah bangsa sehingga pengetahuan mereka tentang sejarah bangsa ini pun bisa dikatakan terbatas. Kalau sejarah dunia masih jauh mendingan ya, mereka masih menunjukkan ketertarikan yang cukup tinggi untuk mencari tahu. Tapi tidak kalau sudah berkaitan dengan sejarah nasional bangsa. Kalaupun mereka ingin mencari tahu lebih dalam, maka itu pasti karena sedang mendapat tugas penulisan dari sekolah 😅. Kenyataan ini membuat saya kepikiran juga sih, karena sudah sepatutnya sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki pengetahuan yang luas mengenai sejarah bangsa ini.

Nah, karena itulah saya bersyukur sekali ketika kemudian momen libur kenaikan kelas tahun ini, meski sebenarnya tanpa diniatkan, namun bisa kami jadikan sebagai liburan yang bertema Wisata Sejarah Indonesia. Yeayyyy…. Puji Tuhan!

Keputusan untuk pergi berlibur ini bisa dibilang dadakan. Tentu memang ada niatan untuk membawa anak-anak liburan saat momen kenaikan kelas seperti sekarang, tapi karena suami sendiri masih sedikit hectic dalam pekerjaannya, maka kami pun kesulitan menentukan jadwal yang tepat untuk pergi berlibur. Kami bahkan sempat berpikir kalau libur panjang kali ini harus kami habiskan hanya di dalam kota saja.

Namun yang namanya berkat Tuhan itu memang sering datang tanpa terduga. Tiba-tiba saja suami harus pergi bertugas ke Bandung di awal minggu tanggal 26 – 27 Juni, sementara tanpa terduga juga pemerintah mengumumkan libur sebanyak tiga hari kerja dari tanggal 28 – 30 Juni dalam rangka Idul Adha.  Tak hanya itu, les anak-anak di hari Sabtu tanggal 24 Juni dan 1 Juli ternyata juga ikut libur. Melihat jadwal yang demikian, kami pun langsung mengatur perjalanan dengan mobil ke Bandung sejak tanggal  24 Juni dan merencanakan untuk melanjutkan liburan ke Yogyakarta, lagi-lagi dengan mobil, pada tanggal 28 Juni.

Puji Tuhan, meski rencana perjalanannya cukup mendadak, namun semua berlangsung dengan lancar dan penuh sukacita. Bahkan seperti yang saya bilang di atas, pada akhirnya libur kali ini bisa bertemakan Wisata Sejarah Indonesia yang tak hanya dapat dinikmati namun juga sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah bangsa, terutama bagi anak-anak.

Nah sekarang saya akan bercerita tentang apa saja yang kami lakukan dan tempat-tempat mana saja di kota Bandung dan Yogyakarta yang kami kunjungi dalam rangka Wisata Sejarah Indonesia kali ini. Tidak hanya bercerita tentang kami (dan banyak foto-foto kami 🤣), namun saya juga akan memberikan informasi mengenai tempat-tempat tersebut lengkap dengan jam operasional dan harga tiket masuknya. Selamat menyimak! 😍.

You may read the stories one by one or you can just jump to the sections as listed below.

BANDUNG

Bandung, tak hanya terkenal dengan alamnya yang sejuk serta produk-produk fashion-nya, namun juga terkenal sebagai salah satu kota yang berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Bandung juga terkenal sebagai kota yang memiliki banyak bangunan tua. Tak akan sukar menemukan museum atau bangunan bersejarah di kota ini. Tanpa perlu khusus mencari pun, asal dengan berjalan-jalan di Jalan Asia Afrika atau Jalan Braga maka kita sudah pasti akan menemukan museum atau bangunan bersejarah yang menjadi cagar budaya di situ. Tak dapat dipungkiri memang, kota ini menjadi eksotis dengan adanya bangunan-bangunan tua yang telah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah bangsa ini.

Bandung yang eksotik
Belum nyampe Bandung kalau belum ke Jalan Braga…hehehehe…
Bahkan ice cream shop pun terlihat lebih cantik karena terletak di salah satu bangunan tua yang berusia hampir 100 tahun. Ada yang tahu bangunan apa ini?

Walking around Jalan Asia Afrika

Selama berada di Bandung, kami mengunjungi  tiga bangunan bersejarah, dua di antaranya adalah museum. Sedikit secara kuantitas, namun besar secara kualitas. Kami menikmati setiap waktu yang kami habiskan di tempat-tempat tersebut. Menyerap sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan tentang perjalanan sejarah bangsa serta meluangkan waktu mengagumi keindahan arsitektur bangunan tua yang kami masuki.

Selain berwisata sejarah dengan mengunjungi beberapa museum serta bangunan tua, kami juga menikmati eksotisme Jalan Asia Afrika dan Jalan Braga dengan berjalan kaki. Bersyukur kami menginap di el Hotel Bandung di Jalan Merdeka yang berjarak cukup dekat dengan kedua jalan tersebut. Kami juga memanfaatkan fasilitas pariwisata yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bandung, yaitu Bandros, untuk berkeliling kota Bandung sambil menikmati kisah sejarah di balik bangunan-bangunan tua di kota ini.

Museum Geologi

Sudah berapa kali ke Bandung?

Rasanya sudah tak terhitung lagi.

Tapi dari sekian banyak kunjungan ke Bandung, baru sekali inilah kami mengunjungi Museum Geologi ini, padahal keberadaannya sudah sejak dahulu kala 😁.

Gedung Museum Geologi yang terletak di Jalan Diponegoro ini adalah salah satu bangunan tua yang dimiliki oleh kota Bandung. Gedung ini telah dibangun sejak tahun 1928, saat Indonesia masih berada di bawah pendudukan Belanda, dan semenjak diresmikan pada tahun 1929 memang telah dipergunakan sebagai museum geologi. Karena telah lama berdiri, maka gedung ini telah mengalami berbagai masa. Mulai dari masa pendudukan Belanda, Jepang, awal kemerdekaan, hingga masa sekarang dengan fungsi yang tetap sama dari dulu hingga kini, yaitu sebagai museum geologi. Jadi tak hanya isi di dalamnya yang bersejarah, namun bangunannya sendiri pun sangat bersejarah.

Banyak sekali pengetahuan termasuk pengetahuan tentang sejarah yang anak-anak dapatkan dengan mengunjungi museum ini. Mulai dari sejarah kehidupan yang bercerita tentang terbentuknya alam semesta serta kehidupan purba; kejadian-kejadian di masa lampau di tanah Indonesia yang menyebabkan perubahan secara global seperti letusan Gunung Api Toba, Gunung Api Tambora, dan Gunung Krakatau; hingga sejarah terkait kekayaan flora, fauna, serta geologi yang dimiliki oleh Indonesia.

Anak-anak juga bisa menemukan beberapa hal yang sangat menarik untuk mereka. Seperti misalnya bisa menemukan jawaban mengapa di Indonesia tidak ditemukan dinosaurus; fakta bahwa Pulau Samosir itu terbentuk karena dorongan magma dari dalam danau; bisa melihat langsung koleksi batu-batuan secara nyata, termasuk kristal ametis raksasa, yang selama ini hanya mereka lihat dalam game; fakta bahwa ternyata ada Pahlawan Kemerdekaan Indonesia yang berjuang di dunia geologi yang mana ternyata pahlawan bernama Arie F Lasut tersebut adalah berasal dari Sulawesi Utara; bisa melihat langsung dampak awan panas akibat letusan gunung berapi dari barang-barang yang dikumpulkan di sekitar wilayah Gunung Merapi ketika meletus; dan lain sebagainya.

