Sekitar dua atau mungkin tiga minggu yang lalu, saya janji ke Maria buat cerita tentang beberapa film yang bikin saya ngilu. Kalo udah sampe bikin hati ngilu gitu, berarti udah pasti itu film bukan film romantis lah ya. Ya paling gak jauh-jauh dari crime, thriller dan horor.
O ya, adakah yang tau apa bedanya film thriller (thriller nih bahasa Indonesia-nya apa sih?) dan film horor?
Saya sendiri gak tau pasti di mana letak perbedaan kedua genre film itu. Karena yang disebut bergenre horor bisa jadi thrilling, sementara yang disebut bergenre thriller bisa jadi horor juga, hehe…
Cuma mungkin kalo saya perhatiin, rata-rata (gak berani bilang semua) kalo yang disebut horor itu fokusnya ada di korban alias filmnya dari perspektif si korban. Yang dieskpos adalah ketakutan dan kengerian si korban sehingga yang nonton pun jadi terbawa oleh rasa takut dan ngeri yang dirasakan si korban. Si pelaku alias si jahat sendiri (entahkah dalam bentuk manusia atau hantu atau setengah manusia setengah hantu…hehehe), biasanya jarang diekspos perspektifnya. Pokoknya jahat ya jahat aja. Menyeramkan ya menyeramkan aja.
Sementara kalo film thriller biasanya perspektif pelaku juga diekspos, sehingga ketahuan apa motif dan latar belakangnya. Kengerian yang mo disalurkan ke penonton bukan hanya berdasarkan dari rasa takut dan ngeri yang dirasakan korban, tapi karena penonton juga diperhadapkan pada kengerian karena tau (atau paling tidak menduga-duga) kengerian macam apa yang bisa dibuat oleh si pelaku.
Kalo disimpulkan, rata-rata dalam film horor, si jahatnya adalah hantu dan sejenisnya. Sementara dalam film thriller, biasanya manusia.
Dari yang saya amati sih begitu ya bedanya. Tapi gak tau itu bener ato gak. Untuk cari tau dengan benar juga saya malas. Mungkin kalo dicari di google, ada yang bisa menjelaskan dengan baik dan benar apa perbedaan kedua genre film itu.
Nah, seperti yang pernah saya bilang sebelum-sebelumnya, meski sangat menyukai film romantis tapi berhubung saya dasarnya demen nonton jadi saya bisa nonton film dengan genre apa aja (kecuali b*k*p), dan dengan pengecualian kalo nonton film horor saya suka tutup-tutup mata…hihihihi… Karena kesukaan saya akan nonton, maka tentu aja saya sudah banyak sekali nonton film bergenre thriller, horor, dan crime. Rata-rata ya emang nyeremin, bikin penasaran, dan menegangkan. Tapi beberapa di antaranya bener-bener bisa bikin hati saya terasa ngilu. Nah ini saya ceritain satu per satu ya film apa aja yang bikin saya ngilu itu. Gak semua film Hollywood dan aslinya kayaknya gak semua yang bikin saya ngilu saya cerita di sini karena kalo mo diceritain semua gak sanggup rasanya waktunya…hehehe….
Dan oh ya, yang saya ceritain di sini cuma yang genre-nya thriller, horror, dan crime aja. Karena sebenarnya di atas semuanya, ada satu film yang tidak termasuk dalam ketiga genre itu tapi paling bikin saya ngilu (gak cuma ngilu sebenarnya, tapi hati terasa hancur sedih lihatnya sampe air mata netes gak ketulungan banyaknya), adalah film The Passion of Christ.
Nonton film itu, benar-benar menguras emosi dari kepala sampe hati, apalagi karena tau bahwa bahkan apa yang ditunjukkan dalam film itu sebenarnya belum mendekati apa yang Tuhan Yesus alami saat penyaliban-Nya. Dan bahkan apapun yang dialami oleh Jim Caviezel saat syuting: terkena sengatan petir, bahu bergeser karena bawa kayu salib yang berat, kena cambuk yang meleset, dan segala penderitaannya, juga belum mendekati dari apa yang Tuhan Yesus alami saat itu.
Sedih….
Hancur hati……….
Apalagi karena tau, demi supaya dosa-dosa saya bisa terampuni maka semua itu Dia jalani. Tanpa darah-Nya, dosa saya masih terus dan terus terhitung. Tanpa penderitaan-Nya, maka saya tak akan pernah….tak akan pernah……bisa memanggil Allah Pencipta langit dan bumi dengan sebutan Bapa dan jadi bagian kerajaan sorga.
Karena itu, tak ada film lain yang lebih mampu menguras emosi saya dalam segala bentuk: tegang, takut, seram, ngeri, sampai sedih penuh kehancuran, dan bahagia penuh sukacita ucapan syukur tak terkira. Hanya The Passion of Christ yang bisa.
Film-film yang akan saya ceritain di sini membuat saya ngilu. Tapi hanya dari satu aspek emosi saya saja, yaitu bagian dari rasa kemanusiaan saya yang tidak pernah ingin mengalami atau hanya sekedar menyaksikan peristiwa yang sama terjadi di sekitar saya.
Continue Reading…