Puji Tuhan, melalui Museum Geologi ini anak-anak belajar tentang betapa tanah air ini mengandung kekayaan yang sangat besar yang harus dikelola sebaik-baiknya agar sejarahnya dapat terus berlangsung.

Oh ya, bila pemirsa datang berkunjung ke museum ini, mohon diingat untuk tidak menyentuh satu pun koleksinya ya. Di museum ini banyak terdapat koleksi yang dibiarkan dalam kondisi terbuka dan hanya dipagari saja. Biasanya koleksi yang terbuka tersebut adalah batu-batuan dan fosil. Namun, walaupun dibiarkan terbuka bukan berarti pengunjung diijinkan untuk menyentuh apalagi sampai memegang koleksi tersebut. Peringatannya sudah diletakkan di mana-mana, tapi sayang, saat kami di sini, ada saja pengunjung yang menyentuh (bahkan secara beramai-ramai!) koleksi yang ada. Petugas di dalam ruangan sudah mengingatkan. Petugas yang memantau dari CCTV juga sudah mengingatkan lewat loud speaker, tapi tetap ada saja pengunjung yang ‘bandel’ menyentuh koleksi yang ada, padahal semua koleksi di museum ini adalah bernilai yang tentu harus dijaga dengan baik.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Museum Geologi Bandung

Jam Operasional  

  • Selasa, Rabu, Kamis: 09.00 – 15.00
  • Sabtu dan Minggu: 09.00 – 14.00
  • Senin dan Jumat: tutup

Harga Tiket Masuk

  • Pelajar: Rp 2.000
  • Umum: Rp 3.000
  • Asing: Rp 10.000

Kembali ke atas

Gedung Merdeka dan Museum Konferensi Asia Afrika

Kalau untuk yang satu ini, mungkin pemirsa sudah sering mendengar keberadaannya ya. Gedung yang terletak di Jalan Asia Afrika ini memamerkan berbagai benda koleksi serta dokumentasi Konferensi Asia Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok yang digelar di gedung ini pada tahun 1955.

Selain menjadi tempat diselenggarakannya  konferensi yang sangat bersejarah, gedung ini juga menyimpan sejarah tersendiri. Sejak awal dibangun dengan konsep gedung megah, gedung ini dinamakan Sociëteit Concordia dan menjadi tempat bersosialisasinya kalangan elit Belanda masa itu. Di masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi pusat kebudayaan. Di masa proklamasi kemerdekaan, gedung ini pernah dipakai sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang saat itu masih enggan menyerahkan kekuasaan kepada Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Indonesia, gedung ini dipergunakan sebagai gedung pertemuan umum, tempat penyelenggaraan pertunjukan kesenian dan pesta, juga sebagai restoran. Pada tahun 1955, Gedung Concordia menjadi tempat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika dan namanya pun diubah menjadi Gedung Merdeka. Pada tahun 1960, gedung ini menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Saat peristiwa pemberontakan G30S/PKI, Gedung Merdeka dikuasai instansi militer dan sebagian gedung menjadi tempat tahanan politik G30S/PKI. Pada bulan Maret 1980, gedung ini menjadi tempat digelarnya peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25 di mana pada puncak peringatannya gedung ini diresmikan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika oleh Bapak Soeharto, Presiden RI ke-2.

Melihat sejarah yang cukup banyak terjadi di gedung ini, maka memang cocok bila gedung ini menjadi salah satu destinasi dalam Wisata Sejarah Indonesia kami.

Ada banyak sekali pengetahuan dan informasi seputar Konferensi Asia Afrika yang anak-anak dapatkan di tempat ini. Di sinilah mereka pertama kali mengetahui tentang Dasa Sila Bandung. Di sini juga pertama kalinya anak saya yang kecil mengetahui betapa fasihnya Presiden RI ke-1 berbicara dalam Bahasa Inggris lewat rekaman pidato asli beliau saat konferensi yang diperdengarkan di museum ini. Melalui informasi di museum ini, saya juga baru tahu mengenai tragedi jatuhnya pesawat Kashmir Princess yang membawa delegasi dari Tiongkok dan Eropa Timur sebelum konferensi berlangsung. Pesawat tersebut jatuh di perairan Natuna akibat bom waktu 😢.

Dasa Sila Bandung

Meja kerja Bapak Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia kala itu

Selanjutnya anak-anak juga sangat amazed ketika memasuki aula di mana konferensi pada tahun 1955 dilangsungkan. Mereka hampir tak percaya kalau mereka bisa berada di dalam ruangan yang sangat bersejarah tersebut 😊.

Gong peringatan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika
They asked me to take their photo here because they knew the delegates went into the room through this old-looking door 😅

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Museum Konferensi Asia Afrika

Jam Operasional  

  • Senin, Rabu, Jumat: tutup
  • Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu: 09.00 – 12.00, 13.00 – 15.00

Harga Tiket Masuk

  • Gratis namun harus mengisi reservasi terlebih dahulu di sini.

Kembali ke atas

Gedung Gas Negara

Keberadaan gedung ini saya ketahui ketika sedang berwisata dengan Bandros. Begitu sang pemandu menyebut nama tempat ini ketika bus melewatinya, saya pun tahu kalau saya harus mengajak anak-anak masuk ke dalam Gedung Gas Negara ini.

Berlokasi di Jalan Braga No. 38, gedung ini adalah bangunan tua yang telah berusia kurang lebih 100 tahun dan merupakan cagar budaya dengan kategori utama atau kategori A yang berarti bentuk asli serta lingkungan fisiknya sama sekali tidak boleh diubah. Sesuai dengan namanya, gedung ini dulunya adalah kantor perusahaan gas milik Belanda yang berfungsi sebagai tempat pembayaran. Saat ini, gedung ini dimiliki oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) dan sempat selama belasan tahun tidak dipergunakan sama sekali akibat tidak ada lagi kegiatan bisnis PGN di Kota Bandung.

Meski sempat lama tidak dipergunakan, namun kondisi fisik bangunan ini masih sangat baik, kokoh, dan bahkan indah. Pada tahun 2020, bangunan tua nan indah ini kemudian dialihfungsikan sebagai hotel dan restoran. Hotelnya bernama Gas Inn, sementara restorannya bernama Gas Inc, dan kompleknya disebut Gas Block. Berjalan-jalan di Jalan Braga pun menjadi lebih lengkap karena bisa singgah di Gas Inc untuk menyeruput kopi atau menikmati hidangannya sambil mengagumi keindahan arsitektur bangunan ini, melihat-lihat foto serta catatan sejarah yang dipajang di dinding-dindingnya, atau sekedar melihat aktivitas orang-orang yang lalu lalang di Jalan Braga dari balik jendela-jendela lebar gedung ini.

 

 

Ketika kami berada di sini, secara tiba-tiba Bandung diguyur hujan deras membuat suasana kian bertambah eksotis. Aktivitas di Jalan Braga tiba-tiba senyap tanpa orang yang berlalu-lalang. Dari balik jendela bangunan tua ini, saya pun bisa dengan tenang menikmati Hot Avocado Coffee sambil menyaksikan hujan mengguyur batu-batu andesit yang menyusun Jalan Braga 💗.

Jam Operasional Gas Inc. Gedung Gas Negara (Gas Block)

Jam Operasional

  • Senin – Minggu: 07.00 – 24.00

Kembali ke atas

Bandung Tour On Bus

Bandros. Bandung Tour On Bus.

Keberadaannya kami ketahui sewaktu sedang berjalan-jalan di Jalan Braga dan melihat bus berbentuk unik ala trem ini lewat di depan kami.

Anak saya yang kecil tentu langsung dengan semangat mengajak kami untuk mencoba naik bus unik tersebut. Setelah googling sebentar, saya pun mengetahui bahwa kami bisa menaiki bus tersebut dari depan Alun-alun Kota Bandung. Saat itu kami sedang berada di Jalan Braga, jadi cukup dengan berjalan kaki sebentar, kami pun sudah bisa menemukan bus-bus unik beraneka warna tersebut terparkir mengantri di depan alun-alun. Selain antrian bus, di depan alun-alun juga terdapat petugas-petugas yang dengan sigap mengarahkan orang-orang yang ingin menaiki bus. Ternyata untuk menaiki bus ini kami tinggal langsung saja menaiki bus yang berada di antrian terdepan. Tarifnya adalah Rp 20.000 per orang dengan pembelian tiket bisa langsung dilakukan di atas bus. Setelah semua kursi terisi, bus pun berangkat, membawa para penumpangnya berkeliling kota Bandung selama 30 – 45 menit dengan ditemani oleh pramuwisata yang akan memperkenalkan jalan, gedung, atau tempat yang dilewati oleh bus tersebut.

Kami, di alun-alun. Keliatan gak bus Bandros di belakang kami? Saking bahagianya naik bus Bandros ini, yang diambil hanya video selagi tur saja, tapi lupa ambil foto busnya 😅

Berkeliling Kota Bandung dengan Bandros ini memang sangat menyenangkan karena kita bisa merasakan sensasi santai berkeliling Bandung. Terasa santai, karena busnya hanya berjalan pelan saja dan modelnya pun setengah terbuka sehingga semilir angin dan udara Bandung yang sejuk benar-benar terasa di dalam bus. Tak hanya itu saja yang membuat berwisata dengan Bandros ini menyenangkan, tapi yang lebih berkesan lagi adalah karena sepanjang perjalanan kami bisa mendengarkan penjelasan dari pramuwisata mengenai sejarah dari tempat-tempat yang kami lalui.

Karena kami menaiki bus ini dari alun-alun, maka rute yang kami lalui adalah Alun-alun Kota Bandung, Jl. Banceuy, Jl. Cikapundung, Jl. Braga, Jl. Suniaraja, Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl. Wastukancana, Jl. LLRE Martadinata, Jl. Ir H Juanda, Jl. Diponegoro, Jl. Citarum, Jl. Aceh, Jl. Sumatera, Jl. Tamblong, Jl. Asia Afrika, lalu kembali ke Alun-alun Kota Bandung.

Selama berkeliling dengan bus ini, kami melihat banyak dan mendengarkan banyak penjelasan. Monumen Penjara Banceuy yang pernah menjadi tempat Bapak Soekarno ditahan, Gedung Sate, Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Masjid Al-Imtizaj dan sebagainya. Tak hanya tempat dan situs bersejarah, pramuwisata juga bercerita tentang peristiwa Bandung Lautan Api, tentang mengapa nama-nama makanan khas Bandung banyak yang diawali dengan Ci yang ternyata merupakan singkatan dari ‘aci’, bahkan tentang Bapak Ramdan Kosasih pedagang wayang golek yang kami lewati di Jalan Braga.

Perjalanan dengan Bandros selama hampir 45 menit pun tak terasa karena sepanjang jalan begitu banyak hal yang bisa dilihat dan kisah yang bisa didengar. Puji Tuhan…

Oh ya, belakangan saya baru mengetahui bahwa pada awalnya Bandros adalah bus berkonsep double decker dengan tingkat atas yang terbuka. Namun ternyata konsep double decker bus seperti itu tidak sesuai dengan kondisi jalanan Bandung yang dinaungi banyak pepohonan serta dihiasi kabel, sehingga penumpang yang naik ke tingkat atas yang terbuka tersebut harus bolak-balik menunduk bila bus sedang melewati pepohonan ataupun jalur kabel. Pada tahun 2015 terjadi tragedi yang merenggut nyawa seorang penumpang, di mana saat itu seorang mahasiswa yang sedang naik bus Bandros tersangkut kabel lalu jatuh dari atas bus hingga meninggal. Sejak peristiwa itu, bus Bandros kemudian beroperasi dengan konsep single decker yang tentu lebih aman bagi para wisatawan.

Jam Operasional dan Harga Tiket Bandros

Jam Operasional

  • Senin – Minggu: 08.00 – 16.00

Harga Tiket

  • Rp 20.000 per orang

Kembali ke atas

YOGYAKARTA

Dari Bandung, destinasi Wisata Sejarah Indonesia kami selanjutnya adalah Yogyakarta. Berbeda dengan Bandung yang sering kami kunjungi, kota Yogyakarta sebelumnya baru pernah kami kunjungi sebanyak dua kali. Kedua kunjungan yang sebelumnya itu kami lakukan saat anak saya yang pertama masih bayi, jadi bisa dikatakan tak ada satupun dari anak-anak saya yang memiliki memori tentang Yogyakarta. Hal inilah yang membuat mereka semakin bertambah semangatnya untuk mengunjungi kota ini.

Perjalanan dari Bandung ke Yogyakarta melalui jalan tol Trans Jawa, sehingga perjalanan menjadi lebih nyaman dan cepat. Sekitar jam 12 siang kami berangkat dari Bandung dan sebelum pukul 8 malam kami sudah tiba di Yogyakarta.

Tol Trans Jawa

Yogyakarta, adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak peninggalan sejarah, terutama candi. Tercatat ada kurang lebih 29 situs candi yang tersebar di seluruh Yogyakarta. Banyak sekali. Namun rata-rata yang dikenal orang hanya tiga candi saja, yaitu Prambanan, Ratu Boko, dan Borobudur. Padahal faktanya dari ketiga candi itu hanya Ratu Boko yang seutuhnya terletak di Yogyakarta. Kompleks Candi Prambanan terletak di dalam dua wilayah yaitu Sleman yang termasuk D.I Yogyakarta dan Klaten yang termasuk Jawa Tengah, sementara Borobudur terletak di Magelang yang termasuk wilayah Jawa Tengah. Setahu saya sih begitu, mohon maaf kalau saya salah. Dan mohon maaf juga kalau kami pun termasuk golongan yang datang ke Yogyakarta hanya untuk mengunjungi ketiga situs candi tersebut 😅.

Candi Prambanan kami pilih sebagai destinasi karena anak saya yang pertama punya foto di Prambanan meskipun waktu itu dia masih berusia 5 bulan, sementara anak saya yang kedua sama sekali tidak punya foto di situ. Jadi supaya adil, mereka berdua harus punya foto di Prambanan 😁.

Candi Ratu Boko atau tepatnya Keraton Ratu Boko kami pilih karena sepertinya Prambanan dan Ratu Boko itu sudah menjadi satu paket.

Candi Borobudur kami pilih karena, sudah sampai sini masak tidak ke Candi Borobudur? Apalagi saya dan suami pun sama-sama belum pernah ke Candi Borobudur, jadi sepertinya memang adalah keharusan untuk kami mengunjungi candi ini.

Puji Tuhan, meski tujuan utama adalah ketiga lokasi candi tersebut, namun selama berada di Yogyakarta kami juga bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah lainnya.

Taman Wisata Candi Prambanan

Sewaktu tahun 2009 kami mengunjungi Taman Wisata Candi Prambanan ini, meski saat itu tentu terpesona juga dengan keindahan Candi Prambanannya, namun kami terganggu oleh kondisi kunjungan yang kurang teratur dan membingungkan. Saat itu yang menjadi kesan adalah bahwa lokasi candi ini ramai oleh para pedagang dan tukang foto saja. Karena itulah saya cukup terkejut ketika kemarin mendapati betapa teraturnya segala sesuatu di kompleks Candi Prambanan sekarang ini. Dari sejak di halaman parkir sudah teratur, kemudian pembelian tiket, proses pemindaian tiket untuk masuk, sampai semua fasilitas di dalamnya, rapi! Saya juga mendapati kalau sekarang di area kompleks Candi Prambanan sudah tersedia restoran, taman-taman bermain untuk anak (sudah ada lapangan memanah juga!), aneka spot foto, jalur pejalan kaki yang teduh, buggy car, dan baru sekarang ini juga saya tahu kalau di kompleks Candi Prambanan ini ternyata terdapat Museum Prambanan. Keren!

Untuk memasuki kawasan Candi Prambanan ini tentu saja kita harus membeli tiket masuk. Pembeliannya bisa langsung dilakukan di loket dengan harga tiket yang sangat terjangkau. Antrian di loket tidak mengular, meskipun saat itu sedang peak season, karena loketnya banyak dan pelayanannya pun cepat.

Setelah masuk, bila mau kita juga bisa menyewa buggy car seharga Rp 200.000. Dengan buggy car, kita akan dibawa mengelilingi seluruh kompleks taman candi di mana pengemudinya akan juga bertindak sebagai pramuwisata yang menjelaskan berbagai macam hal tentang candi-candi yang dilewati.

Kami, di buggy car Taman Wisata Candi Prambanan

Rute perjalanan dengan buggy car, pertama-tama akan menuju ke bagian belakang dari Candi Prambanan yang dekat dengan aliran Sungai Opak. Saat melewati Sungai Opak, saya terkejut demi melihat bahwa bagian tepi sungai telah dirapikan dengan beton sehingga terlihat sangat estetik. Buggy car tidak bisa memasuki kawasan kompleks Candi Prambanan, namun bisa berhenti di bagian belakang candi yang kalau saya tidak salah merupakan Taman Siwa Mandala. Di sini kita bisa berfoto keren dengan latar belakang Candi Prambanan yang megah dan indah. Yang membantu untuk berfoto siapa? Tentu saja sang pramuwisata…hehehehe…..

Candi Prambanan, dari Taman Siwa Mandala

Foto keluarga, berlatar belakang Candi Prambanan dan langit biru 😍

Menurut cerita dari pramuwisata yang menemani kami, tadinya lahan Taman Wisata Candi Prambanan ini adalah pemukiman warga. Pemerintah kemudian melakukan pembebasan lahan. Sesudah lahan dibebaskan, ditemukan banyak rumah warga yang menggunakan pondasi dari batu candi 😅.

Dari Taman Siwa Mandala, kita akan dibawa untuk melihat Candi Lumbung, Candi Bubrah, berhenti di Candi Sewu, lalu melewati taman demi taman yang luas dan sejuk, sebelum kemudian diantarkan kembali ke depan kompleks Candi Prambanan.

Peta dari Taman Wisata Candi Prambanan adalah sebagai berikut. Mungkin kalau dengan melihat peta, maka pemirsa bisa lebih memahami rute yang saya maksudkan di atas.

Image source: www.borobudurpark.com

Meski harus membayar lagi untuk menyewa buggy car, namun menurut saya pengalaman yang didapatkan juga sangat seimbang. Dengan berkeliling dengan buggy car bersama pemandu, kita jadi mengetahui apa saja yang ada di dalam kompleks taman candi ini sehingga kita pun jadi mengerti dan bisa memutuskan akan mengunjungi lokasi yang mana saja. Selain itu, dengan mengitari seluruh wilayah Taman Candi Prambanan ini ditemani oleh pemandu wisata, maka tak ada satupun candi yang terlewat untuk dilihat. Sayang, kalau sudah di sini lalu tidak melihat semua kompleks candi karena seluruh kompleks candi di Taman Wisata Candi Prambanan ini, baik Candi Roro Jonggrang, Candi Sewu, Candi Lumbung, dan Candi Bubrah, semuanya telah diresmikan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sejak 13 Desember 1991.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Taman Wisata Candi Prambanan

Jam Operasional

  • Gerbang parkir: 06.00 – 16.30
  • Layanan operasional tiket: 06.30 – 17.00
  • Kunjungan di Pelataran Prambanan: 07.00 – 17.30
  • Setiap hari Senin, Zona 1/Pelataran/Halaman Candi Prambanan tidak dapat dikunjungi karena adanya kegiatan pemeliharaan candi.

Harga Tiket Masuk

  • Prambanan saja:
    • Dewasa: Rp 50.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 25.000
  • Terusan Prambanan – Ratu Boko (tersedia shuttle bus di area Prambanan dan Ratu Boko)
    • Dewasa: Rp 85.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 40.000
  • Terusan Prambanan – Borobudur
    • Dewasa: Rp 75.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 35.000

Nah, berikut ini saya ceritakan mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi selama berada di Taman Wisata Candi Prambanan ini.

Kembali ke atas

Candi Prambanan (Candi Roro Jonggrang)

Candi ini adalah candi Hindu terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu candi Hindu terindah di Asia Tenggara. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno (Medang) yaitu sekitar tahun 850 Masehi (atau abad ke-9) dan pembangunannya dimulai oleh Rakai Pikatan dari wangsa Sanjaya yang adalah penganut Hindu. Orang Indonesia juga mengenal candi ini dengan sebutan Candi Roro Jonggrang karena terkait dengan legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Di Taman Wisata Candi Prambanan, kompleks candi ini juga disebut dengan kompleks Percandian Roro Jonggrang.

Candi Prambanan memiliki tiga candi utama yang disebut Trimurti sebagai persembahan kepada tiga dewa utama (Trimurti): Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara, dan Brahma sang Pencipta.

Pada kompleks candi ini, Siwa lebih diutamakan sehingga candinya menjadi bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi menjulang setinggi 47 meter.

Di dalam ruang utama Candi Siwa terdapat arca Siwa yang berdiri setinggi 3 meter.

Dalam ruangan lainnya terdapat arca-arca yang berukuran lebih kecil, termasuk salah satunya adalah arca sakti atau istri Siwa, yaitu Durga Mahisasuramardini atau Durga sang pembashi Mahisasura, sang raksasa lembu. Dalam legenda Jawa, arca Durga tersebut adalah Roro Jonggrang (dara langsing) yang dikutuk oleh Bandung Bondowoso menjadi patung.

Dua candi utama lainnya, yaitu Candi Wisnu dan Candi Brahma, masing-masing hanya memiliki satu ruang utama yang di dalamnya terdapat arca Wisnu dan arca Brahma.

Selain ketiga candi utama, juga terdapat tiga candi wahana yang disebut adalah kendaraan dari masing-masing dewa. Sang lembu Nandi sebagai wahana Siwa, Angsa sebagai wahana Brahma, dan Garuda sebagai wahana Wisnu. Candi-candi wahana terletak di depan candi dewa penunggangnya masing-masing, namun hanya candi Nandi yang memiliki arca di dalamnya.

Untuk sekarang ini, pengunjung diijinkan memasuki bagian dalam candi dengan jumlah yang dibatasi sebanyak 40 orang dalam sekali waktu. Ketika berada di dalam, kita juga diijinkan masuk ke dalam ruang utama untuk berfoto bersama arca. Kami sendiri sempat naik ke Candi Siwa dan masuk ke dalam ruang utama. Namun ternyata kondisinya sangat gelap dan lembap sementara jumlah pengunjung cukup ramai sehingga udara di dalam terasa cukup pengap bahkan membuat saya merasa sesak. Kami pun memutuskan untuk segera keluar tanpa berfoto terlebih dulu. Tidak sayang? Oh tidak, tak mengapa, karena yang terpenting sudah lihat dan yang terpenting tetap sehat!

Kembali ke atas

Candi Lumbung

Candi ini adalah candi yang lokasinya paling dekat dengan Candi Prambanan. Meski begitu, bila Candi Prambanan bercorak Hindu, maka Candi Lumbung adalah bercorak Buddha. Bentuk candi ini mirip lumbung padi, mungkin itu sebabnya dinamakan Candi Lumbung. Kompleksnya terdiri dari 17 bangunan candi yang terbagi atas 1 bangunan candi utama dan 16 bangunan candi perwara. Sejauh ini yang telah selesai dipugar sempurna baru 6 bangunan candi saja.

Meski berlokasi dekat dengan Candi Prambanan, namun secara administratif, Candi Lumbung terletak pada wilayah Klaten, Jawa Tengah.

Kembali ke atas

Candi Bubrah

Tak begitu jauh dari Candi Lumbung, terdapat Candi Bubrah, yang juga secara administratif terletak di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Candi Bubrah juga adalah candi bercorak Buddha. Ketika ditemukan, candi ini berada dalam kondisi rusak, sehingga kemudian dinamakan Candi Bubrah di mana bubrah dalam bahasa Jawa berarti hancur berantakan. Hingga kini prasasti yang menuliskan tentang sejarah Candi Bubrah belum ditemukan, sehingga sampai sekarang pun tetap disebut Candi Bubrah. Candi ini selesai dipugar pada tahun 2017 dengan proyek pemugaran menelan biaya sekitar Rp 13 miliar.

Meski belum ada prasasti tentang Candi Bubrah, namun diyakini bahwa candi ini juga adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan dibangun pada masa yang sama dengan Candi Sewu dan Candi Lumbung.

Kembali ke atas

Candi Sewu

Satu lagi candi bercorak Buddha di Taman Wisata Candi Prambanan yang juga sudah termasuk dalam wilayah Klaten Jawa Tengah, yaitu Candi Sewu. Candi ini adalah candi Buddha terbesar ke-2 di Indonesia setelah Candi Borobudur. Usianya diyakini lebih tua daripada Candi Borobudur. Berdasarkan informasi dari pemandu wisata, candi ini telah berdiri sejak tahun 792 M sementara Borobudur baru selesai pembangunannya pada tahun 824 M. Jadi di antara Candi Roro Jonggrang, Candi Borobudur, dan Candi Sewu, yang tertua adalah Candi Sewu dan yang termuda adalah Candi Roro Jonggrang. Tentu saja ini semua adalah perkiraan saja dari para ahli sejarah ya, apakah benar atau tidak, mari kita yakini saja kalau benar karena para ahli sejarah tersebut juga bukan asal-asalan saja memperkirakan.

Meski namanya adalah Candi Sewu, namun sebenarnya jumlah candi yang terdapat di kompleks Candi Sewu ini bukanlah berjumlah 1.000 (bahasa Jawa sewu berarti seribu), melainkan hanya 249 (jumlah candi di kompleks Candi Sewu ini diingat betul oleh anak saya). Dari 249 candi tersebut, yang telah selesai dipugar baru 16 candi saja.

The Dvarapala
The ruins of Candi Sewu
This candi is so beautiful. Even the ruins are beautiful 😍

The inside of Candi Sewu

Nama asli dari candi ini sebenarnya adalah Manjusri grha, namun nama Candi Sewu telah melekat karena terkait erat dengan legenda Roro Jonggrang.

Masih ingat kan dengan legenda Roro Jonggrang?

Kalau sudah lupa-lupa ingat, berikut saya ingatkan kembali.

Legenda Roro Jonggrang mengisahkan dua kerajaan yang berseteru yaitu Kerajaan Pengging dan Kerajaan Boko. Kerajaan Pengging dipimpin oleh Prabu Damar Maya yang memiliki putra yang sakti bernama Raden Bandung Bondowoso, sementara Kerajaan Boko dipimpin oleh seorang raksasa bernama Prabu Boko yang memiliki putri cantik (yang anehnya berwujud manusia bukan raksasa juga) bernama Roro Jonggrang. Singkat cerita, perseteruan kedua kerajaan tersebut mengakibatkan Bandung Bondowoso yang sakti membunuh Prabu Boko. Setelah Prabu Boko gugur, Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam istana Kerajaan Boko dan disitulah Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang lalu terpikat oleh kecantikannya. Bandung Bondowoso lalu melamar Roro Jonggrang. Sang putri yang cantik, karena tidak ingin menikah dengan pembunuh ayahnya sendiri kemudian mengajukan dua syarat yang sebenarnya mustahil.

Syarat pertama adalah membuatkan sumur. Bandung Bondowoso yang sakti tentu tak kesulitan untuk membuat sumur tersebut. Namun sumur tersebut sebenarnya diminta Roro Jonggrang untuk menjebak Bandung Bondowoso. Setelah sumur selesai, sang putri meminta sang pangeran untuk memeriksa kondisi di dalam sumur. Setelah Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, Roro Jonggrang memerintahkan patih kerajaan untuk menutup sumur tersebut dengan batu. Namun kesaktian Bandung Bondowoso terlalu besar, hingga sanggup mendobrak semua batu yang menutupi sumur tersebut. Sumur tersebut kini diyakini adalah sumur Jalatunda di Dataran Tinggi Dieng.

Syarat kedua yang diajukan Roro Jonggrang adalah membuatkan 1000 candi dalam satu malam. Kali ini, untuk mewujudkan syarat tersebut, Bandung Bondowoso memanggil mahkluk halus dari perut bumi. Dengan bantuan mahkluk-mahkluk tersebut, ia berhasil menyelesaikan 999 candi. Roro Jonggrang yang mendengar kabar bahwa pembangunan 1000 candi hampir selesai, kemudian berusaha menggagalkannya. Ia memerintahkan para dayang istana dan perempuan desa untuk mulai menumbuk padi dengan antan dan juga untuk membakar gundukan jerami di sisi timur. Hal ini agar memberi kesan bahwa hari telah subuh dan matahari akan terbit. Para mahkluk halus yang melihat ‘cahaya matahari’ tersebut kemudian segera kabur bersembunyi ke dalam perut bumi. Akibatnya, hanya 999 candi yang selesai dibangun dan Bandung Bondowoso dinyatakan gagal memenuhi syarat yang kedua.

Bandung Bondowoso akhirnya mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Ia murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu. Sang putri pun berubah menjadi arca untuk menggenapi candi terakhir, candi ke-1000.

Seribu candi yang menjadi syarat Roro Jonggrang tersebut adalah Candi Sewu, sementara arca Durga yang terdapat di dalam candi utama di Candi Prambanan adalah perwujudan Roro Jonggrang yang dikutuk menjadi batu oleh Bandung Bondowoso, dan istana Kerajaan Boko adalah situs Keraton Ratu Boko.

Begitulah legendanya. Kisah aslinya tentu jauh dari legenda tersebut. Saya membaca, bahwa bisa jadi cerita rakyat tersebut mungkin adalah hasil ingatan kolektif samar-samar masyarakat setempat mengenai peristiwa bersejarah yang pernah terjadi yang juga melibatkan perebutan kekuasaan pada zaman Mataram Kuno.

Kembali ke atas

Museum Candi Prambanan

Berkunjung ke Taman Wisata Candi Prambanan, tidak lengkap jika tidak mengunjungi museumnya. Museum ini terletak ke arah pintu keluar. Untuk masuk ke museum ini kita tidak dikenakan tarif atau tiket masuk lagi. Jam buka Museum Prambanan adalah sama dengan jam operasional Taman Wisata Candi Prambanan.

Begitu masuk ke dalam kompleks museum, kita akan langsung disambut oleh halaman yang bertaburan arca. Tadinya anak-anak saya sempat mengira kalau arca-arca tersebut adalah nisan kuburan 😅. Ternyata begitu dilihat dari dekat, semuanya adalah arca.

Di bagian tengah depan museum terdapat pendopo. Pengunjung bisa beristirahat di situ karena disediakan kursi dan suasananya pun sejuk sekali.

Museum ini terdiri dari beberapa ruang koleksi yang berisi benda peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, baik itu berupa arca, prasasti, batu-batuan, alat-alat kehidupan yang pernah dipakai di masa itu, bahkan perhiasan. Di dalam museum ini juga terdapat banyak penjelasan mengenai arca, teknologi pembangunan candi, kehidupan masyarakat Mataram Kuno, serta proses restorasi candi.

Arca Durga yang dalam cerita rakyat adalah Roro Jonggrang

Kunjungan ke Museum Candi Prambanan di akhir kunjungan di Taman Wisata Candi Prambanan ini benar-benar melengkapi Wisata Sejarah Indonesia kami di tempat ini.

Taman Wisata Candi Prambanan yang sejuk

Setelah puas mengelilingi Taman Wisata Candi Prambanan, kami sempat singgah untuk makan siang di restoran di taman wisata tersebut. Selesai makan, anak-anak bahkan masih sempat untuk mencoba memanah di lapangan memanah yang terletak tepat di samping restoran.

Setelah mereka puas mencoba olahraga memanah, kami pun melaju menuju destinasi kami selanjutnya yaitu Keraton Ratu Boko.

Kembali ke atas

Keraton Ratu Boko

Sebenarnya karena kami telah membeli tiket terusan Prambanan – Ratu Boko, kami bisa menggunakan fasilitas shuttle bus yang disediakan oleh Taman Wisata Candi, namun kami lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi saja supaya lebih fleksibel secara waktu dan toh jarak antara kedua situs ini berdekatan, hanya berjarak kurang lebih 15 menit saja.

Hari sudah menjelang sore ketika kami tiba di Keraton Ratu Boko ini, sehingga suasana menjadi terasa sejuk. Langit masih sangat biru, namun cahaya matahari sudah berkurang kegarangannya, sementara semilir angin mulai terasa lebih kencang. Berjalan-jalan di area Keraton Ratu Boko ini pun jadi terasa santai, meskipun kami harus berjalan naik dan turun agar dapat mengunjungi lokasi situs satu per satu yang tersebar di atas area yang sangat luas.

Kawasan Ratu Boko terletak di atas bukit dengan ketinggian ± 195.97 m di atas permukaan laut dengan luas area adalah sebesar 25 hektar. Situs ini diperkirakan adalah reruntuhan sebuah kerajaan yang dibangun pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Medang (Mataram Kuno) oleh wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan kepemilikan tersebut menyebabkan bangunan Keraton Ratu Boko dipengaruhi oleh Hindu dan Buddha. Nama situs ini disebut Keraton Ratu Boko karena lagi-lagi terkait dengan legenda Roro Jonggrang, di mana menurut legenda tersebut, situs ini merupakan istana Ratu Boko, ayah Roro Jonggrang. Dari Keraton Ratu Boko, Candi Prambanan dapat terlihat dengan sangat jelas.

Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang pada umumnya berbentuk bangunan keagamaan, Keraton Ratu Boko merupakan kompleks hunian kerajaan yang memiliki gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, dan pagar pelindung. Selain itu, pada situs Keraton Ratu Boko juga terdapat situs pembakaran dan dua buah gua.

Untuk mengunjungi setiap tempat, kita harus berjalan cukup jauh dengan medan yang naik-turun. Bersyukur, tempat-tempat yang seperti inilah yang disukai anak-anak saya, apalagi anak saya yang kecil. Area Keraton Ratu Boko yang luas dan lapang membuat anak-anak tambah bersemangat mengeksplorasi setiap tempatnya.

Our happy faces

The small cave
The big cave

Satu hal yang saya sesali adalah kami tidak menunggu sampai tiba waktunya matahari terbenam sebelum beranjak dari tempat ini. Padahal belakangan baru saya ketahui bahwa salah satu daya tarik situs Keraton Ratu Boko ini adalah pemandangan saat matahari terbenamnya…huhuhuhu…. Kalau begitu, kapan-kapan harus balik lagi ya ke sini, supaya bisa memenuhi rasa penasaran tentang bagaimana indahnya pemandangan matahari terbenam di Keraton Ratu Boko ini.

Berikut adalah peta dari situs Keraton Ratu Boko.

Image source: borobudurpark.com

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Keraton Ratu Boko

Jam Operasional

  • Layanan operasional tiket: 08.00 – 17.00
  • Kunjungan: 08.00 – 18.00

Harga Tiket Masuk

  • Keraton Ratu Boko saja:
    • Dewasa: Rp 40.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 20.000
  • Terusan Ratu Boko – Prambanan (tersedia shuttle bus di area Prambanan dan Ratu Boko)
    • Dewasa: Rp 85.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 40.000
  • Terusan Ratu Boko – Borobudur
    • Dewasa: Rp 75.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 35.000

Kembali ke atas

Museum Memorial Soeharto

Saya mengetahui tentang keberadaan museum ini secara tidak sengaja. Pas saja ketika dalam perjalanan kembali ke hotel dari Keraton Ratu Boko, saya googling museum di sekitar kota Yogyakarta dan museum ini masuk dalam daftar dan jaraknya hanya kurang lebih 20 menit dari hotel tempat kami menginap. Saya pun langsung memberitahukan kepada suami tentang museum ini dan suami setuju kami pergi berkunjung keesokan harinya sebelum kami melaju ke Parangtritis dan ke Magelang.

Bapak Soeharto, Presiden RI ke-2, adalah presiden yang sejauh ini paling lama memimpin bangsa Indonesia yaitu selama 32 tahun. Sebelum menjadi presiden, beliau juga sudah berkiprah di dunia angkatan bersenjata. Karena itu, masa hidup beliau sangat erat kaitannya dengan sejarah bangsa ini. Saya lahir dan besar di era Pak Harto, karena itu banyak hal tentang negara ini yang terjadi selama kepemimpinan beliau yang saya ketahui. Apalagi tahu sendiri kan, di jaman Pak Harto anak sekolah harus sungguh-sungguh belajar tentang Pendidikan Moral Pancasila, P4, dan Sejarah Nasional Indonesia. Namun anak-anak kami lahir jauh setelah reformasi terjadi, sehingga mereka hanya mengenal Bapak Soeharto sebagai Presiden RI yang kedua saja. Itulah sebabnya saya senang sekali karena anak-anak bisa kami bawa ke museum ini agar lebih banyak hal mengenai sejarah bangsa ini yang bisa mereka pelajari.

Museum ini terletak di Desa Kemusuk yang asri di wilayah Bantul, Yogyakarta. Ketika kami datang, suasana cukup sepi dan hanya kami saja pengunjung yang ada saat itu. Sempat ada keraguan untuk masuk, karena meski di pelatarannya terdapat patung besar Pak Soeharto, namun secara umum tempat ini lebih terlihat seperti properti pribadi dan bukannya museum. Bersyukur, ketika kami sedang ragu apakah bisa masuk atau tidak, pengurus museum langsung keluar dan mengarahkan kami untuk masuk dan memarkir mobil di halaman.

Di halaman museum ini, selain terdapat patung besar Bapak Soeharto, juga terdapat kolam ikan dengan patung Pak Harto kecil di atas kerbau untuk mengenang masa kecil Pak Harto sebagai penggembala kerbau.

Bangunan museum ini didominasi warna biru. Di bagian tengahnya terdapat joglo berukuran besar. Bangunan yang digunakan sebagai museum sendiri terletak di sebelah kanan joglo. Di bagian belakang joglo terdapat bangunan dengan arsitektur tradisional yang menurut informasi penjaga hanya dibuka ketika tamu keluarga datang. Di samping bangunan pribadi, terdapat petilasan tempat Pak Harto dilahirkan di mana pada sudutnya terdapat sumur berair jernih yang menurut penjaga tidak pernah kering meskipun termasuk sumur yang dangkal.

Untuk memasuki museum ini, kita tidak dipungut biaya apapun. Yang perlu dilakukan hanya mengisi buku tamu.

Museum ini hanya memiliki satu rute. Akses masuk ke dalam bangunan museum adalah berupa pintu otomatis yang langsung membawa pengunjung ke sebuah selasar ruang karya berbentuk rol film berhiaskan sejumlah visualisasi singkat tentang Pak Harto. Selasar ini termasuk spot yang keren untuk berfoto…hehehehe….

Dari situ kita akan masuk ke Selasar Serangan Umum 1 Maret 1949 dilanjutkan ke Selasar Trikora/Operasi Mandala. Koleksi yang ditampilkan adalah berupa foto-foto serta dokumen surat, yang mana ternyata kami baru sadar kalau bentuk surat resmi yang dikenal di Indonesia memang sudah seperti itulah dari dulunya yang mungkin mengadopsi dari bentuk surat resmi Pemerintah Hindia-Belanda 😁. Informasi juga disajikan dalam bentuk naskah penjelasan serta diorama.

Bagian selanjutnya adalah Selasar Kesaktian Pancasila yang mengisahkan peristiwa G30S/PKI. Dokumen Surat Perintah Sebelas Maret juga ditampilkan di sini.

Selasar yang terakhir adalah Selasar Masa Pembangunan yang bercerita tentang pencapaian bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Pak Harto hingga kemudian masa reformasi di mana Pak Harto mengundurkan diri sebagai presiden. Pada selasar ini diputarkan dokumentasi pidato pengunduran diri Pak Harto pada tanggal 21 Mei 1998 tersebut serta sisa masa hidupnya sampai kemudian meninggal.

Kami menghabiskan cukup banyak waktu di dalam museum ini karena memang ada banyak sekali informasi yang bisa dibaca. Saya bersyukur anak-anak kami bawa untuk belajar lebih tentang sejarah bangsa di sini. Percaya atau tidak, mereka baru kali ini mendengar tentang Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Operasi Trikora yang menewaskan Komodor Laut Yosaphat Soedarso.

Puji Tuhan, museum ini memang memberikan apa yang saya cari untuk anak-anak, yaitu pengetahuan tentang sejarah bangsa ini.

Secara fasilitas, museum ini sudah cukup baik dalam menyediakannya bagi pengunjung. Selain gedung museum, di sini juga menyediakan sarana untuk duduk-duduk, toilet yang bersih, penerima tamu dan pemandu wisata yang selalu siap sedia, serta lahan parkir yang cukup luas.

Oh ya, sekilas tentang Desa Kemusuk, desa kelahiran Pak Harto. Desa ini asri sekali, kondisinya kurang lebih sama dengan desa-desa sekitarnya di wilayah Yogyakarta. Jalanannya kecil tapi mulus dan di samping kiri-kanan banyak terdapat sawah. Kami senang sekali menyusuri jalanan desa ini, karena membuat kami serasa bernostalgia akan masa kecil kami sendiri di kampung dengan suasana asri, rapi, dan tenang.

Sehabis mengunjungi Museum Pak Harto, kami pun singgah makan bakso dan mie ayam di Angkringan Joglo Bolo Seno yang berlokasi tak jauh dari situ. Baksonya semangkuk hanya seharga Rp 10.000, tapi rasanya enaakk! Mana suasananya asik khas pedesaan lagi. Haduh, hati rasanya tentram menikmati semangkuk bakso di sini 😍. Puji Tuhan….

Joglo Bolo Seno

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Museum Memorial Soeharto

Jam Operasional

  • Senin – Sabtu: 08.00 – 16.00

Harga Tiket Masuk

  • Gratis, hanya perlu mengisi buku tamu saja

Kembali ke atas

Candi Borobudur

Dari Yogyakarta, kami menuju ke Magelang yang tentu saja sudah termasuk dalam wilayah Jawa Tengah. Saya tahu soal ini sejak dulu, namun entah mengapa setiap mengingat Borobudur yang saya ingat adalah Yogyakarta. Begitu juga begitu merencanakan untuk pergi ke Yogyakarta, yang diingat adalah harus mengunjungi Borobudur 😅.

Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dari wangsa Syailendra. Candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Buddha dan berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan serta kebijaksanaan menurut Buddha. Candi ini sempat lama sekali terkubur dan pada tahun 1814 ditemukan oleh Pasukan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Pada tahun 1835 area candi berhasil dibersihkan seluruhnya.

Soal candi ini saya tidak perlu banyak bercerita ya, karena sepertinya tak ada orang yang tak tahu soal Candi Borobudur. Candi ini begitu terkenal di seluruh pelosok dunia dan sepertinya tidak pernah sepi kunjungan.

Di Indonesia sendiri beberapa waktu lalu perihal Candi Borobudur sempat ramai sekali menjadi pembahasan menyusul adanya wacana kenaikan tarif kunjungan ke Candi Borobudur.

Untuk sekarang ini, ada beberapa aturan terkait kunjungan ke Candi Borobudur.

  1. Pengunjung sekarang telah diperbolehkan untuk naik ke atas area stupa Candi Borobudur, namun dibatasi dengan kuota maksimal 1200 orang per hari. Jika kuota sudah terpenuhi, maka pengunjung selanjutnya tidak diperbolehkan naik ke area stupa Candi Borobudur. Untuk naik pun harus bergilir karena dalam sekali waktu hanya bisa maksimal 150 orang yang berada di atas candi.
  2. Tiket masuk ke Candi Borobudur untuk wisatawan domestik adalah Rp 50.000 dan ini hanya berlaku untuk kunjungan sampai ke pelataran Candi Borobudur (Borobudur Yard) saja. Jika pengunjung ingin naik ke area stupa maka harus membayar tiket sebesar Rp 120.000 di mana harga tiket tersebut sudah termasuk sandal dari bahan daun pandan dan tas cantik untuk menyimpan sepatu. Pengunjung yang membeli tiket naik area stupa akan mendapatkan gelang ber-barcode.
  3. Pengunjung yang hendak naik ke area stupa harus mengganti alas kaki dengan sandal yang disediakan (Upanat). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga batu candi agar tidak semakin aus.
  4. Untuk naik ke atas, pengunjung harus melewati proses pemindaian barcode, jadi pengunjung yang hanya memiliki tiket sampai di pelataran saja tidak akan bisa masuk ke area stupa candi.
  5. Pengunjung yang naik ke area stupa candi akan ditemani oleh pemandu lokal yang resmi, berlisensi, serta profesional. Rata-rata pemandu wisata di Candi Borobudur bisa berbicara dalam berbagai bahasa asing, tidak hanya Bahasa Inggris saja. Adanya aturan harus ditemani oleh pemandu seperti ini baik sekali. Selain untuk menjaga agar pengunjung tidak melakukan hal-hal yang bisa merusak candi, juga agar pengunjung bisa mendapatkan banyak informasi mengenai Candi Borobudur dan tidak hanya untuk berfoto-foto saja. Candi Borobudur memang cantik sekali sebagai tempat untuk berfoto, tapi sayang kan bila ke sini dan yang didapat hanya foto-fotonya saja tapi tidak dengan pengetahuan mengenai sejarah, relief, serta arti dari simbol-simbol pada bangunan candi ini.
  6. Waktu untuk berkeliling di area stupa candi hanyalah satu jam. Bila waktu telah habis, pemandu akan mengarahkan kita ke jalur untuk turun di mana di bawah tangga kita akan kembali menemui petugas yang memindai barcode pada gelang yang kita gunakan.

Itu dia beberapa prosedur kunjungan ke Candi Borobudur. Mungkin terkesan ketat sekali, tapi itu semua demi menjaga agar Candi Borobudur yang juga termasuk ke dalam situs warisan dunia UNSECO ini bisa terpelihara kelestariannya. Candi Borobudur adalah kebanggaan bangsa yang mesti dijaga sebaik-baiknya.

O ya, terkait kuota pengunjung untuk naik ke area stupa yang hanya 1.200 orang per hari, mengingat Candi Borobudur ini tidak pernah sepi pengunjung maka kuota tersebut cepat sekali terpenuhi. Karena itu banyak yang menyarankan untuk tidak membeli tiket naik on the spot karena kemungkinan besar tidak akan dapat, apalagi kalau datangnya berombongan. Untuk pembelian tiket secara online bisa dilakukan melalui link dari situs Taman Wisata Candi Borobudur ini.

Naik ke area stupa Candi Borobudur itu diperbolehkan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Kalau kami sendiri bagaimana?

Puji Tuhan, sewaktu berkunjung ke Borobudur, kami yang tak mengerti apa-apa soal aturan terbaru untuk masuk ke Candi Borobudur, malah diberi jalan oleh Tuhan sampai akhirnya bisa menginap di Hotel Manohara. Setelah proses check in barulah kami tahu kalau dengan menginap di Hotel Manohara, maka kami sudah mendapatkan semua fasilitas untuk mengunjungi Borobudur sampai bisa naik ke area stupa tanpa kami perlu mengurus apa-apa lagi. Pemandu juga sudah memandu kami dari sejak di hotel. Jarak hotel dengan Candi Borobudur hanya kurang lebih 5 menit karena berada di area yang sama.

Pemandu kami waktu itu bernama Pak Jamal, salah satu pemandu senior yang tampak disegani oleh para pemandu lainnya. Begitu banyak pengetahuan yang kami dapatkan dari Pak Jamal karena semua yang kami lihat dijelaskan oleh beliau. Soal sejarah, penemuan, restorasi, kisah-kisah pada relief, juga aneka fakta seputar Borobudur. Beliau menjelaskan mulai dari pengetahuan umum Candi Borobudur yang terbagi atas tiga bagian: Kamadhatu (bagian dasar), Rupadhatu (bagian tengah yang terdiri dari 5 tingkat berbentuk persegi), serta Arupadhatu (bagian atas yang terdiri dari 3 tingkat berbentuk lingkaran yang di atasnya terdapat stupa utama), juga tentang makna lubang pada stupa di mana lubang berbentuk wajik menyimbolkan kehidupan yang tidak stabil, lubang yang berbentuk persegi menyimbolkan kehidupan yang stabil, dan stupa utama yang tidak memiliki lubang menyimbolkan kehidupan yang sempurna.

We are standing on Rupadhatu area. Behind us is the Arupadhatu area
Dari sini terlihat kan, bentuk lubang pada stupa di dua baris terdepan adalah wajik (diamond) sementara di baris ketiga lubangnya berbentuk bujur sangkar, dan stupa utama tidak memiliki lubang sama sekali.

Beliau juga bercerita tentang apa saja yang dilakukan ketika terjadi bencana gunung berapi, di mana hal ini memang harus diantisipasi mengingat Candi Borobudur dikelilingi oleh pegunungan termasuk di antaranya gunung berapi kembar, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Dari beliau juga kami mengetahui kalau dari atas Candi Borobudur, kita bisa melihat Pegunungan Menoreh yang terlihat seperti orang yang sedang tidur di mana ini terkait dengan legenda Gunadharma yang diyakini sebagai arsitek Candi Borobudur. Cerita rakyat yang beredar, sesudah mengerjakan Candi Borobudur, Gunadharma pun tidur dan menjadi gunung Menoreh, itulah sebabnya gunung ini membentuk siluet orang yang sedang tidur.

Menatap Menoreh
Tak hanya menjadi pemandu, Pak Jamal juga menjadi fotografer yang mengarahkan kami pada spot-spot tercantik di Borobudur 😍

Mengunjungi Borobudur ini sangat berkesan sekali untuk kami. Puji Tuhan dalam kunjungan kami yang pertama ke sini, kami bisa mendapatkan pengalaman yang lengkap. Benar-benar bersyukur karena kami menginap di Hotel Manohara sehingga meski tidak tahu apa-apa dan tahunya hanya ingin melihat Borobudur, namun kami bisa mengalami semua yang perlu dialami oleh wisatawan Candi Borobudur tanpa perlu bersusah-susah. Di post selanjutnya saya akan bercerita mengenai Hotel Manohara, siapa tahu berguna bagi yang mengunjungi Candi Borobudur.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk Keraton Ratu Boko

Jam Operasional

  • Senin – Minggu : 09.00 – 17.00
  • Setiap hari Senin, Zona Monumen Candi Borobudur tidak dapat dikunjungi karena adanya kegiatan pemeliharaan candi.
  • Pembelian tiket dapat dilakukan secara online melalui situs borobudurpark.com

Harga Tiket Masuk

  • Pelataran saja:
    • Dewasa: Rp 50.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 25.000
  • Sampai ke Monumen Candi (Area Stupa)
    • Dewasa: Rp 120.000
    • Anak (3 s/d 10 tahun): Rp 75.000

Kembali ke atas

Wisata Sejarah Indonesia untuk mengisi libur kenaikan kelas tahun ini benar-benar meninggalkan  kesan yang mendalam untuk kami, terutama untuk anak-anak. Anak saya yang kecil sampai bilang that this is the most fun holiday ever in his life. Wajar, karena memang di libur kali ini mereka mengalami, melihat, dan belajar banyak hal. Anak saya yang kecil baru ini tahu apa itu arca dan prasasti. Anak saya yang besar bisa mengetahui lebih dalam tentang sejarah yang selama ini hanya dibacanya sambil lalu saat pelajaran sekolah. Dan mereka berdua sama-sama bisa terkagum-kagum melihat bagaimana candi-candi dibangun dengan sistem interlock seperti pada permainan Tetris. Semua pengetahuan itu menyenangkan sekali untuk mereka. Apalagi ditambah di sela-sela kunjungan bertema sejarah, mereka juga kami bawa untuk mengunjungi tempat-tempat di mana mereka bisa bersenang-senang seperti di Parangtritis dan Gumuk Pasir Parangkusumo. Khusus untuk Gumuk Pasir juga istimewa, karena selain bermain-main di situ, mereka juga bisa melihat dan merasakan langsung gumuk pasir yang peristiwa terbentuknya mereka pelajari sewaktu berada di Museum Geologi Bandung.

Gumuk Pasir Parangkusumo
Pantai Parangtritis
Senja indah tak terlupakan di Parangtritis

Semoga dengan Wisata Sejarah Indonesia ini anak-anak bisa semakin mengenal bangsanya dan menyadari betapa anugerah Tuhan sangat besar untuk negara ini. Karena itu mereka harus terus mengasihi bangsa ini. Di manapun kelak nanti mereka Tuhan tempatkan, kiranya dalam hati mereka selalu ada rasa cinta dan bangga akan Tanah Air Indonesia. Amin.

Demikianlah cerita saya tentang Wisata Sejarah Indonesia yang keluarga kami lakukan untuk mengisi libur kenaikan kelas tahun ini. Semoga apa yang saya bagikan di sini bisa berguna untuk pembaca. Sampai jumpa!

3 respons untuk ‘Berlibur Sambil Berwisata Sejarah Indonesia

Add yours

Thanks for letting me know your thoughts after reading my post...

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